Part 3 : Kisah Pertama
Hanny menyusut air matanya yang tak mau berhenti mengalir. Ingatan akan hari - hari sewaktu Thalita masih hidup, berseliweran di otaknya, membuat gadis itu semakin sedih. Pandangan matanya yang masih memindai meja belajar Thalita, tak sengaja terpaku pada sebuah buku bersampul coklat, sebuah diary.
Berlahan, Hanny menyentuh buku itu dan menariknya dari deretan novel karya Thalita. Dengan rasa bersalah dan juga penasaran, Hanny mulai membaca halaman pertama buku harian itu.
Malang, 10 November 2022
Hari ini aku membuka aplikasi biru dengan logo huruf F dengan harapan akan ada event menulis yang akan membukukan karya peserta. Tapi yang ku dapati di sana adalah sederetan notifikasi yang mengomentari postinganku. Komentar itu tidak ada hubungannya dengan postingan yang ku tulis, tapi berisi hujatan dan cemooh yang sangat membuatku muak.
Hmm...
Komentar dari seseorang yang tidak ku kenal dan juga gak berteman dengan akun ku. Tapi jelas sekali di situ, dia berteman dengan Mbak Clara.
Hanny mengerutkan dahinya heran. Halaman pertama di diary itu tertanggal hari ini. Keheranan Hanny semakin bertambah, karena halaman berikutnya masih kosong, tanpa ada coretan sedikitpun.
Hanny mendesah, kemudian menaruh kembali diary itu di tempat asalnya. Setelah sekali lagi memindai meja belajar Thalita, Hanny beranjak, dan merebahkan diri di kasurnya. Karena letih, Hanny terlelap.
🌼🌼🌼🌼🌼
Clara sedang asik berbalas chat dengan teman yang dia kenal dari aplikasi biru. Sesekali tawa cekikikan tercetak di bibirnya yang selalu dilapisi lipstik warna merah yang norak. Tak puas hanya berbalas chat, Clara menelepon teman chat itu dengan aplikasi hijau.
"Hallo, Yud. Bini lu udah tidur belom?" tanya Clara pada seseorang di seberang sana.
"Hallo, Sayang. Kenapa nelpon? Gak puas cuma chat ya? Pasti lu kangen deh ma gua," kata Yudi sambil tersenyum jahil.
"Pede banget lu, Yud. Mana ada gua kangen sama laki orang, bisa dilabrak ma bini lu, ntar."
"Bini gua udah tau kali, kalo hubungan kita cuma kerjasama yang berujung cuan. Asal saldo ke dia lancar, bini gua mah gak bakal komplain. Gimana tuh kerja gua? Bagus kan?"
"Bagus kok bagus. Gua rasa tuh Si Bocil pasti trauma baca komentar elu di sosmed dia. Baru jadi penulis gitu doang udah belagu tuh Bocil. Lu harus bisa bikin mental dia semakin down, biar gua gak rugi transfer saldo ke e-wallet bini elu," kata Clara ketus.
"Tenang aja, Sayang. Apa sih yang gak gua lakuin buat elu, Cantik? Menjual harga diri gua aja gua lakuin kok, asal elu yang beli," kata Yudi sambil terbahak.
"Ya udah, lu gak mau ketemu gua nih? Gak kangen ma gua?"
"Kangen dong, Cantik. Tar lagi gua meluncur ke klinik tempat lu gawe. Tapi tunggu bini gua pules dulu ya, Sayang."
"Oke deh, gua tunggu elu. Jangan lama - lama, tar gua merana karena terlalu lama nahan kangen ke elu." Clara mengakhiri panggilan tanpa menunggu jawaban dari Yudi.
Diseberang sana, Yudi merasa kesal dengan sikap tidak sopan Clara. Lelaki itu mendengus kesal. "Awas aja lu kalau ketemu, akan ku buat lu nyesel udah nutup telpon gak sopan gitu."
Istri Yudi tampak memasuki kamar dengan membawa secangkir kopi yang diminta suaminya. Wanita itu meletakkan kopi di meja dengan kesal, karena suaminya sudah tampak rapi, bersiap mau pergi.
"Mau kemana, Mas?"
"Biasalah, Sayang. Mau ketemu Clara, barusan dia nelpon," jawab Yudi sambil menyisir rambutnya.
"Kalau Clara yang rajin transfer saldo ke virtual akun milikku, udah ku labrak itu cewek gatel," kata bini Yudi kesal.
"Dan kalo transferan dia gak gede dan lancar, ya Mas juga ogah ngeladeni dia. Mana lawan dia yang harus Mas kerjain itu masih bocah lagi. Menang gak bikin banga, kalah malu - maluin. Tapi demi cuan, apa boleh buat," kekeh Yudi.
Istri Yudi masih cemberut, sebenarnya dia tak rela berbagi kasih Yudi dengan Clara, tapi apa boleh buat, dana yang ditranfer Clara ke rekeningnya tidak sedikit.
"Ya udah, minum dulu kopinya, baru pergi! Udah susah - susah ku buatin tuh," kata istri Yudi.
Yudi mengecup kening istrinya lembut, berharap kekesalan wanita itu bisa sedikit berkurang. Istri Yudi cuma mendengus kesal, dan menjatuhkan diri di kasur, untuk kemudian menarik selimut.
Dengan mengendarai sebuah motor matic, Yudi berniat menemui Clara di klinik bersalin tempat dia bekerja. Tak lama sampailah Yudi, dan segera disambut oleh Clara dengan senyum cerah.
"Hallo, Sayang," sapa Yudi setelah memarkir motornya.
"Kirain lu gak bakalan datang, Yud." Clara menghampiri Yudi sambil mengenakan jaket.
"Pasti datanglah, kan gua gak mau lu menderita karena nahan rindu ke gua," gurau Yudi.
Clara tak menyahuti gurauan Yudi, dia malah sudah duduk manis di boncengan motor pria itu.
"Kok main nangkring di situ sih? Emang lu gak lagi kerja?" tanya Yudi heran.
"Klinik lagi sepi, gak ada pasien. Jadi gua pengen ngajak lu jalan - jalan. Kita makan di angkringan," jawab Clara kalem.
Yudi cuma mengangkat bahu, kemudian menuruti keinginan Clara. Tak berapa lama, mereka berdua sudah duduk di sebuah angkringan, menunggu pesanan mereka.
"Lu tau gak, Sayang? Tuh Bocil marah banget waktu baca komentar gua. Sampai gua dikatain piaran elu lho," lapor Yudi sambil mengunyah makanannya.
"Kok bisa dia bilang gitu?"
"Karena gua ngatain dia cabe. Cewek sok caper yang cari muka di sosmed."
"Bagus, kan emang kenyataannya kayak gitu. Dia itu cuma cewek miskin yang sok - sokan berlagak kaya, untuk cari teman. Kalau udah dapat, gak segan - segan dia bakal manfaatin temannya itu," kata Clara geram.
"Emang salah dia apa? Sampai lu segitu gak sukanya sama dia?"
"Karena dia caper, berlagak jadi cewek baik - baik di sosmed, cuma buat cari simpati."
"Terus, dia dapat tuh simpati?"
"Dapat. Karena aksinya yang jadi playing victim itu, banyak yang kasian sama dia."
"Aneh aja, jangan - jangan lu cemburu sama cewek sampah itu?" tanya Yudi menyelidik.
"Gak level banget gua cemburu sama cabe," kata Clara geram.
"Ya udah, jangan emosi kayak gitu! Serahkan dia padaku, biar ku urus."
Baru saja Yudi mengucapkan perkataan itu, tiba - tiba ada seekor anjing besar dengan liur menetes lari ke arah mereka duduk. Yudi dan Clara yang melihatnya, menjadi panik dan berlari meninggalkan tempat itu.
Malang bagi Yudi, anjing itu mengejar kemanapun dia lari. Yudi semakin mempercepat larinya, hingga napasnya terasa sesak.
Yudi menengok ke belakang, dan tampak anjing itu masih mengejarnya. Dan tiba - tiba, sebuah motor melintas tanpa disadari Yudi. Tubuh Yudi jatuh terpental dan kepalanya membentur aspal. Darah segar tampak mengalir dari luka di kepala Yudi.
Clara yang menyaksikan kejadian itu, menjerit histeris, sebelum akhirnya jatuh pingsan. Orang - orang yang ada di tempat itu, segera memberikan pertolongan pada Yudi dan Clara.
Tanpa disadari siapapun, Si anjing yang tadi mengejar Yudi, melenggang meninggalkan tempat itu dengan bibir seolah menyungging senyuman.
🌼🌼🌼🌼🌼
Di kamar kost Hanny, tampak gadis itu masih terlelap. Hingga tak menyadari, tulisan di buku diary Thalita telah bertambah :
Akhirnya, Anjing itupun mati karena dikejar anjing gila. Wkwkwkwk
Thalita Adelia.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 75 Episodes
Comments
Anggi Kurniawan12
🤣anjibgnya jahat dan baik
2024-07-11
0
Irene Puspitasari
wkwkwk masa sih?
2022-09-29
0
harie insani putra
ini juga komentar dr stranger thoooorrr.....
2022-09-29
1