Ndis masuk ke dalam kamar. Menyalakan aplikasi musik dari ponselnya, menyambungkan ponsel itu pada earphone menikmati alunan musik dengan elegan.
Ketukan pintu membuyarkan imajinasinya, entah khayalan apa yang membuat Ndis begitu meresapi lamunannya.
Gadis manis berumur dua puluh satu tahun itu berjalan keluar kamar, meninggalkan ponsel yang masih memutar musik.
"Dalem pak.." Ndis menghampiri bapaknya. Parto menepuk sofa di dekatnya untuk memberi kode agar Ndis duduk di sebelahnya.
"Kamu ada masalah nduk?" Parto langsung ke inti pembicaraan.
"Ndak ada pak, kenapa kok bapak tanya begitu?" Berusaha menyembunyikan sesuatu itu dari bapaknya tapi, bapak Parto tetap bisa tahu jika ada yang Ndis rahasiakan darinya.
"Fajar tadi ke sini.. Tapi berpesan pada bapak agar tidak memberi tahumu. Dia menyampaikan permintaan maaf. Karena sudah membuat kamu kesal, marah, atau mungkin benci sama dia. Kelian bertengkar?" Parto mengamati raut muka Ndis yang agak terkejut.
"Dia pacaran sama Neta pak, Ndis ndak suka." Akhirnya Ndis jujur kepada bapaknya.
"Kenapa ndak suka? Kamu cemburu nduk?" Parto menebak isi hati putrinya.
"Bukan cemburu pak.. Fajar tahu kalau dari dulu Neta selalu cari masalah sama Ndis. Buat Ndis emosi tiap ketemu dia, bilang hal yang enggak-enggak tentang Ndis. Pokoknya Ndis enggak suka sama cewek itu, eh Fajar malah milih Neta jadi pacarnya. Keputusan dia itu bikin Ndis kesal pak. Ndis males sama Fajar."
Ndis mendengus kesal. Seakan kepalanya ikut ngebul dan keluar asap.
"Nduk boleh bapak berkomentar sedikit di sini?" Setelah mendapat anggukan dari Ndis Parto melanjutkan kalimatnya.
"Kelian ini sudah menginjak dewasa, di umur kelian ini memang sudah seharusnya memilih sandaran hati. Jangan kesal atau marah saat temanmu memilih Neta yang kamu anggap musuh itu menjadi sandaran hatinya, kamu yang menentang hubungannya dengan Neta pasti sangat menyiksa Fajar juga. Fajar memilih Neta pasti sudah mempertimbangkan semuanya, mungkin memang cinta itu tumbuh di hati Fajar untuk Neta, atau memang Fajar adalah jodoh Neta. Dukung dia, jangan malah menjauhinya. Karena suatu saat kelian.. Kamu, Fajar, Joko juga akan menemukan jodoh kelian masing-masing. Nikmati saat masih bisa berkumpul dan bersama dengan teman-temanmu.. karena saat kelian sudah mempunyai pasangan, kelian akan disibukan dengan pasangan kelian masing-masing."
Ndis diam. Dia sadar jika dia egois. Kalau dia harus mengerti hubungan baru Fajar dan Neta, lalu siapa yang akan ngertiin dia?
"Maturnuwun pak, Ndis paham. Tapi, Ndis masih kesel kenapa harus dengan Neta? Ndis enggak nyangka tipe Fajar adalah cewek seperti itu." Bibir bilang paham tapi hati belum terima jika Fajar menjalin hubungan dengan Neta.
"Itu masalah hati nduk, hati Fajar yang memilih Neta. Bapak kok curiga kamu ada rasa sama Fajar nduk," Parto tersenyum melihat Ndis melebarkan bola matanya, sama seperti Shela selalu enggak bisa menyembunyikan sesuatu dengan baik jika di hadapan Parto.
"Ndak ada yang seperti itu pak, Fajar sama Jo itu bukan tipe Ndis. Mereka kekanakan, ndak dewasa, Ndis anggep mereka sahabat ndak lebih." Berucap demikian lalu pamit untuk beristirahat. Parto mengiyakan, dan dirinya juga langsung menuju kamar. Di sana sudah menunggu bidadari surganya yang sudah terlelap mengarungi alam mimpi.
✨✨✨✨✨✨✨✨✨
Pagi yang cerah, kicau burung menandakan mereka sedang berbahagia hari ini. Emang kalau sedih burungnya enggak berkicau? Entah.. Mungkin iya. Sebagai tanda protes pada pemiliknya.
Ndis dikagetkan dengan kemunculan Jo dengan cengiran kuda khas dia. Oiya, saat ini Ndis sudah berada di sekolah. Tempat dia mengajar.
"Apa sih ngagetin aja!" Bentak Ndis kepada Jo.
"Terkejut ya.. Alhamdulillah surpres (surprise) aku berhasil! Nih..!" Jo menyerahkan kotak berisi nasi goreng untuk Ndis.
"Apa ini?" Melirik tapi juga langsung menerimanya.
"Nasi goreng, enak kok tadi aku makan juga enggak kenapa-napa. Aku enggak abis, dari pada mubajir ya aku kasih kamu aja hehehe." Tolong ceburin manusia kayak gini ke kandang buaya.
Melihat ekspresi muka Ndis yang langsung jutek, Jo langsung tertawa terbahak-bahak.
"Itu mamak yang bikin. Tadi Fajar juga dapet, enggak aku kasih racun atau jampi elah.. Lihatnya gitu amat!" Jo mengamati sekeliling.
"Kamu enggak ngajar apa? Udah jam segini kok masih di luar?" Ucap Jo selanjutnya.
"Namanya guru genep-genep, santai lah.." Sambil menyuapkan nasi goreng ke mulutnya.
Selera makannya luntur saat ada yang datang, dia menutup kembali kotak makannya.
Neta mendekati Ndis dan Jo, Jo udah berdiri di depan Ndis. Cowok itu langsung pasang badan, takut kalau Neta melakukan hal-hal yang di luar nalar. Mereka sangat tahu, Neta tak sungkan melakukan adu fisik jika merasa itu diperlukan.
"Minggir Paijo! Aku enggak ada urusan sama kamu!!" Bentak Neta tanpa melihat Jo,
"Mau apa? Enggak usah macem-macem wahai engkau sidat sawah.. Kamu lagi di area sekolah. Tahan dirimu agar enggak melakukan hal-hal yang makin membuatmu makin malu." Jo berucap sambil memiringkan kepalanya.
"Gini aja deh, Aku cuma mau ngomong sama cewek linggis! Kamu mau ikut dengerin juga enggak apa-apa. Malah bagus, jadi enggak buang-buang waktu aku nya. Aku ke sini mau bilang.. Jauhin Fajar!!" Sambil nunjuk ke arah Ndis.
"Fajar udah ambil sesuatu yang paling berharga dariku. Kamu cewek, pasti tahu apa yang aku maksud!! Dan kamu Paijo, denger ini baik-baik, kasih tahu ke Fajar supaya dia tanggung jawab dengan apa yang dia lakukan. Kalau enggak, aku bakal laporin dia ke polisi!" Sorot mata penuh amarah ditujukan untuk Ndis.
Ndis maju, menepuk pundak Jo pelan agar Jo sedikit menggeser tubuhnya.
"Aku mau bilang juga.. Jangan jadi pengemis ya, cari yang sama-sama butuh aja! Jangan mengejar kalau emang enggak dicari. Ngerti kan maksudku?"
Ucapan singkat Ndis membuat Neta berang. Tangannya sudah siap untuk dilayangkan ke pipi Ndis tapi, Ndis langsung menangkisnya.
"Kalau Fajar enggak ada di takdirmu untuk jadi jodohmu, jangan luapkan emosimu kepada orang lain. Fajar bisa menilai mana yang pantas diperjuangkan dan mana yang pantas untuk ditinggalkan." Sekali lagi ucapan Ndis membuat Neta makin kalap.
Neta mendorong tubuh Ndis sampai jatuh, dengan gerakan cepat Neta maju ingin menendang Ndis. Tapi, Jo ada di sana untuk menghalangi tindakan kriminal yang Neta lakukan.
"Neta!!! Kamu mikir enggak sih, apa yang kamu lakukan ini malah akan membuat Fajar lebih menjauh dan benci sama kamu?? Kalau kamu punya otak, coba sekali aja dipakai!!"
Hardikan Jo langsung mendapat tangisan meraung dari Neta, hatinya hancur. Dia hanya ingin satu orang.. Dia hanya ingin Fajar.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 114 Episodes
Comments
novita setya
lah polahmu ae ky jaran kepang net..koq ngarep2 cwo kalem.
2024-08-01
0
🍊 NUuyz Leonal
jadi Kamu kasih gendis makanan sisa kamu Jo beneran gak mau modal banget ya 🤣🤣
2023-12-01
1
ᵃᵏᵃⁿᵍ ˢᵘᵈᵃʳᵗᵃ 𝐙⃝🦜
gk tau lg otak neta di simpan dmna
2022-11-15
3