Bab 2 Aku Tidak Ingat

"Dok, apa boleh kami melihatnya?" tanya Rafika penasaran.

"Silakan, tapi jangan terlalu lama. Biarkan dia istirahat dulu," pesan Dokter.

"Baik, Dok!" sahut Rafika.

"Apa kalian sudah menghubungi keluarganya?"

"Aku tidak menemukan dompet di kantong celananya, Dok!"

"Oh, begitu! Lalu apa yang akan kalian lakukan? Mungkin dua tiga hari lagi, dia sudah diperbolehkan pulang."

"Biar nanti dia ikut dengan saya saja, Dok. Sampai keluarganya datang menjemput," jawab Rafika.

"Begitu ya! Kalian anak-anak yang baik. Biar nanti untuk biaya pengobatannya, saya usulkan agar dipotong 50%."

"Terima kasih, Dok! Kalau begitu saya permisi mau melihatnya," pamit Rafika.

"Apa kalian tahu ruang perawatannya," lagi-lagi dokter yang masih terlihat muda itu bertanya.

"Belum tahu, Dok! Baru kami mau tanyakan ke depan," jawab Kiranti yang sedari tadi diam.

"Dia ada di ruang melati nomor tiga."

"Baik, Dok. Kami permisi!" Rafika langsung menarik tangan Kiranti. Dia sangat penasaran dengan apa yang terjadi pada laki-laki yang ditolongnya.

Kedua sahabat itu menyusuri lorong rumah sakit, mencari ruang perawatan yang dikatakan oleh dokter tadi. Saat sudah sampai di tempat yang dituju, keduanya langsung masuk begitu saja. Mereka langsung cengengesan saat semua mata penghuni ruangan itu menatap ke arahnya.

"Hehehe ... Maaf kami sedang mencari korban hanyut di sungai," ucap Rafika kikuk.

"Oh, itu tirai yang paling ujung." Salah satu penunggu pasien menunjuk pada sebuah tirai yang masih tertutup rapat.

"Makasih ya, Mas!" Lagi-lagi Rafika menarik tangan Kiranti agar segera mengikutinya.

Kala tirai itu disingkap, nampak seorang pemuda tampan yang gagah sedang duduk menyender di head board tempat tidur. Pemuda itu hanya diam, mendengarkan suara pergerakan yang ditimbulkan oleh Melati. Sampai akhirnya, dia pun berbicara.

"Apa itu dokter?" tanyanya.

"Bukan! Aku Rafika bersama dengan sahabatku Kiranti. Bagaimana keadaannya?"

"Lebih baik, apa kalian yang menolongku? Tolong katakan siapa aku?"

Rafika dan Kiranti saling berpandangan. Mereka pun bingung harus menjawab apa. Karena keduanya pun tidak mengenal laki-laki yang sudah ditolongnya.

"Apa benar, Om tidak ingat siapa Om sebenarnya?" tanya Kiranti yang terus menyelidik penampilan lelaki itu

"Aku tidak mengingatnya."

"Ya sudah jangan sedih! Aku kasih nama aja, Kang Asep. Bagaimana mau tidak?" usul Rafika untuk mencairkan suasana.

"Aku suka, terima kasih untuk namanya."

"Dia udah Om-om kenapa dipanggil akang?" bisik Kiranti tidak setuju.

"Tapi masih kasep. Tidak terlihat om-om." Rafika pun berbisik kembali.

"Kamu jangan suka sama dia! Kita tidak tahu asal usulnya. Lebih baik kamu terima saja cintanya Zaenal," lagi-lagi Kiranti berbisik.

"Kalian sedang membicarakan apa?" tanya Asep.

"Gak ada, Kang. Kang Asep sudah makan belum?" Rafika langsung mengalihkan pembicaraan.

"Sudah tadi dibantu oleh perawat."

"Kami pulang dulu ya, Kang. Nanti ke sini lagi," pamit Rafika.

"Iya, Terima kasih sudah menolongku."

...***...

Dua hari kemudian, saat jam pelajaran telah usai, semua murid SMA negeri berhamburan keluar. Mereka begitu bersemangat menjejakkan kakinya keluar dari sekolah. Begitupun dengan dua orang gadis yang berlari kecil menuju ke pintu gerbang.

Rafika dan Kiranti begitu terburu-buru. Mereka tidak sabar saat tadi dokter menelpon kalau Erlangga Bramantyo, lelaki yang mereka sebut Kang Asep sudah bisa dibawa pulang. Hingga mereka memutuskan untuk bolos dari les tambahan dan langsung pergi ke rumah sakit.

"Fika, apa kamu sudah membawa uangnya?" tanya Kiranti.

"Aku bawa uang tabungan aku buat kuliah. Kata kakek, kita tidak boleh tanggung kalau menolong orang," jawab Rafika.

"Lalu, kuliah kamu bagaimana?" tanya Kiranti lagi. Dia merasa heran dengan jalan pikiran sahabatnya. Kenapa Rafika memakai uang tabungannya untuk membayar rumah sakit? Padahal mereka berdua tidak mengenal laki-laki itu.

"Itu gimana nanti aja. Kalau ada rejeki, aku pasti lanjut."

Selama perjalanan mereka terus saja bercakap-cakap. Sampai tidak terasa sudah sampai di tempat pemberhentian angkutan kota. Kedua gadis itu segera turun setelah membayar ongkos dan berganti angkutan kota yang menuju ke rumah sakit.

Tidak butuh waktu lama, angkutan kota yang mereka tumpangi sudah tiba di depan rumah sakit. Kedua sahabat itu segera turun setelah sebelumnya membayar ongkos. Dengan langkah tergesa, Rafika dan Kiranti menyusuri lorong rumah sakit.

"Fika, memang yakin dia itu manusia? Bukan pangeran duyung atau siluman ular yang menjelma manusia gitu? Aku heran, kenapa dia bisa tampan sekali seperti pangeran-pangeran di negeri kahyangan," tanya Kiranti saat sudah tiba di kamar inap laki-laki itu.

"Aku yakin dia manusia," ucap Rafika yang menatap lekat laki-laki yang sedang terpejam.

Perlahan laki-laki itu membuka matanya. Namun, tetap saja cahaya gelap yang dia lihat. Laki-laki itu pun berusaha untuk bangun dan duduk di atas tempat tidur. Secepatnya Rafika membantu laki-laki agar bisa duduk dengan nyaman.

"Terima kasih," ucap Erlangga.

"Sama-sama. Kang Asep, hari ini kata dokter sudah boleh pulang. Akang bersiap saja dulu, nanti aku mau urus administrasi dulu. Ini ada makanan, kali aja Akang lapar."

Rafika mengeluarkan satu kantong plastik makanan yang dia bawa dari rumah. Ibunya sengaja menyiapkan makanan saat Rafika mengatakan sepulang sekolah akan pergi ke rumah sakit. Dia pun membukakan kotak nasi yang berisi kue.

"Akang makan saja dulu, aku mau ke depan lagi. Ini kuenya dan ini minumnya," ucap Rafika seraya menyimpan kotak nasi yang dibawanya di pangkuan Erlangga serta menyimpan botol minuman di samping pemuda tampan itu.

"Fika, aku saja yang urus administrasinya. Sini uangnya!" pinta Kiranti.

"Beneran gak apa kamu ke depan lagi?" tanya Rafika memastikan.

"Iya, gak apa!"

Daripada aku harus di sini menjaga dia, lebih baik aku yang pergi. Aku belum yakin kalau dia manusia. Mungkin saja dia lelembut yang berwujud manusia, batin Kiranti.

Rafika mengambil uang yang dia simpan di dalam tas-nya dan memberikannya pada Kiranti. Sesaat dia memejamkan matanya, untuk meyakinkan hatinya kalau apa yang dilakukannya karena Allah. Apalagi Rafika selalu teringat pesan kakeknya, untuk ikhlas saat menolong orang dan jangan mengharapkan imbalan dari orang itu.

Sesaat setelah kepergian Kiranti untuk mengurus administrasi, Rafika pun duduk di kursi samping tempat tidur. Dia terus memperhatikan cara laki-laki itu makan. Yang menurut Rafika cara makan Erlangga terlihat sangat Elegan.

"Kang, beneran Akang tidak ingat apa-apa? Atau jangan-jangan, Akang pangeran bawah sungai yang sedang menyamar." Rafika mulai bersuara

"Kenapa berpikir kalau Akang seorang pangeran?" tanya Elang menghentikan makannya sesaat.

"Soalnya Akang ganteng banget. Artis sini lewat kalau ketemu Akang," puji Rafika.

Erlangga tersenyum mendengar apa yang Rafika katakan, lalu dia pun berkata, "Apa Akang seganteng itu? Tapi kalau ganteng tidak bisa melihat rasanya percuma, tidak bisa melihat wajah sendiri di cermin."

"Biar aku aja yang jadi cerminnya. Akang tinggal bertanya, rambut aku sudah rapi belum? Belek aku masih ada apa tidak? Atau bisa tanya jerawatku sudah matang apa belum?"

"Apa jerawat bisa dimasak?"

"Hahaha ... Si Akang bocor! Masa iya jerawat dimasak?"

Keduanya pun larut dalam obrolan garing. Yang tadinya terasa kaku, kini suasananya sudah mulai mencair. Rafika sudah mulai memperlihatkannya sifat aslinya di depan orang asing itu. Sampai akhirnya Kiranti datang setelah selesai mengurus administrasi.

"Fika, semuanya udah beres. Tinggal cus pulang saja. Gila Fika! Ternyata biaya rumah sakit itu mahal. Padahal ambil kelas tiga, gimana kalau VIP seperti di film-film. Pasti bikin tekor! Noh, abis isi tabungan kamu," ucap Kiranti seraya mengembalikan ATM pada sahabatnya.

"Yang murah itu berobat ke puskesmas, Kiran!" Rafika langsung memutar bola matanya malas. Dia khawatir Erlangga tersinggung karena membicarakan soal biaya pengobatannya di depan dia.

"Maaf, sudah merepotkan kalian."

...~Bersambung~...

Terpopuler

Comments

Edelweiss

Edelweiss

kamu yang bocor Fika🤣🤣🤣

2022-09-07

4

EYN

EYN

Semangaaat 🥰

2022-09-07

1

lihat semua
Episodes
1 Bab 1 Terbawa Arus Sungai
2 Bab 2 Aku Tidak Ingat
3 Bab 3 Ayo Pulang!
4 Bab 4 Menolak Ikut
5 Bab 5 Kang, rujakan yuk!
6 Bab 6 Memancing Ikan
7 Bab 7 Ajari kita dong, Kang!
8 Bab 8 Bukti Kuat
9 Bab 9 Periksa Mata
10 Bab 10 Suka dan Duka
11 Bab 11 Rencana Operasi
12 Bab 12 Malam Terakhir
13 Bab 13 Berpisah
14 Bab 14 Ujian
15 Bab 15 Membaik
16 Bab 16 Suara Gadis Dalam Mimpi
17 Bab 17 Layu Sebelum Berkembang
18 Bab 18 Kelulusan
19 Bab 19 Life Must Go On
20 Bab 20 Move On
21 Bab 21 Dia Berbeda
22 Bab 22 Bos Aneh
23 Bab 23 Makan Bersama
24 Bab 24 Mungkinkah dia?
25 Bab 25 Tertidur Di Bahu
26 Bab 26 Langit dan Bumi
27 Bab 27 Melepaskan Perasaan
28 Bab 28 Pura-pura Sakit
29 Bab 29 Dipanggil Bos
30 Bab 30 Bonus
31 Bab 31 Mabuk
32 Bab 32 Peringatan Calvin
33 Bab 33 Berdamai
34 Bab 34 Bibir Kamu Manis
35 Bab 35 Kang Asep Bukan Bos
36 Bab 36 Kedatangan Tuan Ageng
37 Bab 37 Cicilan
38 Bab 38 Kang Asep Akan Menepati Janji
39 Bab 39 Tawaran Erlangga
40 Bab 40 Kembali Bersama
41 Bab 41 Cokelat Cinta
42 Bab 42 Menyamar
43 Bab 43 Tragedi Pesta Dansa
44 Bab 44 Kekasih Gelap Bos
45 Bab 45 Menguntit
46 Bab 46 Mencari Rafika
47 Bab 47 Belajar Realistis
48 Bab 48 Lamaran
49 Bab 49 Ganti Rugi
50 Bab 50 Gugurkan anak itu!
51 Bab 51 Cukup, Kakek!
52 Bab 52 Keputusan Kakek
53 Bab 53 Serah Terima Jabatan
54 Bab 54 Dihadang Penguntit
55 Bab 55 Rahasia Rafika
56 Bab 56 Terciduk
57 Bab 57 Gara-gara Ketiduran
58 Bab 58 Sah
59 Bab 59 Malam Pengantin
60 Bab 60 Palang Merah
61 Bab 61 Lupakan!
62 Bab 62 Tanggung Jawab Calvin
63 Bab 63 Rencana Yang Sukses
64 Bab 64 Salah Mencintai
65 Bab 65 Mencoba Rumah Baru
66 Bab 66 Pulang
67 Bab 67 Terungkap Fakta
68 Bab 68 Permintaan Kakek
69 Bab 69 Kenapa harus malu?
70 Bab 70 Gara-gara Rafika
71 Bab 71 Bermain di Taman Hiburan
72 Bab 72 Manjanya Rafika
73 Bab 73 Peringatan Fika
74 Bab 74 Pemandangan Panas Dingin
75 Bab 75 Mual di Pagi Hari
76 Bab 76 Periksa Kandungan
77 Bab 77 Makan Siang
78 Bab 78 Kiran Jatuh
79 Bab 79 Azab
80 Bab 80 Kemarahan Erlangga
81 Bab 81 Rumput Fatimah
82 Bab 82 Kontraksi
83 Bab 83 Koma
84 Bab 84 Pelajaran Berharga
85 Bab 85 Syukuran
86 Bab 86 Buka Puasa
87 Bab 87 Calvin Pingsan
88 Bab 88 Bang, lihat apa?
89 Bab 89 Ghibah
90 Bab 90 Berlibur Bersama
91 Bab 91 Sunrise
92 Bab 92 Puber Kedua
93 Bab 93 Terima Kasih ( End )
94 Promo Mainan CEO Arogant
95 Promo Novel Maaf, Jika Aku Harus Pergi
Episodes

Updated 95 Episodes

1
Bab 1 Terbawa Arus Sungai
2
Bab 2 Aku Tidak Ingat
3
Bab 3 Ayo Pulang!
4
Bab 4 Menolak Ikut
5
Bab 5 Kang, rujakan yuk!
6
Bab 6 Memancing Ikan
7
Bab 7 Ajari kita dong, Kang!
8
Bab 8 Bukti Kuat
9
Bab 9 Periksa Mata
10
Bab 10 Suka dan Duka
11
Bab 11 Rencana Operasi
12
Bab 12 Malam Terakhir
13
Bab 13 Berpisah
14
Bab 14 Ujian
15
Bab 15 Membaik
16
Bab 16 Suara Gadis Dalam Mimpi
17
Bab 17 Layu Sebelum Berkembang
18
Bab 18 Kelulusan
19
Bab 19 Life Must Go On
20
Bab 20 Move On
21
Bab 21 Dia Berbeda
22
Bab 22 Bos Aneh
23
Bab 23 Makan Bersama
24
Bab 24 Mungkinkah dia?
25
Bab 25 Tertidur Di Bahu
26
Bab 26 Langit dan Bumi
27
Bab 27 Melepaskan Perasaan
28
Bab 28 Pura-pura Sakit
29
Bab 29 Dipanggil Bos
30
Bab 30 Bonus
31
Bab 31 Mabuk
32
Bab 32 Peringatan Calvin
33
Bab 33 Berdamai
34
Bab 34 Bibir Kamu Manis
35
Bab 35 Kang Asep Bukan Bos
36
Bab 36 Kedatangan Tuan Ageng
37
Bab 37 Cicilan
38
Bab 38 Kang Asep Akan Menepati Janji
39
Bab 39 Tawaran Erlangga
40
Bab 40 Kembali Bersama
41
Bab 41 Cokelat Cinta
42
Bab 42 Menyamar
43
Bab 43 Tragedi Pesta Dansa
44
Bab 44 Kekasih Gelap Bos
45
Bab 45 Menguntit
46
Bab 46 Mencari Rafika
47
Bab 47 Belajar Realistis
48
Bab 48 Lamaran
49
Bab 49 Ganti Rugi
50
Bab 50 Gugurkan anak itu!
51
Bab 51 Cukup, Kakek!
52
Bab 52 Keputusan Kakek
53
Bab 53 Serah Terima Jabatan
54
Bab 54 Dihadang Penguntit
55
Bab 55 Rahasia Rafika
56
Bab 56 Terciduk
57
Bab 57 Gara-gara Ketiduran
58
Bab 58 Sah
59
Bab 59 Malam Pengantin
60
Bab 60 Palang Merah
61
Bab 61 Lupakan!
62
Bab 62 Tanggung Jawab Calvin
63
Bab 63 Rencana Yang Sukses
64
Bab 64 Salah Mencintai
65
Bab 65 Mencoba Rumah Baru
66
Bab 66 Pulang
67
Bab 67 Terungkap Fakta
68
Bab 68 Permintaan Kakek
69
Bab 69 Kenapa harus malu?
70
Bab 70 Gara-gara Rafika
71
Bab 71 Bermain di Taman Hiburan
72
Bab 72 Manjanya Rafika
73
Bab 73 Peringatan Fika
74
Bab 74 Pemandangan Panas Dingin
75
Bab 75 Mual di Pagi Hari
76
Bab 76 Periksa Kandungan
77
Bab 77 Makan Siang
78
Bab 78 Kiran Jatuh
79
Bab 79 Azab
80
Bab 80 Kemarahan Erlangga
81
Bab 81 Rumput Fatimah
82
Bab 82 Kontraksi
83
Bab 83 Koma
84
Bab 84 Pelajaran Berharga
85
Bab 85 Syukuran
86
Bab 86 Buka Puasa
87
Bab 87 Calvin Pingsan
88
Bab 88 Bang, lihat apa?
89
Bab 89 Ghibah
90
Bab 90 Berlibur Bersama
91
Bab 91 Sunrise
92
Bab 92 Puber Kedua
93
Bab 93 Terima Kasih ( End )
94
Promo Mainan CEO Arogant
95
Promo Novel Maaf, Jika Aku Harus Pergi

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!