Lampu ruang operasi masih menyala, Calvin dan Tuan Ageng duduk bersisian. Mereka nampak tegang menunggu Erlangga yang masih berada di dalam sana. Tak henti Calvin berdoa untuk kesuksesan operasi transplantasi retina yang Erlangga lakukan.
Sementara Merlina duduk dengan seorang gadis cantik yang bernama Caithlyn Wijaya. Dia gadis yang sudah dipilih oleh Tuan Ageng untuk menjadi menantunya. Pria tua itu sudah merencanakan perjodohan Erlangga dengan Caithlyn agar cucunya tidak menikah dengan gadis sembarangan. Sementara Leon, panggilan dari Leonardo, pemuda itu tidak ikut menunggu operasi kakak tirinya karena dia sedang sibuk bersama dengan gadis-gadisnya.
"Calvin, kenapa operasinya lama sekali?"
"Mungkin dokter sedang berusaha semaksimal mungkin agar operasinya sukses dan Elang bisa melihat kembali seperti sedia kala," ucap Calvin.
"Calvin, kamu harus ingat. Jika nanti Elang sudah bisa melihat dan sembuh dari amnesianya, kamu jangan pernah mengungkit soal gadis desa itu. Ingat, hilangkan semua hal yang berhubungan dengan gadis desa itu. Aku tidak akan pernah mengijinkan mereka menjalin hubungan."
"Baik, Tuan. Saya mengerti!" sahut Calvin.
Glek
Calvin langsung menelan ludahnya dengan kasar. Selama Erlangga tidak mengingat Rafika, mungkin dia bisa mengikuti apa yang Tuan Ageng katakan. Akan tetapi, saat Erlangga menginginkan gadis itu sebagai pendampingnya, maka dia berada dalam posisi yang sulit. Tidak mungkin dia bisa menentang perintah Tuan Ageng. Tidak mungkin pula dia menjadi penghalang kebahagiaan sahabatnya sendiri.
Semoga saja ingatan Elang segera kembali dan dia tidak ingat dengan kecelakaan itu. Biar aku tidak bingung harus bagaimana, batin Calvin
Setelah menunggu selama kurang lebih tiga jam, akhirnya lampu ruang operasi padam. Calvin yang melihat lebih dulu lampu itu dipadamkan, langsung bangun dari duduknya. Dia bergegas menuju ke pintu saat terdengar suara pintu ada yang membukanya. Tidak jauh beda dengan Tuan Ageng, Merlina dan Caithlyn pun ikut berdiri.
"Bagaimana keadaan Elang, Dok?" tanya Calvin.
"Operasinya berjalan dengan lancar. Sebentar lagi, pasien akan dipindahkan," jelas seorang dokter.
"Alhamdulillah. Terima kasih, Dok!" ucap Tuan Ageng dengan menjabat tangan dokter senior itu.
"Sama-sama, Tuan. Kalau begitu, saya permisi." Dokter itu langsung berpamitan dan pergi karena audah ditunggu oleh pasien lain.
Sementara Tuan Ageng dan Calvin sedikit menyingkir saat mendengar suara pintu ruang operasi dibuka. Terlihat beberapa orang perawat mendorong brangkar Erlangga. Tuan Ageng dan Calvin pun segera mendekat.
"Semoga cepat pulih, Lang." Calvin menatap dalam sahabatnya yang masih dalam pengaruh obat bius.
...***...
Seminggu sudah pasca operasi mata, hari ini jadwal Erlangga untuk membuka perban matanya. Selama seminggu itu pula, dia melakukan terapi psikoterapi untuk proses penyembuhan amnesia disosiatif yang di deritanya. Terapi ini menggunakan teknik psikologis yang di desain untuk mendorong komunikasi konflik dan meningkatkan wawasan terhadap masalah.
Selain terapi psikoterapi, Erlangga juga menjalani terapi kognitif. Terapi ini berfokus kepada mengubah pola berpikir disfungsional dan perasaan serta perilaku yang dihasilkan. Selain itu juga dengan terapi keluarga. Jenis terapi ini dapat membantu mengajarkan keluarga penderita tentang gangguan dan penyebabnya, serta dapat membantu keluarga menyadari gejala-gejala kambuhnya penyakit.
Terakhir dengan terapi kreatif (musik atau seni). Terapi ini dapat membuat penderita mengekspresikan pikiran dan perasaan mereka dengan cara yang aman dan kreatif. Selain menjalani terapi, Erlangga pun diberi obat-obatan yang tepat untuk masa penyembuhannya.
Calvin yang selalu berada disisinya pun tidak tinggal diam. Dia selalu memutar lagu yang biasa mereka dengarkan bersama. Ataupun melihat-lihat album yang sengaja dia bawa dari rumah. Sampai saat Calvin memutar lagu 'Goodbye' milik Air Supply, tiba-tiba saja Erlangga memegang kepalanya.
"Calvin kepalaku pusing. Aku merasa sering sekali mendengar lagu ini," ucap Erlangga. "Ah ... Iya aku ingat. Pertama kali mendengar lagi ini, saat aku melihat adik kecil yang sedang menangis. Calvin, kini aku sudah mengingatnya. Saat itu, kita memberi adik kecil itu sebatang coklat cadbury agar dia berhenti menangis tapi ibu itu segera membawanya pergi."
"Kamu sudah ingat kenangan kita waktu SMP. Syukurlah, Lang. Sahabatku sudah kembali. Terima kasih kamu sudah ingat sama aku lagi." Mata Calvin berkaca-kaca seraya memeluk tubuh Erlangga. Begitupun dengan Erlangga yang balik memeluk tubuh sahabat sejatinya.
"Calvin, mataku kenapa sampai diperban?" tanya Erlangga.
"Kamu habis kecelakaan dan matamu terluka."
"Aku ingat, aku akan ke Bandung tapi tiba-tiba hujan deras dan rem mobilku blong. Aku tidak bisa mengendalikan mobilku hingga akhirnya terjun ke sungai. Lalu Felisha bagaimana? Apa dia sudah kembali ke luar negeri?"
"Dia akan menikah minggu depan, Lang. Sebaiknya kamu lupakan dia. Dari awal Felisha tidak pernah mencintai kamu. Dia hanya menjadikan kamu sebagai pelampiasan. Aku sampai lupa belum memberi tahu dokter kalau kamu sudah ingat semuanya."
"Tidak usah! Nanti saja saat perban mataku dibuka. Calvin, lalu siapa yang menolongku?"
"Kamu ditemukan warga di tepi sungai keesokan harinya," ucap Calvin yang tidak sepenuhnya bohong.
Akhirnya Calvin mengikuti keinginan Tuan Ageng agar tidak mengingatkan Erlangga pada Rafika. Tidak mungkin dia mau menentang tuan besarnya. Bisa-bisa dia dijadikan keripik kentang oleh pensiunan jenderal itu.
"Calvin, apa aku tidak pantas dicintai sampai-sampai Felisha tidak melihat ke arahku?"
"Sudahlah lupakan Felisha! Tuan besar sudah menyiapkan seorang gadis cantik untuk kamu. Bisa kamu jadikan teman kondangan ke acara nikahannya Felisha."
"Kakek mau menjodohkan aku? Dengan siapa?"
Belum sempat Calvin menjawab, terdengar pintu ada yang membukanya dari luar. Nampak Tuan Ageng bersama dengan seorang dokter dan perawat yang mengikuti mereka dari belakang. Tidak ketinggalan Merlina, Caithlyn dan Leon datang menyusul.
"Selamat pagi Tuan, Elang. Bagaimana keadaannya hari ini?" tanya Dokter Louis yang menangani Erlangga.
"Alhamdulillah membaik, Dok. Aku sudah mengingat kembali dengan semua kenangan masa kecilku," ucap Erlangga dengan tersebut senang.
"Syukurlah," ucap Tuan Ageng dan yang lainnya kompak.
"Tinggal membuka perban mata saja. Semoga penglihatan Tuan Elang bisa kembali pulih seperti sediakala," ucap Dokter Louis.
"Aamiin," ucap mereka kompak.
Perlahan Dokter Louis pun membuka perban mata Erlangga satu persatu. Setelah keduanya dilepas, Erlangga pun disuruh membuka matanya. Perlahan pemuda itu memicingkan matanya. Dia mengerjapkan matanya berkali-kali untuk menyesuaikan pupil matanya dengan cahaya. Sampai akhirnya, terlihat sebuah bayangan samar, yang semakin lama semakin jelas terlihat.
"Calvin, Kakek!" panggil Erlangga.
"Apa kamu melihat Kakek?" tanya Tuan Ageng.
"Iya, Kek. Aku melihat Kakek," jawab Erlangga.
"Syukurlah, kamu sudah kembali. Kakek senang, akhirnya kondisi kamu sekarang sudah membaik."
"Selamat ya Kak Elang, akhirnya Kakak bisa sembuh juga," ucap Caithlyn.
"Terima kasih."
...~Bersambung~...
*Sumber : Google
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 95 Episodes
Comments
Sulaiman Efendy
KBANYAKN NMA YG SAMA, AYAHNYA GILANG, GALANG & GALIH JUGA AGENG, DN JUGA JENDERAL..
2024-01-02
1
Ami batam
rupanya kakek nya elang sudah menyiapkan jodoh untuk elang, trs gmn dg Rafika
2022-09-18
3