Part 6 : Kisah Ketiga
Pagi itu, kembali keanehan terjadi di dalam kamar kost yang ditempati Hanny. Ketika gadis itu terbangun, kembali ia menemukan buku harian Thalita dalam keadaan terbuka di atas meja belajar pemiliknya.
Perasaan takut kembali menyelimuti Hanny, apalagi ketika gadis itu merasakan angin dingin tiba - tiba bertiup ke arahnya. Hanny merasakan bulu tengkuknya berdiri, dan gadis itu mengusapnya dengan canggung.
Hanny mengedarkan pandangannya ke seluruh ruangan kamar, berharap ada sesuatu yang tidak biasa tertangkap matanya. Tapi tak ada yang aneh, semuanya seperti keadaan sebelum dia tidur semalam.
"Tha, apa sebenarnya yang kamu ingin untuk kulakukan? Aku benar - benar tak mengerti apa yang terjadi sama kamu. Maafkan aku, selama ini aku gak peduli sama kamu, aku egois, selalu peduli dengan diri sendiri, dan juga memaksa kamu untuk peduli padaku," kata Hanny lirih, seolah Thalita ada di tempat itu dan bisa mendengar omongannya.
Kembali Hanny mendekati meja belajar Thalita, mengambil buku harian itu, dan kembali menemukan kalimat aneh di sana.
Malang, 14 November 2022
Satu burung hantu telah mati karena sebuah keteledoran. Tapi, burung hantu ini punya pasangan. Mereka berdua sangat kompak menyebarkan fitnah padaku. SS rekayasa dari chat atau SW aku mereka kirimkan pada Mbak Clara, hingga dia semakin membenciku. Entahlah, aku tak tau apa yang mereka berdua dapatkan dengan memfitnah aku, bisa jadi sama seperti anjing itu, para burung hantu mendapat upah sebungkus kacang.
Hanya itu yang tertulis di diary Thalita saat ini, tapi Hanny yakin, tulisan itu akan bertambah secara ajaib lagi nanti. Hanny penasaran, siapa sebenarnya yang menulis di diary itu, karena itu, dia memasukkan diary itu ke dalam tas, yang akan dibawanya pergi ke kampus.
🌼🌼🌼🌼🌼
Arif dan Clara usai menghadiri pemakaman Nella. Karena biaya yang diperlukan akan sangat besar jika Nella dimakamkan di tanah kelahirannya, maka keluarga Nella memutuskan memakamkan Nella di sini.
Nella sudah tak lagi memiliki orang tua, jadi hanya kakak - kakak dan adiknya saja yang mengurus pemakaman Nella. Tak ada acara tahlilan atau sejenisnya, karena Nella penganut Kristiani. Setelah pemakaman, saudara - saudara Nella langsung bertolak kembali ke pulau seberang, tempat mereka tinggal.
Arif membonceng Clara dari makam, dan berniat mengantarkan gadis itu pulang. Rasa lelah dan sedih, membuat Arif sering oleng saat membawa motornya. Bahkan nyaris saja motor Arif menabrak seorang ibu yang tiba - tiba menyeberang jalan di depannya.
"Kayak e, lu kecapean deh, Rif. Mending lu langsung pulang aja, biar gua pulang sendiri naik ojol," saran Clara.
"Gua lapar, Ra. Dari semalam gua belum makan apa - apa. Makanya kepala gua agak pusing dan mata gua kabur. Kita cari makan dulu, yuk!"
"Hadeh, Rif. Kenapa lu gak bilang dari tadi kalo lapar? Kan kita bisa mampir dulu ke warung nasi padang, gua yang traktir deh. Bisa berabe naik motor dengan kondisi lu kayak gini," omel Clara.
Arif membelokkan motornya ke sebuah warung nasi padang, tempat itu sepi, karena belum masuk ke jam makan siang. Clara memilih tempat di pojok, agar bisa leluasa mengobrol dengan Arif tanpa terganggu pengunjung lain.
"Dari kemarin, gua gak selera makan, Ra. Gua masih kepikiran Nella, kok bisa - bisanya dia ceroboh kayak gitu. Sepertinya ada sesuatu yang aneh dengan kematiannya," kata Arif disela - sela mengunyah nasi.
"Aneh gimana maksud lu?" tanya Clara heran.
"Ya mungkin aja, ada yang sengaja ingin mencelakai Nella."
"Gua di situ juga ya, Rif. Gua gak lihat ada keanehan kok, Nella sendirian di tempat itu. Mungkin dia lagi sial aja, makanya bisa kesandung dan kepalanya terbentur pot batu."
"Entahlah, Ra. Mungkin firasat gua aja sih, kalo kematian Nella ada hubungannya dengan Thalita."
"Gak usah ngaco dek elu, Rif. Thalita itu udah mati, gak mungkin dia jadi penyebab kecelakaannya Nella. Lu jangan percaya dengan takhayul kayak gitu, ini jaman udah modern, Rif," kata Clara sewot.
"Gua juga gak tau, kenapa punya pemikiran kayak gitu. Lu tau sendiri, ilmu agama gua kuat, gak mungkin gua percaya sama hal kayak gitu. Tapi, firasat gua yang bilang gitu," keluh Arif.
"Mending lu makan yang banyak deh, Rif! Kalo perlu lu nambah juga gapapa kok. Lu tuh rese kalo lagi lapar," ujar Clara.
Arif menghela napas, cowok itu tak mengerti, kenapa tiba - tiba punya pemikiran yang aneh seperti itu.
🌼🌼🌼🌼🌼
Setelah menurunkan Clara di depan pagar rumahnya, Arif segera berpamitan tanpa berniat mampir ke rumah Clara.
"Buru - buru amat, lu gak mau mampir dulu?" tegur Clara.
"Lain kali aja deh, aku ngantuk banget, dari kemarin kurang tidur. Lagian nanti aku juga jaga malam di rumah sakit."
"Ya udah kalo gitu, hati - hati di jalan, jangan ngebut! Sampai rumah langsung istirahat, lu keliatan capek banget!"
"Lu lama - lama kayak emak gua deh," kata Arif sambil tertawa.
"Itu karena gua perhatian sama elu, coba elu bukan teman gua, males banget gua ingetin elu," kata Clara sewot.
"Iya deh iya. Udah, jangan sewot mulu! Tar lu cepat tua lho. Gua pamit dulu deh, Ra. Kalo lu perlu bantuan, telpon gua aja!"
"Iya, ati - ati."
Arif melambai pada Clara, kemudian mulai melajukan motornya. Rasa pusing masih mendera kepalanya, karena itu Arif melajukan motornya dengan pelan.
Arif melewati taman tempat Nella mengalami kecelakaan untuk sampai di rumahnya. Tiba - tiba ada keinginan Arif untuk melihat secara langsung, tempat Nella terjatuh, karena itu Arif menepikan motornya, dan berjalan menuju tempat kejadian.
Ketika hampir tiba di bawah pohon besar tempat Nella jatuh, Arif mendengar suara burung hantu. Rasa ngeri juga menghinggapi Arif, seperti juga pada Nella kemarin.
"Apa sih ini, kok ada suara burung hantu siang bolong kayak gini. Atau jangan - jangan pohon ini emang angker, makanya Nella bisa jatuh di sini," gumam Arif sambil meraba tengkuknya.
Suara burung hantu kembali terdengar, membuat Arif menengadah untuk mencari keberadaan hewan itu di antara cabang dan rimbunnya daun pohon besar itu.
"Ini suara burung beneran, apa mahluk jadi - jadian sih? Kok aku jadi merinding gini."
Arif terus mencari, tapi burung hantu itu tak menampakkan diri, bahkan suaranya tiba - tiba berhenti.
Arif berjalan mendekati akar pohon tempat Nella tersandung, ketika suara burung hantu itu kembali terdengar dan terasa begitu dekat. Arif yang terkejut, jatuh tersandung akar yang kemarin membuat Nella jatuh, dan kepala Arif membentur pot batu yang sama.
Hanya sekejap tubuh Arif tampak menggelepar, untuk selanjutnya tubuh itu tak bergerak. Arif menghembuskan napas terakhir di tempat yang sama dengan pujaan hatinya.
🌼🌼🌼🌼🌼
Hanny mengambil diary Thalita dari tas selempang yang tadi dia bawa ke kampus. Tak semenit pun tas itu diluar jangkauan pengelihatannya, jadi Hanny sangat yakin, tak ada seorangpun selain dirinya yang menyentuh diary itu.
Dengan penasaran, Hanny membuka diary itu. Ingin sekali dia meyakinkan diri, bahwa tak ada kalimat tambahan yang bakal tertulis di sana. Namun mata Hanny terbelalak ngeri, ketika ada kalimat baru di sana :
Akhirnya, sepasang burung hantu penyampai pesan, dapat bersatu lagi di taman neraka. Mereka berdua, disatukan oleh suara burung hantu.
Thalita Adelia.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 75 Episodes
Comments