"Ndis aku minta maaf.." Fajar bingung mau bilang apa.
"Buat apa? Maaf go ngopo? Udah sana pulang! Gelayutin aja itu pacar barumu! Ngapain malah di sini!?" Marah. Tentu aja, Ndis merasa Fajar lebih memilih musuhnya dari pada dia.
"Ndis jangan kayak gini to, kalau Fajar milih jadian sama Neta, kita sebagai temennya harus dukung dia. Ya.. meski kita tahu Fajar nanti bakal dijadiin tumbal sama si sidat sawah itu. Kita lihat aja dulu, bakal kayak apa endingnya hubungan Fajar sama sidat sawah. Aku kok santai!" Jo membukakan tutup botol air mineral itu, diberikan kepada Ndis.
Muka Fajar ditekuk. Sebenarnya bukan seperti ini yang dia harapkan, Fajar juga enggak menginginkan pujian atas pengorbanan hati yang dia lakukan sekarang ini hanya ingin melihat Ndis seneng tanpa diganggu Neta.
Apa Fajar juga memiliki perasaan khusus untuk Neta sampai mau jadian sama musuh sahabatnya sendiri? Enggak! Bahkan secuil rasa untuk Neta pun tidak ada di dalam hatinya. Hanya ingin menjadi guardian angel untuk Ndisnya!
Mungkin saat ini Ndis enggak bisa terima keputusan Fajar jadian dengan Neta tapi, dia yakin lambat laun Ndis akan ngerti. Semua dia lakukan untuk ketentraman hidup Ndis saja.
Jo sedari awal sudah bilang, sudah menasehati Fajar, jika cara ini pastilah enggak efektif. Fajar justru akan kehilangan sosok terdekatnya kalau nekat jadian sama Neta tapi, mau gimana lagi. Fajar udah memilih jalur ini kok! Jo sendiri enggak habis pikir bisa-bisanya Fajar mau nerima Neta yang notabene adalah musuh Ndis.
Mereka dikagetkan oleh bunyi ponsel milik Jo, dilihatnya ke arah layar ponsel itu. Enggak tahu ini dari siapa, hanya nomer aja tanpa nama. Yang artinya, panggilan ini enggak penting!
Diam. Mereka semua membisu. Hanya suara motor yang sesekali terdengar memecah kesunyian. Udah kayak lagu aja ya hahaha.
Sekali lagi, ponsel Jo berbunyi. Ndis melirik ke arah sana. Jo menggeser layar ke warna hijau. Mode loud speaker di aktifkan!
"Paijooooooo!!! Ayang ku mana? Mana dia?? Nomernya enggak aktif Jooooo!!!!"
Suara dari seberang sana. Sudah bisa dipastikan siapa pemilik suara cempreng itu. Neta!
Sidat sawah tahu nomerku dari siapa? pikir Jo sambil mengerutkan keningnya.
"Ini siapa?" Tanya Jo pura-pura enggak tahu jenis suara itu punya siapa.
"Alah, aku Neta Cempaka Arum Manis lah!!! Buruan kasih tahu di mana ayang ku!"
Beuuh namanya rek!
Fajar geleng kepala, memijit kepalanya sendiri yang makin pusing. Benar-benar pusing! Ndis yang melihat hal itu, tersenyum sinis. Mendengar suara Neta aja bikin Ndis pengen lempar hp Jo, tapi masih bisa dia tahan. Dia tahu hp Jo ini waris turun-temurun dari keluarganya!!
"Enggak tahu, aku enggak sama dia!" Jo masih meladeni sidat itu bicara melalui telepon.
"Kok bisa enggak tahu!! Aah pasti dia lagi sama linggis ya?? Emang cewek enggak tahu diri, cowok orang aja masih dipepetin!!"
Ndis yang berang karena namanya dibawa-bawa, langsung merebut ponsel Jo.
"Heh belatung nangka! Kamu ini terbuat dari api neraka ya? Apapun yang keluar dari mulutmu bisa bikin orang lain emosi! Kamu cari siapa sampai bawa-bawa aku segala? Ngatain aku enggak tahu diri! Ngaca?! Siapa yang enggak tahu diri di sini!" Ndis terpancing emosi gara-gara omongan Neta.
Jo langsung mengambil hpnya, dia matikan aja sekalian. Dia tahu pasti Neta bakal terus menghubunginya nanti. Mematikan telepon adalah jalan terbaik saat ini.
"Udah Ndis udah.. Kamu jangan marah-marah terus. Cepet tua nanti, katanya mau jadi guru paud, guru paud itu harus sabar, harus selalu senyum, selalu memancarkan aura positif biar orang di sekelilingmu bisa ikutan seneng." Jo memberi nasehat. Udah kayak sesepuh aja dia tuh!
"Terserah!!" Mode males ngomong on.
"Ndis kamu mau es krim? Katanya es krim bisa bikin dingin hati dan kepala lho, mau?" Masih Jo yang berseloroh.
"Iya kalau itu es kamu templokin ke jidatmu ya pasti dingin itu kepala mu!!" Masih emosi.
"Kamu mau aku gimana Ndis?" Giliran Fajar yang bertanya.
"Terserah!!" Udah kayak gini tuh cuma satu orang yang bisa bikin dia keep kalem lagi, siapa? Parto! Sang bapak tersayang. Pawangnya Ndis, untuk sekarang ini hanya Parto yang bisa balikan mood anak gadisnya jadi normal kalau dia sedang uring-uringan kayak gini.
"Bapak mana ya, aku mau ijin ajak kamu jalan Ndis," Jo masih mencoba mencairkan suasana.
"Jalan kemana??" Meski sengak Ndis tetap merespon apa yang Jo ucapkan.
"Jalan ke KUA, hehehe" Gaje banget.
"Mimpi aja!!" Ndis berdiri dari duduknya.
"Kirain mau jawab terserah lagi Ndis, mayan kan umur dua puluh tahun udah bisa boyong kamu ke KUA hahaha." Lirikan tajam mata Fajar menutup mulut lebar Jo saat tertawa. Tapi setelah itu dia kembali tertawa lagi.
Ndis masuk rumah, moodnya enggak baik. Malas berbincang dengan kedua temannya.
Melihat Ndis yang berjalan cepat memasuki kamar, membuat Parto dan Shela yang tadi ada di teras rumah jadi saling pandang. Kedua legend yang kini jadi orang tua Ndis itu agak bingung, enggak biasanya putri mereka diam saja saat melihat kedua orang tuanya berkumpul.
"Samperin mas.. Kamu kan kesayangannya." Shela tersenyum sambil mengusap lembut punggung tangan suaminya. Parto menjawab dengan anggukan. Langsung berjalan meninggalkan Shela begitu saja tapi, setelah itu Parto kembali lagi ke teras. Dengan cepat dia mengecup pipi istrinya. Membuat Shela tersenyum karena ulah suaminya.
"Jar.. Ini kita pulang aja atau gimana?" Jo bertanya karena bingung melihat Ndis masuk ke dalam rumah tanpa mengajak mereka mengikutinya.
"Terserah!!" Fajar beranjak dari tempatnya.
"Oke oke, terserah kabeh wes terseraaaah!!"
Jo prustasi!
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 114 Episodes
Comments
liesae
diieh bapakmu ndiss wes tua tapi masih romatiss aja🤭.. ndis yang bar2 gimana ya kalau jadi guru paud? jadi penasaran😂😂
2024-10-24
0
🍊 NUuyz Leonal
susah Jo Kalau yang ngajak ngobrol bawaannya negatif mulu 😂😂😂
2023-12-01
1
👙⃝ʀɪsᴍᴀ 𝐙⃝🦜
Nah kan jar bukannya makin tentram gendis malah makin jauh dr mu nanti
2023-01-01
1