Hari-hari pun terus berlalu, kini Erlangga sudah kembali bekerja di perusahaannya. Rencana perjodohannya dengan Caithlyn pun begitu saja dia setujui. Erlangga merasa sakit hati saat mendengar Felisha akan menikah dengan kakak kelasnya semasa SMA. Dia pun menggunakan perjodohan untuk membuktikan pada Felisha kalau dia sudah benar-benar move on dari gadis itu.
Namun, entah kenapa hampir setiap malam dia memimpikan seorang gadis yang tidak bisa dia lihat wajahnya. Erlangga hanya bisa mendengar suara renyah gadis itu yang selalu terdengar ceria di telinga. Seperti malam ini, Dia kembali memimpikan gadis itu sedang bersamanya duduk di bawah pohon yang rindang. Dengan angin sepoi-sepoi yang mengelus lembut kulitnya.
"Wah, Kang. Aku gak nyangka Akang pintar sekali. Pasti Akang sarjana makanya bisa mengerjakan soal yang sulit begini."
"Sudah pasti lebih tua dari aku. Aku saja mau delapan belas tahun nanti November. Apa Akang tiga puluh tahun ya! Atau baru dua puluh tahun. Nanti aku tanya ke ibu deh."
"Pasti, dong! Kan ada Akang yang ngajarin. Apa yang Akang jelasin dengan apa yang Pak Atlanta jelasin, aku lebih ngerti dengan apa yang Akang jelasin."
Erlangga langsung terbangun dari tidurnya. Selalu saja begitu, dia terbangun setiap memimpikan gadis itu. Sampai saat menjelang pagi, dia tidak bisa memejamkan mata lagi. Dia terus saja bertanya-tanya dalam hatinya, siapa sebenarnya gadis yang ada dalam mimpinya. Karena Felisha maupun Caithlyn tidak memiliki suara seperti gadis itu.
"Siapa dia? Selalu menggangguku setiap malam. Tapi mendengar suara itu membuat hatiku merasa senang. Meskipun Felisha akan menikah seminggu lagi, tapi aku tidak merasakan sakit hati seperti saat Felisha memutuskan aku dulu," gumam Erlangga.
Waktu pun terus bergulir mengikuti arah jarum jam yang terus saja berputar. Erlangga sudah siap dengan setelan jas mahalnya. Seminggu setelah kepulangannya dari rumah sakit, dia pun kembali bekerja seperti biasanya.
Tidak ada kecanggungan bagi Erlangga saat dia menapakkan kakinya ke perusahaan. Seperti tidak pernah terjadi hal yang mengerikan, dia bekerja seperti biasanya. Hanya saja, setiap kali dia memejamkan mata suara gadis itu seolah menghantui hidupnya.
"Calvin, tolong siapkan kado untuk pernikahan Felisha dan gaun untuk Caithlyn. Aku akan datang bersamanya," suruh Erlangga.
"Siap, Bos! Oh, iya Bos. Tuan Besar menyuruh Leon yang memegang proyek pabrik yang di daerah Majalengka. Kita hanya fokus pada pabrik yang di Jabodetabek," tutur Calvin.
"Kenapa dia yang pegang? Apa Kakek yakin, Leon tidak akan memakai dananya untuk berfoya-foya dengan para gadis peliharaannya?"
"Semua itu sudah dipikirkan baik-baik oleh Tuan Besar. Beliau tidak ingin kamu terlalu lelah. Selain itu, agar Leon belajar bertanggung jawab mengurus perusahaan."
"Ya sudahlah, itu terserah kakek. Oh iya Calvin, bisa kamu jadwalkan aku bertemu psikiater? Sepertinya aku harua menemuinya. Hampir setiap hari aku bermimpi yang itu-itu saja. mendengar suara yang sama. Tapi aku tidak tahu, siapa gadis itu."
Astaga sepertinya alam bawah sadar dia terus mengingatkan Elang dengan Rafika, batin Calvin.
"Baik, bos!"
Calvin segera pergi meninggalkan Erlangga di ruangannya. Dia khawatir akan keceplosan jika sudah membahas hal itu. Calvin semakin yakin kalau Erlangga sudah benar-benar jatuh cinta pada gadis yang sudah menolongnya.
Di saat bersamaan, Caithlyn masuk ke dalam ruangan Erlangga. Gadis itu hampir setiap hari datang ke kantor Erlangga. Hanya sekedar mengajak makan siang bersama. Meskipun sebenarnya Erlangga merasa risih dengan gadis itu, tetapi berusaha untuk menerima perjodohannya.
Berbeda dengan Caithlyn, gadis itu begitu bersemangat untuk mendekati Erlangga. Dia sengaja menggunakan perjodohannya untuk mendongkrak popularitas di dunia modelling. Selain itu juga, dia dan keluarganya memiliki rencana lain jika mereka bisa berbesanan dengan Keluarga Bramantyo, sudah pasti perusahaan milik keluarganya akan mendapatkan keuntungan besar.
"Hai Kak Elang, masih sibuk?" sapa Caithlyn.
"Seperti yang kamu lihat. Apa kamu begitu banyak waktu senggang, sehingga hampir setiap hari menemui aku?"
"Kebetulan jadwal pemotretan aku sedang tidak padat. Apa Kak Elang merasa terganggu dengan kedatangan aku?"
"Sedikit. Pekerjaan aku sedang banyak. Asal kamu bisa duduk tenang, mungkin aku bisa fokus dengan pekerjaanku."
"Baiklah! Aku akan jadi anak baik demi Kak Elang." Caithlyn tersenyum manis di tempatnya. Sementara Elang langsung kembali fokus pada pekerjaannya.
Saat jam makan siang telah tiba, Caithlyn pun langsung mendekati Erlangga yang masih asyik dengan pekerjaannya. Dia langsung memeluk Erlangga dari belakang dan meniup pelan belakang telinga pemuda itu. Namun, bukannya Erlangga merasa tergoda, dia malah merasa risih dengan apa yang Caithlyn lakukan.
"Jangan sikapmu, Cai! Jangan bersikap seperti wanita penggoda!"
"Memang salah jika aku bersikap mesra pada calon suamiku?"
"Kita belum halal tidak boleh terlalu dekat," tegas Erlangga.
Sejak kapan dia menekan halal dan tidaknya pada sebuah hubungan. Bukankah dia juga selalu bersikap mesra pada Felisha. Kenapa dia seakan menolak untuk aku dekati. Tetapi saat di depan keluarga besar, dia bersikap biasa saja waktu aku mendekatinya, batin Caithlyn.
Tok tok tok
"Masuk!" suruh Erlangga.
Terlihat Calvin menyembulkan kepalanya di balik pintu. Laki-laki itu datang dengan membawa tentengan makanan di tangannya. Rupanya Erlangga sudah menyuruh assisten-nya untuk membeli makan siangnya, agar dia tidak usah pergi dari kantor
"Kamu sudah datang, Ayo Cai kita makan siang dulu!" ajak Erlangga seraya beranjak dari tempat duduknya.
"Apa? Makan siang di sini lagi? Kenapa kita tidak makan di luar saja?" tanya Caithlyn merasa tidak percaya jika Erlangga lagi-lagi hanya mengajaknya makan siang di kantor. Padahal dia berharap pemuda itu akan membawa dia ke restoran mewah dan mengenalkan pada rekan bisnisnya.
"Pekerjaan aku lagi banyak. Aku belum bisa keluar untuk makan siang," ucap Erlangga.
"Baiklah tidak apa," ucap Caithlyn melas.
Calvin hanya bisa tertawa di dalam hati melihat gadis itu menjadi tidak bersemangat. Sementara Erlangga, dia tidak perduli dengan apa yang gadis itu rasakan. Karena memang pekerjaannya banyak akibat dia tinggalkan hampir dua bulan lamanya.
"Cai, akhir pekan ini kamu ada acara tidak?" tanya Erlangga saat dia sudah selesai makan siang.
"Kenapa memangnya, Kak?"
"Aku akan mengajakmu pergi ke acara pernikahan Felisha. Apa kamu bersedia?"
"Boleh, Kak. Aku akan datang ke acara pernikahan Kak Felisha bersama Kakak.
"Nanti Calvin siapkan gaun untukmu."
"Tidak usah, Kak! Biar aku memilihnya sendiri. Kakak kan sedang sibuk. Pinjamkan saja kartu Kakak padaku, agar tidak menggangu pekerjaan Kakak dan Kak Calvin."
Pintar sekali kamu Caithlyn. Aku tahu, kamu pasti ingin menghabiskan uang Erlangga, batin Calvin.
...~Bersambung~...
...Dukung terus Author ya kawan! Klik like, comment, rate, gift dan favorite....
...Terima kasih....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 95 Episodes
Comments
Ami batam
hilang Felisha muncul chaitlyn 🤦♀️, meskipun elang sdh kembali ingatan nya knp begitu mudah melupakan Rafika, bkn ny sebelum berpisah kmren mereka sempat selfie berdua,
2022-09-18
4
Hatija Lapengo Lapaola
secepat itu kqh org ingat sesuatu bersamaan dg operasi mata 😀
2022-09-18
1