Wajah cerah Rafika yang baru saja turun dari angkutan umum, langsung berubah tegang saat melihat seorang wanita cantik sedang mencekal tangan ibunya. Dada bergemuruh hebat melihat raut wajah wanita cantik itu yang seperti meremehkan ibunya. Dia pun segera berjalan cepat menuju ke arah wanita itu.
"Nyonya, apa yang Anda lakukan?" tanya Rafika tanpa takut sedikit pun.
"Siapa kamu?" ketus wanita cantik itu dengan menyelidik penampilan Rafika yang menurut dia urakan. Rambut dikuncir asal, baju tidak dimasukan ke dalam rok. Pakai rok selutut tapi pinggir kiri dan kanannya ada resleting jepang. Meskipun tersembunyi, tetap saja ujung resletingnya terlihat.
Gaya macam apa ini? Bagaimana bisa Elang tinggal dengan urakan seperti dia? batin Merlina.
"Fika, ini Ibunya Asep. Maksud Ibu Elang," ucap Sofie. "Cepat beri salam pada Nyonya!"
"Saya Rafika, Nyonya. Maaf, saya kira Anda mau menyakiti Ibu saya." Rafika mengulurkan tangannya akan mencium punggung tangan wanita cantik di depannya.
Namun Merlina hanya melihat tangan kecil itu tanpa berniat untuk menyambutnya. Tentu saja hal itu membuat Rafika malu sendiri karena orang itu tidak mau bersalaman dengannya. Tidak jauh beda dengan Rafika, Kiranti pun hanya meringis melihat sikap orang kaya itu.
"Apa kalian yang bernama Rafika dan Kiranti?" tanya Paris, pengacara keluarga Bramantyo.
"Iya, Tuan. Saya Rafika dan ini sahabat saya Kiranti."
"Kebetulan sekali, bisa kita cari tempat duduk yang nyaman?" tanya pengacara itu.
"Fika, ajak saja ke rumah Uwa," suruh Wa Enok yang sedari tadi duduk teras.
"Iya, Wa!" sahut Rafika. "Ayo Tuan, kita ngobrol di sana saja!"
"Ibu juga mari ikut saya!" ajak Paris pada Sofie. Dia pun langsung mengikuti ke mana Rafika membawanya.
Paris merasa lega akhirnya dia bisa duduk. Rumah Wa Enok yang jauh lebih bagus dari rumah Rafika, membuat Merlina dan Leonardo pun ikut serta karena mereka juga merasa penasaran dengan apa yang akan dikatakan oleh Paris.
Sementara di rumah Rafika, Erlangga sedang berbincang dengan Tuan Ageng dan Calvin. Dia bersikukuh meminta uang satu milyar untuk dia berikan pada Rafika. Akan tetapi, Tuan Ageng merasa keberatan karena menurutnya itu terlalu besar. Apalagi, perusahaan sedang membutuhkan dana yang cukup besar untuk biaya pembangunan pabrik baru. Sampai akhirnya mereka membuat kesepakatan.
"Baiklah, Kek. Tidak apa jika Kakek hanya bisa memberi Fika 500 juta. Mungkin itu cukup untuk biaya dia kuliah sampai sarjana," ucap Erlangga.
"Kakek sudah menyiapkan uangnya Elang. Mungkin sekarang sedang diberikan oleh Paris pada ibunya. Besok kamu harus ke Cicendo Bandung untuk memeriksakan matamu. Di sana peralatannya lebih lengkap. Nanti Calvin yang akan mengantar kamu. Kakek dan yang lainnya harus kembali ke Jakarta," ucap Tuan Ageng.
"Baik, Kek. Terima kasih!" ucap Erlangga.
Tidak berapa lama kemudian, Paris dan yang lainnya masuk ke dalam rumah. Nampak ketegangan terukir jelas dari wajah Sofie. Ibu tunggal itu selalu takut jika berurusan dengan orang kaya.
"Tuan, urusannya sudah selesai," ucap Paris.
"Ayo kita pulang! Elang, Kakek pulang dulu. Apa kalian, gadis yang sudah menolong cucuku?" tanya Tuan Ageng menelisik penampilan Rafika.
"Fika, kamu sudah pulang? Sini dekat Akang," sela Erlangga.
Rafika pun langsung menghampiri Erlangga yang duduk tidak jauh dari tempat Tuan Ageng berdiri. Dia mengambil tangan Erlangga lalu mencium punggung tangan pemuda itu. Dengan senyum yang mengembang di kedua sudut bibirnya, Erlangga memperkenalkan Rafika.
"Ini Fika Kakek. Dia gadis hebat yang sudah menyelamatkan aku. Fika, apa Kiran ada di sini?"
"Dia sudah pulang, Kang. Salam kenal Tuan-tuan," ucap Rafika dengan menyatukan kedua telapak tangannya seraya membungkukkan sedikit badannya.
"Salam kenal Fika. Terima kasih sudah menyelamatkan Elang," ucap Calvin dengan tersenyum manis pada gadis itu.
Ternyata gadis ini yang membuat Elang susah sekali diajak pulang. Dia rela mengabaikan pengobatan matanya, hanya demi bersama dengan gadis ini. Cantik sih tapi sepertinya pecicilan. Felisha, posisi kamu sudah ada yang menggeser. Aku senang akhirnya Elang bisa menemukan cinta yang baru tapi sepertinya cinta mereka akan mendapatkan batu sandungan yang besar. Terlihat dari sorot mata Tuan Ageng kalau orang tua itu seperti tidak menyukai Fika, batin Calvin.
...***...
Keesokan harinya, Rafika terpaksa ijin tidak sekolah karena akan mengantar Erlangga ke rumah sakit khusus mata di Cicendo Bandung. Gadis itu terlihat cantik dengan jeans belel miliknya dengan sweater berwarna biru langit kesukaannya. Tak lupa rambut panjangnya dikuncir kuda.
"Fika, bawa bekal makanan buat di jalan. Ibu sudah menyiapkan buat bekal kamu dan Asep," ucap Sofie saat melihat Erlangga dan Rafika sudah rapi. Mereka tinggal menunggu Calvin menjemputnya.
Saat Sofie sedang sibuk menyiapkan bekal untuk putrinya, terdengar suara mobil yang berhenti di pinggir jalan. Rafika pun langsung melongokkan kepalanya melihat ke arah jalan raya yang terhalang oleh rumah uwanya. Benar saja Calvin sudah datang menjemput mereka.
"Akang ayo! Tuan Ganteng itu sudah datang," ajak Rafika dengan menuntun Erlangga.
Namun, raut wajah Erlangga terlihat kecut saat mendengar Rafika menyebut Tuan Ganteng pada Calvin. Rasanya dia tidak rela, Rafika memuji lelaki lain.
"Biar saya yang bantu," ucap Calvin langsung mengambil alih Erlangga.
"Tidak usah! Biar sama Fika saja," ketus Erlangga.
Kenapa nih Kang Asep? Kho galak gitu sama Tuan Ganteng itu? Dia kan cuma mau bantu, batin Rafika.
Sementara Calvin hanya mengangkat bahunya sendiri menanggapi sikap Erlangga. Karena dia tidak tahu salahnya di mana sehingga sahabatnya itu terlihat kesal. Dia pun segera kembali ke mobilnya dan membukakan pintu belakang untuk Erlangga dan Rafika.
"Ibu, aku berangkat dulu." Erlangga mencium punggung tangan Sofie sebelum dia masuk ke dalam mobil.
"Hati-hati di jalan! Fika jangan bandel, harus nurut sama Tuan Calvin!" pesan Sofie.
"Ibu, panggil saja Calvin! Biar kita lebih akrab," sela Calvin. "Fika juga, panggil saja Bang Calvin ya!"
Ehm ... Ehm ...
Erlangga langsung berdehem mendengar apa yang Calvin katakan. Hatinya semakin kesal saat Calvin bersikap sok akrab pada gadisnya. Tanpa bicara lagi, dia bergegas masuk ke dalam mobil.
Jegud!
Tanpa permisi, kepala Erlangga kepentok pintu mobil karena dia kurang membungkukkan badannya. Ingin rasanya Calvin tertawa melihatnya. Namun, dia menahannya. Sekarang dia mengerti kenapa Erlangga terlihat kesal. Rupanya sahabatnya itu sedang cemburu buta.
"Akang hati-hati! Kenapa juga langsung masuk aja, gak bilang Fika dulu. Sakit, kan?" tanya Rafika dengan mengelus kepala Erlangga yang kepentok pintu mobil.
"Tidak apa! Bantu Akang masuk ya!" pinta Erlangga dengan nada yang lembut.
Setelah keduanya duduk manis di dalam mobil, Calvin pun segera berpamitan pada Sofie. Dia duduk di samping supir. Selama perjalanan ke kota kembang, tak henti Calvin melihat ke arah belakang lewat kaca mobil. Dia senyum-senyum sendiri melihat Erlangga dan Rafika di belakang.
...~Bersambung~...
...Dukung terus Author ya kawan! Klik like, comment, rate, vote, gift dan favorite....
...Terima kasih....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 95 Episodes
Comments
Ami batam
kesan pertama jumpa dg keluarga elang sudah tidak adayg suka dg Rafika, terutama sang kakak 🤦♀️
2022-09-14
3