Rasa yang muncul karena terbiasa bersama, mungkin itulah perasaan yang tepat untuk menggambarkan hubungan Ndis dan Fajar. Nyaman saat bersama, enggak rela saat salah satu dari mereka ada yang mendekati. Fajar udah lama menyadari rasa cinta yang muncul di hatinya untuk Ndis tapi, dia berpikir enggak perlu mengungkapkan perasaannya itu.. Dia takut justru akan membuat jarak dengan Ndis saat Fajar mengungkapkan isi hatinya.
Tapi, untuk Ndis sendiri.. Dia menganggap kedekatan mereka pure persahabatan. Enggak ada embel-embel apapun. Dan ternyata, tebakannya salah. Nyatanya Fajar baru saja jujur pada dirinya jika memiliki perasaan khusus untuk Ndis.
Dewa berjalan ke arah Ndis dan Fajar, Lintang yang tidak ingin terjadi hal-hal yang enggak diinginkan langsung menyusul mereka. Begitupun dengan Jo.
"Kalau enggak bisa bikin dia bahagia, seenggaknya jangan bikin dia bersedih. Kalau enggak bisa buat dia tersenyum, jangan pernah buat dia menangis. Kamu boleh tidak memandangnya tapi, di sini ada aku yang siap jadi sandaran hatinya!" Tegas. Kalimat itu terlontar dari mulut Dewa.
Fajar yang mendengar ucapan Dewa makin enggak suka pada lelaki yang terpaut beberapa tahun usianya di atasnya.
"Enggak usah sok tahu. Ini bukan urusanmu." Sedikit nyolot tanpa mau memandang ke arah Dewa sedikitpun.
"Apapun yang berhubungan dengan Ndis, adalah urusanku." Tantang Dewa.
"Jar.. Ada apa?" Jo menepuk ringan pundak Fajar.
Kalau saja sekarang mereka tidak sedang berada di rumah Ndis, ingin rasanya Fajar melayangkan 'sentuhan' ke pipi Dewa. Udah campur aduk rasa hatinya saat ini, ditambah omongan Dewa tadi membuatnya ingin menghajar lelaki itu. Sok yes banget deh!
"Mas Dewa mending masuk aja, aku masih ada urusan sama Fajar." Ndis mencoba melerai dengan caranya.
"Mas??" Jo agak kaget. Lalu melihat ke arah Fajar yang sedari tadi diam.
"Orang tua Jo, wajar dipanggil mas!" Ucap Fajar. Terdengar sangat tidak bersahabat. Dewa hanya tersenyum. Bocah sekali. pikir Dewa.
"Iya dek, aku cuma enggak bisa lihat kamu nangis kayak tadi. Kamu sangat berharga sampai air mata mu aja enggak akan aku biarin jatuh seperti ini..." Mengusap sisa air mata di pipi Ndis.
"Dek??" Jo makin syok gaess. Fajar menarik Dewa menjauh dari Ndis, dia enggak bisa menahan emosi lagi. Satu pukulan bersarang tepat di ujung bibir Dewa.
Kaget. Semua orang yang di sana cukup kaget dengan perbuatan Fajar. Dewa yang jatuh masih bisa santai tanpa membalas pukulan yang tadi Fajar layangkan padanya.
"Astaghfirullah.. Fajar!! Kamu kenapa to? Mas Dewa salah apa sama kamu?" Bentak Ndis.
"Jar, tenang Jar.. Kamu enggak biasanya kayak gini lho." Jo ikutan menengahi mereka. Dia tahu saat ini Fajar sedang terbakar api cemburu tapi, harusnya Fajar enggak melakukan tindakan yang justru membuat Ndis ilfeel sama dia.
"Aku enggak suka dia nyentuh Ndis Jo! Dia celamitan banget jadi orang, mengambil kesempatan kayak gini untuk deketin Ndis." Suara Fajar cukup nyaring sampai membuat Ndis pasti bisa mendengarnya.
"Mas Fajar,, Atau aku panggil kamu Fajar aja? Supaya jelas di sini, aku ingin sampaiin sesuatu sama kamu. Bukan kamu aja yang punya perasaan khusus untuk Ndis, bukan kamu aja yang ingin membuat Ndis bahagia. Karena aku akan lakukan apapun untuk membuat Ndis jadi milikku. Bukan memaksanya, tapi perlahan membuat dia nyaman dengan hadirku. Jadi.. Kalau kamu datang hanya memberi luka untuknya, mending mundur sekarang juga karena kamu tidak akan tahu sekhilaf apa aku saat tahu air mata Ndis jatuh hanya untuk nangisi orang kayak kamu!"
Bendera perang berkibar. Dewa terang-terangan mengatakan jika Ndis adalah gadis yang akan dia perjuangankan. Fajar, mendekati Dewa. Tapi, lengannya langsung ditarik Jo.
"Woles Jar.. Jangan kepancing." Jo berusaha menenangkan temannya.
"Bicaralah apapun itu, terserah! Karena aku yakin di hati Ndis hanya ada aku bukan kamu."
"Ndis.. Aku pergi dulu. Maaf bikin kamu nangis kayak tadi,, Assalamualaikum."
Fajar menjauh. Jo mengikutinya.
"Ndis, Lin, aku juga pulang dulu ya." Berlari mengejar Fajar yang diliputi kabut pekat cemburu dan amarah di hati.
"Waalaikumsalam.." Lintang yang menjawab dengan suara yang terdengar jelas. Sedang Ndis langsung berlari ke dalam rumah setelah kepergian Jo dan Fajar.
Butuh waktu untuk membuatmu melihat ke arahku, dan aku pastikan setelah hari ini senyum itu pasti muncul hanya untuk ku.
Dewa menepuk pelan bahu Lintang.
"Temani mbakmu ya Syahira, aku juga mau pulang." Ucap Dewa setelah memastikan bayangan Ndis hilang dari pandangannya.
"Tapi, itu bibir pak Dewa luka.. Harus diobati dulu, ayo masuk aja pak.." Lintang merasa tak enak hati dengan suasana yang dia sendiri tidak sangka akan seperti ini.
Dewa menolak dengan halus ajakan Lintang untuk kembali masuk ke dalam rumah keluarga Parto, dia memilih pergi. Kalau di pilem-pilem kan, ini akan jadi kesempatan untuk berduaan dengan Ndis, meminta diobati ujung bibirnya, lalu ada adegan saling pandang dari jarak dekat. Pegangan tangan, lalu pejamin mata, dan.... Aaah hafal!!
Tapi ini bukan drama di pilem-pilem itu, ini kisah angel yang benar-benar angel. Makanya yang nulis juga ikutan pusing dengan ke jelimetan kisah cinta mereka.
Di dalam kamar Ndis nangis, apa lagi yang bisa dia lakuin emangnya? Mau jingkrak-jingkrak juga belum momennya!
Lintang masuk ke dalam sana, mengetuk pelan terlebih dahulu pintu kamar itu. Setelah dipersilahkan masuk oleh pemilik kamar, Lintang baru berani nyelonong ke dalam.
"Mbak.. mbak suka ya sama mas Fajar?" Tanya Lintang dengan polosnya.
"Lin, aku enggak tahu.. Aku anggap kita semua satu keluarga. Aku, Jo, Fajar.. Aku anggep mereka sama seperti kamu." Ndis berucap pelan.
"Lalu kenapa mbak kayak gini, berarti enggak masalah kalau pak Dewa nantinya ngajak mbak pacaran atau lanjut ke arah yang serius kan?" Tanya Lintang lagi.
"Aku enggak ada rasa apapun sama gurumu itu Lin," Jawabnya.
"Bukan enggak mbak tapi, belum..." Lintang mengusap pelan punggung kakaknya.
"Aku lebih mikirin Fajar sekarang ini Lin, dulu waktu dia jadian sama Neta aja aku marah banget sama dia... Sekarang dia pasti sakit hati banget waktu denger omongan gurumu tadi."
"Mbak.. dia laki, kalau emang dia sayang sama mbak, punya saingan kayak pak Dewa harusnya bikin dia makin semangat berjuang mendapatkan hati mbak Ndis. Bukan malah melow-melow'an. Sekarang aku tanya sama mbak.. Saat mbak pejamin mata, ada siapa di sana? Pak Dewa atau mas Fajar?"
Lintang berjalan keluar kamar Ndis, memberi waktu kakaknya untuk menentukan pada siapa hatinya berlabuh. Nama siapa yang akan kakaknya pilih, dia selalu berharap kakaknya akan memilih guru kesayangannya dari pada mas Fajarnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 114 Episodes
Comments
🍊 NUuyz Leonal
🤣🤣🤣othor nya Udah Khatam bener ya adegan beginian
2023-12-02
1
🍊 NUuyz Leonal
lebih fokus ke Jo 🤣🤣🤣
2023-12-02
0
⏤͟͟͞R ve
Wahhh....wahh...nampaknya Dewa sudah membuat Fajar esmosi...hmmmm
#wkwkwww 💜
2022-10-06
0