Lintang terlihat akan berangkat ke sekolah, dia merupakan murid SMA yang baru masuk tahun ini. Biasanya dia akan diantar oleh bapaknya atau Ndis.
Hari ini Ndis lah yang akan mengantar adiknya itu berangkat sekolah, setelah berpamitan kepada ibu dan bapaknya mereka segera tancap gas menuju sekolah tempat Lintang menimba ilmu.
"Mbak.. Salamnya pak Dewa diterima enggak?" Tanya Lintang di sela-sela perjalanan mereka.
"Apa?" Ndis balik bertanya.
"Kemarin pak Dewa nitip salam buat mbak Ndis, mbak.. Kenapa enggak coba buka hati buat pak Dewa. Siapa tahu kelian jodoh!" Menunggu jawaban dari kakaknya, Lintang terus saja mengatakan hal-hal baik tentang pak gurunya.
Ndis hanya menjawab dengan hmm hmm saja. Mungkin karena sering kumpul dengan Fajar dan Jo, jadi dia tidak kekurangan kasih sayang dan buru-buru mencari pasangan. Di rumah dia selalu dimanjakan oleh bapak tercintanya, saat ada di luar selalu ada Fajar dan Jo yang menjadi pengawal suka rela Ndis. Jadi, untuk saat ini dia belum butuh yang namanya pacar.
Tiba di sekolah Lintang, Ndis berniat segera memutar motornya menuju paud. Memang bukan guru tetap yang harus selalu absen masuk sekolah tapi, bagi Ndis selama tenaga dan keahliannya dibutuhkan di sana dia akan suka rela hadir di sekolah tersebut.
Langkahnya terhenti oleh teguran seseorang yang baru tadi sore dia ketahui bernama Dewa. Guru Lintang yang selalu Lintang bangga-banggakan.
"Assalamualaikum," Ucap Dewa tersenyum kepada Ndis.
"Waalaikumsalam." Hanya menjawab salam singkat tanpa membalas senyuman Dewa. Sama seperti kemarin. Ndis terkesan jutek, cuek dan pendiam. Belum tahu aja, kalau sudah kenal akrab, Ndis akan berubah jadi sosok yang cerewet dan tidak mau diam.
"Aku Dewa." Sambil mengulurkan tangannya, ooh ternyata pak guru sedang mengajak Ndis berkenalan secara langsung.
Ndis melihat sesaat ke arah tangan yang masih terulur itu, sampai akhirnya dia menjabat tangan itu. Enggak ada salahnya menambah teman kan?
"Gendis." Datar. Flat. Tanpa senyum. Membuat Dewa tersenyum.
"Kamu emang jarang senyum atau gimana? Padahal adikmu orangnya ceria sekali," Mulai membuka obrolan.
"Enggak ada yang lucu sampai aku harus tersenyum pak Dewa," Masih datar. Tapi, ada kemajuan. Kalimat yang Ndis gunakan untuk menjawab pertanyaan Dewa cukup panjang. Enggak pelit kata-kata.
"Iya, emang enggak ada yang lucu. Apa kita bisa jadi teman?" Tanya Dewa selanjutnya.
Ndis mengangguk. "Tentu, karena aku enggak pernah membatasi siapapun untuk menjadi temanku."
"Baguslah.. Aku pikir kamu akan menolaknya, karena yang aku maksud adalah teman hidup." Mendengar ucapan Dewa, Ndis langsung membulatkan matanya. Tawa Dewa pecah melihat ekspresi terkejut Ndis.
"Jangan terlalu serius, lihat adikmu.. Dia sangat periang, dia ceria. Tersenyum tidak harus menunggu sesuatu yang lucu dulu kan. Terimakasih udah mau jadi temanku," Lanjutnya.
"Sama-sama pak Dewa. Dan maaf aku harus segera pulang," Tanpa menghiraukan ucapan Dewa sebelumnya, Ndis langsung membelokan motornya untuk bergegas menuju paud.
"Hati-hati bawa motornya. Semoga harimu menyenangkan." Ndis masih bisa mendengar ucapan terakhir Dewa, dia hanya mengangguk.
Dewa melihat Ndis sampai hilang dari pandangan, barulah dia masuk ke area sekolah.
"Ciyeeeee pak Dewa lagi pedekate sama cewek. Uhhhhuuuuk!" Tegur salah satu muridnya. Dewa hanya tertawa menanggapi guyonan murid-muridnya.
Gendis.. Sama seperti namanya.. dia manis, bahkan baru dua kali bertemu bisa membuatku tertarik.
Dewa berjalan ke arah ruang guru sambil terus tersenyum. Dan senyuman Dewa membuat orang-orang di sana tak mau mengalihkan pandangannya pada Dewa. Pemandangan pagi yang menyejukan mata tentunya.
Di tempat lain, Ndis yang baru tiba di sekolah tempat dia mengajar, kedatangannya disambut oleh Fajar. Fajar ini kok santuy banget hidupnya, apa enggak kerja? Ya kerja, tapi anggep aja hari ini hari liburnya.
"Punya profesi baru ya?" Ndis turun dari motornya, langsung di sambut senyuman oleh Fajar.
"Apa? Enggak kok masih kerja di tempat yang lama." Fajar enggak ngerti.
"Maksudnya punya profesi lain tuh kamu jadi gila, pagi-pagi udah senyum-senyum gitu. Seneng banget apa, nyampe liatin deretan gigi yang enggak putih-putih amat itu hmm?"
Makin lebar aja senyum Fajar. Akhirnya setelah beberapa saat hubungannya dengan Ndis membaik. Gara-gara keputusannya macarin Neta kemarin, hubungan keduanya sempat renggang. Ndis bahkan males saat bertemu dengan Fajar, jangankan ngobrol seperti ini untuk melihat Fajar aja membuat Ndis mual.
"Kamu udah sarapan Ndis?" Tanya Fajar basa-basi.
"Udah, kenapa?" Membuka tasnya mengeluarkan ponsel yang tersimpan di dalamnya.
"Ya udah ini di makan nanti aja," Fajar memberikan box kecil berisi makanan. Ndis melihatnya sesaat, lalu menerimanya. Tanpa ucapan terimakasih.
"Kamu enggak tanya itu apa?" Malah Fajar yang bertanya.
"Enggak. Ini makanan. Aku tahu, nanti aku makan." Fokus sama ponselnya.
Fajar merasa Ndis agak berubah, entah itu hanya perasaannya saja atau memang ada sesuatu yang Ndis rasa kurang srek dengan dirinya. Ingin bertanya tapi takut kalau nanti malah membuat jarak lagi diantara mereka.
Apa Fajar suka dengan Ndis? Jawabannya iya, Fajar tak hanya menganggap Ndis teman tapi juga belahan jiwa. Fajar akan melakukan apapun agar Ndis bisa tersenyum, Fajar akan merasa bahagia melihat Ndis tersenyum karenanya. Makanya dia mengambil keputusan ceroboh memacari Neta karena tak sanggup mendengar keluhan Ndis tiap hari oleh sikap Neta yang selalu memancing emosi Ndis.
Fajar pikir, dengan begitu Ndis akan ngerti jika yang dia lakuin hanya untuk melindungi Ndis dari Neta. Tapi enggak, dia malah membuat jarak antara dirinya dan Ndis karena keputusannya itu. Sebuah kesalahan yang sampai sekarang dia amat sesali.
"Ndis.." Panggil Fajar lirih.
Ndis melihat ke arah Fajar, seolah bertanya 'opo?'
"Selalu bahagia ya.. Tersenyumlah," Fajar beranjak dari tempatnya duduk setelah mengatakan kalimat tadi.
Heran... Pagi ini semua orang nyuruh aku tersenyum, mereka yang gila apa aku yang cuek banget sih? Apa yang harus aku senyumin cuba?
✨✨✨✨✨✨✨✨✨
Dewa, guru paling aach di sekolah Lintang.
Ndis, yang katanya jarang senyum. Padahal kalau senyum gini kan maniez beut ya gaess?!
Fajar, yang menggalau wkwkwk.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 114 Episodes
Comments
liesae
visualnya dewa tukeran lah sama fajar 😌
2024-10-30
1
🍊 NUuyz Leonal
Baru dua kali ketemu udah jatuh cinta aja pak apalagi fajar yang tiap hari ketemu gendis udah bucin akut kayaknya
2023-12-01
1
⏤͟͟͞R ve
Nahhh kalau senyum gitu kan maniz Ndis... bikin maz Fajar klepek-klepek 💜
2022-10-03
0