Part 14 : Analisa
Hanny bergegas menuju ruang tempat Boby dirawat, gadis itu merasa bersalah, Boby mengalami kecelakaan setelah mengantar dia pulang ke kost. Dari kabar yang Hanny dengar, Boby mengalami patah tulang lengan, hingga harus menjalani operasi.
Hanny sampai ke kamar tempat Boby dirawat, ketika akan mengetuk pintu, muncul seorang wanita setengah baya yang akan keluar dari tempat itu.
"Permisi, Bu. Saya Hanny, teman kampusnya Boby," kata Hanny sambil tersenyum manis.
"Ah, kebetulan. Ibu mau ke kantin sebentar, bisa kan titip jagain Boby?"
"Iya, Bu."
"Kalau gitu, Ibu tinggal dulu. Itu Boby sudah bangun kok, sekarang kayaknya dia lagi belajar, karena Ibu lihat dia baca buku."
Hanny tersenyum dan mengangguk, kemudian Bu Ida, mama Boby, berlalu dari tempat itu. Hanny membuka pintu kamar rawat Boby, dan mendapati Boby sedang membaca diary Thalita.
"Halo, Bob. Gimana keadaan kamu, udah lebih baik?"
"Eh, Hanny. Masuk, Han! Lumayan sih sekarang, cuma masih ngilu banget nih," jawab Boby sambil memperlihatkan tangannya yang dipasang gips.
"Maaf ya, Bob. Gara - gara nganterin aku, kamu jadi kecelakaan kayak gini. Coba waktu itu aku pesan ojek online aja," sesal Hanny.
"Jangan merasa bersalah gitu dong, Han. Aku kecelakaan juga bukan karena kamu. Aku aja yang lagi meleng, jadinya malah nabrak angkot."
"Tapi aku tetap aja merasa gak enak, Bob. Mana baru sempat jenguk sekarang, sungguh aku ini teman yang cuma bisa nyusahin aja."
"Hadeh, Han. Kenapa jadi baper gitu sih? Kecelakaan yang ku alami gak ada hubungannya sama kamu. Ngomong - ngomong, bener katamu, Han. Nih muncul sendiri tulisan di buku ini."
Boby menyodorkan diary Thalita pada Hanny, gadis itu menerimanya, dan segera membuka halaman tempat pesan terakhir tertulis.
Hanny tampak merenung sejenak, setelah membaca tulisan itu. Sebuah pemikiran terlintas di benaknya.
"Bob....."
"Kenapa, Han?"
"Kamu merasa gak, kalau sebenarnya, kalimat di buku ini merujuk ke kamu?"
"Maksudnya, gimana?"
"Ya yang dimaksud dengan ular jantan di buku ini, kamu. Kan kamu mengalami kecelakaan dan patah tulang lengan."
Boby merenungkan kata - kata Hanny, memang benar dirinya mengalami kecelakaan dan patah tulang lengan, tapi apa maksudnya dia disebut sebagai ular jantan?
"Bob, kamu sadar gak? Kalau yang dimaksud anjing di sini itu Si Yudi?" tanya Hanny sambil menunjukkan tulisan yang pertama kali muncul di diary Thalita.
Boby mengambil diary, dan membaca ulang tulisan itu. Memang Yudi meninggal karena kecelakaan yang disebabkan seekor anjing, tapi apa hubungan Yudi dengan Thalita?
"Yudi ini kenal Thalita?" tanya Boby.
"Kenal, Yudi sering main ke kost, ketemu Mbak Clara. Heran juga sih, katanya dia itu sudah punya istri, tapi masih sering pergi berdua dengan Mbak Clara. Apa istrinya gak marah ya?"
"Jadi gitu ya, Han. Menurut kamu, Clara itu orangnya gimana sih?"
"Jujur aja, aku tuh gak suka sama Mbak Clara. Dia orangnya kasar, egois, culas dan judes. Mbak Clara kalau melihat Thalita, matanya menyorotkan kebencian. Entahlah, apa yang membuat dia kayak gitu, karena setau aku, Thalita tak pernah nyenggol dia."
"Clara pernah bilang ke aku, dia gak suka sama Thalita, karena Thalita sudah berselingkuh dengan cowoknya."
"Hah?? Kok ngawur banget gitu ceritanya? Aku berteman dengan Thalita sejak SMA, dia tuh paling anti dengan yang namanya pacaran. Fokusnya cuma kuliah dan cari uang, habis itu kerja dan membiayai adik - adiknya."
"Entahlah, Han. Bisa - bisanya Clara memfitnah Thalita seperti itu. Yang jelas, cewek ular itu sudah melakukan banyak cara untuk membuat Thalita menderita."
"Kok kamu bisa ngomong kayak gitu, Bob?"
"Aku pernah disuruh Clara untuk menyebar fitnah, kalau novel karya Thalita itu hasil plagiat. Awalnya memang ku lakukan, karena tergiur imbalan yang ditawarkan Clara. Tapi akhirnya aku sadar, apa yang kulakukan itu salah," Boby mengatakan penyesalan.
Hanny mendengar cerita Boby dengan kening berkerut, gadis itu tak pernah menyangka, Clara bisa sejahat itu pada teman sekamarnya.
"Apalagi yang kamu tau tentang Mbak Clara, Bob?"
"Yang aku tau sih, Clara juga menyuruh Nella dan Arip untuk meneror Thalita. Tapi, kita kan tak boleh berprasangka pada orang yang sudah meninggal."
"Gimana meninggalnya Nella dan Arip?"
"Kalau Nella, dia sedang berantem dengan Clara, kemudian Nella pergi ke taman. Dari jauh Clara melihat Nella seperti ketakutan, dia lari, tersandung dan kepalanya terantuk pot batu. Itu yang membuat dia meninggal."
"Kalau Arif?"
"Kalau Arif aku kurang tau, yang jelas dia meninggal di tempat yang sama dengan Nella."
Hanny teringat tulisan di diary Thalita, tentang sepasang burung hantu yang tewas di tempat dan cara yang sama, meskipun di waktu yang berbeda.
"Menurut kamu, apa tulisan tentang burung hantu itu, sesuai dengan kisah Nella dan Arif, Bob?"
Boby membaca kembali deretan kalimat di diary Thalita. Perkataan Hanny memang ada benarnya, tapi semua masih menjadi misteri.
"Kalaupun memang diary ini menulis tentang kisah - kisah kematian, apakah Rina termasuk di dalamnya, Han?"
"Rina? Memangnya ada cerita yang sesuai dengan kematian Rina?"
"Kan Rina meninggal karena digigit ular, sama kayak cerita ini," kata Boby sambil menunjuk kisah di diary.
Hanny menghela napas, apakah Thalita sahabatnya memang berhubungan dengan semua peristiwa ini?
"Aku gak habis ngerti, Bob. Semuanya memang gak masuk akal, tapi memang terjadi. Masa sih ini ada hubungannya dengan hal - hal yang bersifat supranatural?"
"Maksud kamu gimana, Han?"
"Kamu ingat gak, Bob? Beberapa waktu lalu aku pinjam buku tentang sihir di perpustakaan?"
"Iya, ingat. Emang kenapa?"
"Buku itu menceritakan tentang seorang penyihir yang dirundung oleh warga sebuah desa. Hidup penyihir itu sangat sengsara, karena orang yang membencinya, menghasut warga desa itu. Hingga pada akhirnya, penyihir itu tak kuat lagi. Dia bersekutu dengan Pangeran Kegelapan. Penyihir itu menjual jiwanya, agar bisa membalas dendam pada orang - orang yang merundung nya."
"Lalu? Apa hubungannya dengan bahasan kita sekarang?"
"Penyihir itu memperoleh sebuah buku diary dari Pangeran Kegelapan. Jika penyihir itu menulis nama orang dan kisahnya di buku itu, maka akan terjadi seperti yang dia tulis."
"Kayak kisah Death Note?"
"Ya seperti itulah."
"Helloo... Hanny, ini jaman modern ya. Cerita kayak gitu cocoknya sebagai dongeng pengantar tidur. Masa sih kamu percaya dengan cerita begituan?"
Kembali Hanny menghela napas, memang semuanya tidak masuk akal. Tapi sebagai pengemar cerita fantasi, Hanny sedikit mempercayai, semuanya bukan cuma sekedar dongeng.
Bu Ida masuk ke dalam kamar rawat Boby, hingga menghentikan diskusi Hanny dan Boby tentang diary Thalita dan kisah di baliknya.
"Makasih ya, udah bantuin jaga Boby. Oh iya, Ndhuk, nama kamu siapa? Tadi Ibu lupa nanya."
"Oh, nama saya Hanny, Bu." Hanny menjabat tangan Bu Ida.
"Oh, Hanny. Nama yang cantik, kayak orangnya."
Hanny hanya tersenyum mendengar pujian Bu Ida, mama Boby.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 75 Episodes
Comments