"Cukup Net, aku enggak suka cara kamu yang kayak anak kecil gini!" Fajar membuang muka malas. Masa bodoh meski banyak orang yang memperhatikan mereka.
Neta memegang tangan Fajar, ingin orang lain percaya bahwa dia mahkluk paling menderita di sana.
"Aku ngapain kamu nyampe kamu selebay ini? Net.. tolong dewasalah!" Ingin rasanya Fajar meninggalkan Neta di sana, tapi dia masih punya belas kasihan untuk Neta. Dia juga punya andil besar membuat remuk isi jeroan Neta.
"Kamu mau ninggalin aku aja udah kesalahan terbesar yang kamu buat yang! Aku enggak mau pisah dari kamu. Please jangan tinggalin aku. Aku enggak mau." Neta seperti anak kecil yang sedang memohon mendapatkan sesuatu. Pokoknya dia akan lakuin apapun agar Fajar enggak jadi mutusin dia.
Cukup. Fajar malas dengan drama ini. Dia pegang tangan Neta dan menghempaskannya, 'Sepurone' menjadi kata perpisahan antara Neta dan Fajar sore itu.
Fajar beranjak dari taman tapi, Neta tetap berusaha menghalang-halangi. Bukan rasa simpati lagi sekarang yang ada di hati Fajar tapi, lebih ke muak. Melihat Neta yang berteriak-teriak menyerukan namanya dan bersikukuh enggak mau mengakhiri hubungan mereka.
Berhasil meninggalkan taman dengan segepok kekesalan yang menyelimuti hatinya, Fajar langsung kembali ke rumah. Di sana dia menyesali tindakan gegabahnya yang menjadikan Neta pacar. Entah waktu itu pikirannya dia titipin ke siapa sampai bisa mau menerima Neta jadi pacarnya. Baru dua hari pacaran, Neta udah dengan lancang ngasih stempel di dada Fajar. Yang sampai sekarang pun tanda itu masih berbekas.
"Mas, mas Jo telepon nyuruh kamu ke tongkrongan sekarang." Damar membuat Fajar kaget karena lamunannya buyar oleh teriakan adiknya itu.
"Nanti lah, baru nyampe mau mandi dulu." Fajar mengalungkan handuk ke lehernya.
"Urgent mas, pacarmu lagi ngamuk-ngamuk ke mbak Ndis. Ya tapi terserah juga sih kalau kamu mau mandi dulu," Bicara santai seperti enggak ada beban lalu nyelonong pergi, Damar malah membuat Fajar kelimpungan karena ucapannya.
Fajar menaruh asal handuk yang tadi sudah bertengger di lehernya, berlari mengambil kunci motor serta jaket untuk melindungi tubuhnya dari terpaan angin malam yang mendadak jadi dingin karena rintik hujan.
Ditempat lain, Neta udah mencak-mencak. Dia nunjuk Ndis sebagai penyebab karamnya hubungan antara dia dan Fajar. Alasannya apa? Entah pokoknya Ndis adalah tersangka utama yang Neta salahkan di sini.
"Kamu ini bisa enggak ngomong enggak usah nunjuk-nunjuk gitu?! Enggak doyan juga aku sama cowokmu." Ndis cuek aja, belum tersulut emosi meski dari tadi Neta udah seperti orang kerasukan.
"Aku tahu lah, kamu pasti yang nyuruh ayangku mutusin aku? Iri kan kamu karena ayang lebih milih aku dari pada cewek linggis kayak kamu!!" Makin membara dia.
"Net, tak kandani yo kowe... ada empat hal di dunia ini yang enggak bisa dipaksakan. Yang pertama cinta, kedua ukuran baju dan celana, ketiga ukuran bh, dan yang terakhir ukuran semvak! Nek dipekso efek'e nyesek!" Jo ikut memberi pengertian tapi dengan cara sengkleknya. Ndis yang mendengar sedikit menyunggingkan senyum di wajahnya.
"Diem kamu Paijo! Aku enggak lagi ngomong sama kamu! Jangan sok pinter kamu ya, kamu enggak tahu apa aku udah berjuang nyampe titik ini buat dapetin ayang Fajar!! Kelian hanya bisa merusak apa yang udah aku bangun! Kelian semua enggak waras, enggak punya hati, enggak-" Belum selesai Neta berucap Jo kembali memotong perkataan Neta.
"Kowe iki uwong opo kalkulator hah? Kok ora gelem salah. Beneeeeer terus ngono? Aku yo wegah!" (Kamu ini manusia apa kalkulator hah? Kok enggak mau salah. Beneeeeer terus gitu? Aku ya males!) Jo berseloroh.
"Udah Jo.. Udah.. kamu kok ketularan dia to, mok ya biarin aja mau dia nyinden di sini. Malah bagus di sini jadi enggak sepi." Ndis berucap tanpa melihat Neta sedikitpun.
Akhirnya Fajar datang, Neta yang dari tadi bak Rahwana langsung cosplay jadi Cinderella.
"Sayaaang.." Neta berucap manja melihat kehadiran Fajar ditengah-tengah mereka.
"Kamu kenapa marahnya sama Ndis? Ini masalah kita Net, hanya kamu sama aku. Enggak perlu libatin orang lain." Fajar yang baru datang memilih membela Ndis, malah memancing emosi Neta kembali berkobar.
"Kamu tahu kan yang, aku kayak gini juga gara-gara kamu! Jujur aku sayang kamu, aku enggak main-main sama perasaan ini. Apa kamu enggak rasain gimana tulusnya rasaku ke kamu? Semua orang bilang usahaku sia-sia, kamu enggak bakal jadian sama aku. Tapi, akhirnya kita bersama yang, akhirnya kita bisa merenda masa depan kita berdua. Dan aku yakin linggis ini yang mempengaruhi kamu buat ninggalin aku!!" Dan lagi-lagi Ndis yang dijadikan kambing hitam di sini. Ndis akan berucap tapi, tangan Jo langsung menghentikannya. Memberi kode agar diam.
"Mbak Neta yang cantiknya kayak Piktoria Bekam, ngene lho mbak.. Tresno iku koyok entut, dituku ora iso, digolek'i ora ketemu, isone gur ngenteni wong sing ngekei kanti ikhlas! Mudeng ora mbak?" (Cinta itu kayak kentut, dibeli enggak bisa, dicari enggak ketemu, bisanya cuma menunggu orang yang memberi dengan ikhlas! Paham enggak mbak?)
Jo manggut-manggut seperti seorang guru yang baru memberi penjelasan kepada muridnya. Sedangkan Ndis hanya mesem mendengar penuturan Jo yang makin lama makin nyeleneh.
Fajar diam. Neta enggak mau tahu, hanya Fajar yang dia mau. Mau mempermalukan diri sendiri juga baginya tidak masalah. Asal Fajar mau kembali kepada dirinya.
"Sayang.. Apa servis yang aku kasih ke kamu kemarin kurang sampai kamu mau ninggalin aku?"
Ucapan Neta ini membuat semua orang melotot. Ndis sampai menatap jyjyc pada Fajar. Dan Fajar hanya bisa mengelus dada yang emang rata. Wes angel gaess angel...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 114 Episodes
Comments
liesae
kok ada ya cwe modelan netaa,,ya ampuuunnn fajarr nasibmu piyeee🤦🤣
2024-10-25
0
🍊 NUuyz Leonal
sesuai judul jar angel 🤣🤣
2023-12-01
1
🍊 NUuyz Leonal
aku fokusnya ke perumpamaan nya itu loh thor 😂😂
2023-12-01
1