Part 9 : Penyesalan Boby
Boby mengendarai motornya dengan ngebut, ketika dia keluar dari halaman rumah Rina menuju jalan raya yang tampak lenggang. Pikiran cowok itu kalut, tak menyangka kalau kekasihnya dekat dengan Clara, cewek yang menurut Boby tukang hasut.
Pikiran Boby yang kalut, membuatnya sering sembrono dalam berkendara, beberapa kali cowok itu hampir mengalami kecelakaan. Karena itu, Boby menghentikan motornya di pinggir sebuah sungai. Cowok itu ingin menenangkan diri sejenak, sebelum melanjutkan perjalanannya pulang ke rumah kost.
Boby mengambil ponsel dari saku jaketnya, tiba - tiba dia berpikir untuk menghubungi Hanny, teman SMA nya dan Thalita, yang sekarang juga teman kampusnya.
"Halo, Han. Kamu masih di kampus?" tanya Boby begitu panggilan terhubung.
"Iya, Bob. Ada apa?"
"Kamu tunggu aku di situ dulu ya! Aku otewe ke situ, ada yang pengen aku omongin sama kamu."
"Oke, Bob. Nanti kamu langsung aja ke perpustakaan ya! Aku mau ke sana, ngerjain tugas."
"Oke, Han."
Boby mematikan panggilannya pada Hanny, kemudian cowok itu melajukan motornya kembali ke kampus.
🌼🌼🌼🌼🌼
Hanny memasuki perpustakaan dengan bersenandung riang, cewek itu berusaha melupakan kekalutannya sejenak. Sejak meninggalnya Thalita dan buku harian aneh yang dia temukan, pikiran Hanny bisa dibilang sedikit tak waras.
Hanny tak mempunyai teman berbagi cerita, selama ini cewek itu mempunyai banyak teman, tapi tak satupun yang bisa dibilang akrab. Mungkin cuma Thalita, teman SMA dan satu kamar kost, teman untuk saling bercerita, dan saat ini teman itu sudah tiada.
Secara tak sengaja, Hanny menemukan sebuah buku dengan cerita tentang seorang penyihir. Gadis itu memang menyukai cerita berbau fantasi dan dongeng, jadi dia memutuskan akan meminjam buku itu sebagai bacaan sebelum tidur.
Hanny masih sibuk berkutat dengan tugas yang dia kerjakan, ketika Boby sampai di perpustakaan dan duduk di hadapannya.
"Kusut banget sih muka kamu, Bro?" tanya Hanny pada Boby.
"Aku lagi kesal dengan seseorang, jadi aku pengen curhat sama kamu, makanya aku susul kamu ke sini. Udah deh, kerjain dulu itu tugas kamu, habis ini kamu harus dengar curhat ku!"
Hanny cuma mengangguk, kemudian melanjutkan mengerjakan tugasnya. Hanny tau, di perpustakaan mereka harus menjaga ketenangan, jadi dia tergesa mengerjakan tugas, agar bisa segera berlalu dari tempat itu, dan berbincang dengan Boby.
"Nah, sekarang kamu mau curhat apa?" tanya Hanny. Saat ini keduanya sedang makan di sebuah warung pinggir jalan yang menjual bebek goreng.
"Kamu kenal Clara kan, Han?" tanya Boby sebelum mengigit bebeknya.
"Jelas kenal, dia kan anaknya bapak kost. Kenapa dengan dia?"
"Dia itu benci banget dengan Thalita, dan yang aku tau, dia juga mempengaruhi beberapa orang untuk merundung Thalita di sosial media."
Hanny menghela napas, selama ini memang dia jarang membuka sosmed, jadi dia tak mengetahui apa yang terjadi pada Thalita di sana. Berbeda sekali dengan Thalita, gadis itu semasa hidupnya selalu aktif di sosmed, untuk promosi novel - novelnya tentu saja.
"Terus? Apa yang sudah dilakukan Mbak Clara pada Thalita?" tanya Hanny.
"Banyak, salah satunya Clara nyuruh aku untuk menghasut Dony, cowok yang belakangan dekat dengan Thalita."
Hanny sampai menghentikan suapannya, dia tak pernah tau, Thalita sedang dekat dengan seorang cowok. Thalita tak pernah menyinggung hal itu setiap ngobrol dengannya, paling juga mereka membahas novel, keluarga atau masalah di kampus.
"Jadi Thalita udah punya cowok?"
"Setahuku, mereka baru deket sih, belum sampai pacaran. Sebelumnya, cowok itu dekat sama Clara."
"Hem, mungkin itu kali ya, yang bikin Mbak Clara itu gak suka sama Thalita?"
"Ya begitulah. Sebagai cowok normal, kalau aku jadi Dony juga, pasti lebih pilih Thalita daripada Clara."
"Kok bisa gitu?"
"Clara dan Dony itu selisih usianya lebih dari tujuh tahun, tua di Clara. Biasanya cowok mah cari yang lebih muda, atau kalo lebih tua juga, paling selisih tiga tahun dah mentok. Kebanyakan cowok pengen lebih dewasa dari pasangannya," jelas Boby.
"Jadi, masalahnya dimana nih, Bob? Kokkamu keliatan kusut kayak gitu?"
"Masalahnya, Clara kayak e dekat juga sama Rina. Aku gak pernah tau kalau mereka saling kenal, baru tau tadi, waktu aku ke rumah Rina, Clara juga datang ke sana. Kamu gak tau sih, gimana pengaruh Clara, takutnya Rina kena hasut juga," jawab Boby sedih.
"Rina itu udah dewasa, Bob. Pasti dia bisa bedain mana yang baik mana yang buruk. Kamu gak usah terlalu khawatir sama dia!" kata Hanny menenangkan Boby.
"Kamu benar - benar gak tau Clara, Han. Dia itu loyal banget sama duit, dan tau sendirilah gimana cewek. Matanya jadi ijo kalau udah liat duit. Pasti Clara udah nawarin Rina barang - barang branded, biar nanti masuk dalam jeratnya. Kalau udah gitu, Rina pasti bakal nurut, disuruh apapun sama Clara."
Hanny mengerutkan kening tanda keheranan. Selama ini dia cuma mengenal Clara sebatas dia anak Bapak kost. Dia tak pernah akrab dengan Clara, gadis itu bukan tipe orang yang enak diajak berteman, karena itu Hanny selalu menjauhinya, lebih tepatnya, tak peduli.
"Kira - kira, Mbak Clara nyuruh cewek kamu ngapain ya, Bob?"
"Itu yang aku gak tau, Han. Clara bisa nyuruh Rina ngelakuin apa aja, yang penting membuat Thalita menderita. Aku pernah disuruh Clara untuk pura - pura naksir Thalita, supaya Thalita dijauhi sama Dony."
"Dan kamu mau?"
"Waktu itu aku butuh duit, Han. Rina ultah, aku pengen beliin kado yang spesial buat dia, sedang aku sedang bokek, jadi aku terima aja tawaran Clara," kata Boby sendu.
"Dan sekarang kamu nyesel?"
Boby mengangguk sedih. Tiba - tiba ponsel Boby berdering, sebuah nama tertulis di sana, Clara.
"Kok gak diangkat, Bob?"
"Males, Clara yang nelpon." Boby melanjutkan makannya, tanpa menjawab panggilan dari Clara, tapi ponselnya tak mau berhenti berdering.
"Angkat aja, Bob! Sapa tau penting," saran Hanny.
Dengan malas, Boby menjawab panggilan telepon dari Clara.
"Halo, Bob. Lama banget sih angkatnya? Lu kesini deh, ke rumah sakit tempat Arif kerja. Rina kecelakaan, sekarang keadaannya kritis," kata Clara panik.
Boby mematikan panggilan tanpa menjawab sepatah kata pun.
"Kenapa, Bob?" tanya Hanny heran melihat perubahan raut muka Boby.
"Rina kecelakaan, keadaannya kritis, aku harus segera ke rumah sakit. Yuk, ku antar kamu pulang dulu, Han!"
"Kamu ke rumah sakit aja, Rina pasti butuh kamu di sana. Aku mah gampang, bisa pulang sendiri juga."
"Ya udah kalau gitu, aku cabut dulu ya, Han."
Hanny mengangguk, Boby segera beranjak dari tempat itu. Setelah Boby pergi, iseng Hanny membuka diary Thalita, dan ternyata ada tulisan kalimat baru di sana :
Seekor ular telah binasa karena kecerobohannya sendiri, tinggal pasangan ular itu. Tapi aku masih menganggap ular jantan itu teman, andai dia bertobat, nyawanya pasti akan selamat.
Thalita Adelia.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 75 Episodes
Comments
kavena ayunda
baguss novelnya penuh teka teki
2022-12-20
0