Setelah menyelesaikan pekerjaannya, Jo bersantai di depan rumah. Dia membuka sosial media, pesbuk adalah incaran pertamanya. Jempolnya lincah memainkan layar ponsel klik, scroll, kembali. Begitu seterusnya.
Sampai dia menemukan sesuatu yang dia cari, akun Lintang. Dia tersenyum sendiri melihat photo profil gadis yang baru berulang tahun ke lima belas kemarin. Cantik, manis, lucu, periang, idaman banget! Siapa yang bisa menolak pesona Lintang, enggak ada! Termasuk Jo. Jo sampai membayangkan senyum Lintang itu ditujukan untuknya.
"Masih waras kan Jo?" Tegur Beben, bapaknya yang juga minus akhlak dari dulu kala.
"Gusti pak, mok ya jangan ngagetin gitu." Jo langsung menyimpan ponselnya di kantong celana.
"Bagus kalau masih bisa kaget. Artinya jantungmu masih normal, masih ada di tempatnya."
"Ngopo mok lebokno? Mok kiro aku ra reti wedok'an ndi sing mok incer." (Ngapain kamu masukin? Kamu kira aku enggak tahu perempuan mana yang kamu incer.)
Mendengar kalimat itu keluar dari mulut bapaknya, Jo malah tertawa. Bapak dan anak sama aja, sableng!
"Masih kecil pak, mau aku pepetin juga belum umur." Jo menunjukan deretan giginya.
"Nunggu dia cukup umur seleranya pasti bukan kamu Jo," Beni tergelak melihat ekspresi anaknya yang langsung manyun.
"Bapak bikin aku down aja lah, ya udah kalau gitu lamarin aja pak. Aku mau nunggu dia cukup umur sambil macarin dia hahaha." Nilai sendiri Jo seperti itu karena siapa.
"Kamu udah punya apa minta aku lamarin anaknya Parto buat kamu, ditolaknya enggak seberapa, malunya itu luar biasa! Pantaskan diri dulu, kerja yang bener, kuliah dikelarin. Sukses dulu baru nyikat anak orang." Beni mengambil ponselnya yang berdering di saku celana.
"Lah.. piye to pak, tadi bilangnya 'nunggu dia cukup umur seleranya bukan aku.' Bapak yang bilang lho, giliran minta tolong lamarin Lintang jawabnya malah gitu." Jo memprotes omongan bapaknya.
"Kalau dia jodohmu, enggak usah repot-repot ngoyak.. Kamu sukses aja dulu, sambil nunggu kamu sukses, biar dia dijagain sama orang lain. Aku lho sebelum dapet mamahmu itu udah belasan jodoh orang yang tak jagain, kurang baik apa cuba bapakmu ini hmm?!" Berucap sambil membalas pesan dari istrinya.
"Lah.. kok ngenes pak hahaha.." Jo ngakak mendengar cerita bapaknya.
"Bukan ngenes, semua itu juga proses menemukan mamahmu kok. Kalau enggak ada barisan para mantan, mamahmu juga enggak bakal sadar kalau yang dia cari itu Janoko yang datang secara enggak sengaja dalam hidupnya." Nyeleneh yo mben. Beni merupakan tipe bapak gaul.
"Janoko apa? Bapak lebih mirip tokoh Rahwana aslinya hahahaha." Enggak sopan!
"Hmm.. Pakai ilmu bapak ini, saat kamu menjalin komitmen sama satu perempuan, Jangan sekali-sekali nyakitin hatinya. Jangan meninggalkan pasangan hanya karena bosan atau sudah menemukan yang lebih menantang dan menarik perhatian. Aku gonta-ganti pacar dulu bukan karena aku yang player tapi, karena mereka yang merasa 'cukup' bersamaku. Jangan buat perempuan nangis karena kamu, pantang banget itu! Orang tua mereka menjaga mereka bak putri raja, jangan jadikan putri raja sebagai pengemis cinta. Ngerti??" Panjang lebar Beni memberi nasehat untuk putranya.
"Siap Ndan!!" Ucap Jo bersemangat.
"Aku mau jemput mamahmu dulu, kalau kamu mau pergi jangan lupa kunci pintu. Jangan kayak kemarin, pergi asal nyelonong. Pintu dibiarin kebuka. Bukan takut maling masuk, tapi itu ayam-ayamnya mbak Ero pada main ke rumah nganterin jajan yang bikin mamahmu murka. Bola-bali (lagi-lagi) aku yang kena sembur mamahmu karena ayam tetangga." Beni langsung masuk ke dalam rumah mengambil kunci mobil dan dompetnya. Jo hanya tertawa aja mendengar penuturan bapaknya.
Jo merasa dia harus mendekati Lintang, seenggaknya dia harus membuat Lintang terbiasa dengan hadirnya. Agar nanti saat waktunya pas, momennya tiba, dia nembak Lintang enggak kagok kudu pedekate dulu.
Jo menutup pintu, menunggangi motor yang biasa dia pakai. Bergerak menuju rumah Lintang.
Hanya datang dengan tangan kosong pasti sangat memalukan, dia menyempatkan diri membeli jajanan kesukaan Lintang, untuk si bawel Ndis juga tentunya. Tak lupa sogokan untuk calon mertua, udah kayak mau ke dukun aja.. Dia membeli gula, kopi dan teh untuk Parto. Dia memang biasa main ke rumah keluarga Parto tapi, sesekali memberi sesuatu untuk keluarga gebetan pasti akan menambah nilai plus buat Jo. Plus menurut Jo sendiri tentunya.
Satu jam berkendara, akhirnya Jo sampai di rumah Lintang. Dia langsung tersenyum karena melihat Ndis dan Lintang yang ada di bawah pohon rambutan depan bengkel orang tuanya.
"Assalamualaikum dua bidadari cantik." Salam Jo tertuju untuk kedua gadis cantik di depannya.
"Waalaikumsalam itik buruk rupa." Ndis selalu saja seperti itu. Menyebalkan!
Lintang tertawa, udah biasa dia mendengar guyonan seperti itu dari kakak dan kedua temannya.
"Ati-ati jatuh cinta sama itik buruk rupa ini kalau nanti si itik udah jadi angsa yang aduhai." Duduk menyerahkan barang bawaannya kepada Ndis dan Lintang. Bisa ditebak, Ndis langsung memutar bola matanya malas mendengar ucapan asal dari Jo tadi.
"Ini apa? Tumben banget? Kamu abis gajian? Atau abis rampok toko orang.. Buset ini banyak banget, Lin jangan dimakan dulu coklatnya elah kamu ini kok celamitan." Ndis memprotes Lintang yang udah asik menikmati coklat pemberian Jo. Lintang malah tersenyum mendengar teguran kakaknya.
"Kamu kenapa lho Ndis mok ya biarin, enggak aku kasih jampi-jampi juga elah. Itu buat bapak ya," Menunjuk plastik merah berukuran lumayan besar. Ndis tidak menjawab, hanya mengerlingkan matanya aja. Emang duplikat Shela banget Ndis ini. Juteknya enggak nahan.
"Mas Jo ulang tahun ya, kok bawain jajanan banyak banget?" Lintang tetap menikmati coklat batang kesukaannya.
"Enggak Lin, eh Lin kamu makan kok belepotan gitu." Mendekati Lintang dengan maksud mengelap coklat yang ada di ujung bibir Lintang. Tapi, tangan Jo langsung disambar Ndis. Tatapan membunuh membuat Jo merinding, Lintang malah tertawa ngakak oleh kelakuan kedua sesepuhnya.
"Enggak usah cari kesempatan, aku tahu apa yang ada di pikiranmu!" Ndis menenteng plastik-plastik itu menuju rumah.
"Lin aku bawa ini masuk dulu, kamu kalau diapa-apain sama manusia yang belum divaksin lengkap itu, teriak aja." Ndis berjalan ke dalam rumah.
Lintang tertawa sedangkan Jo memanyunkan bibirnya, apa-apaan sih Ndis itu. Nama sama kelakuan kok bentrok banget, enggak ada manis-manisnya!
"Hmmmm.. Lin, di sekolah ada yang kamu suka?" Tanya Jo ke inti kekepoannnya.
"Suka? Suka gimana mas?" Belum konek.
"Hmmmm.. Suka kayak rasa sayang gitu," Makin penasaran dengan jawaban Lintang nantinya.
"Enggak ada, belum ada sih lebih tepatnya. Aku belum mikir ke arah sana mas. Mbak Ndis aja yang udah segitu umurnya masih betah menjomblo kok." Jawab Lintang santai.
Itu sih karena mbak mu yang kelewat jutek sama orang Lin, siapa juga yang berani deketin dia cuba? Paling si tomcat aja itu yang merasa mbak mu itu sapisial! (spesial).
"Lin.. Kalau aku bilang aku sayang kamu, kamu percaya enggak? Aku siap nunggu kamu sampai hati kamu mau nerima aku." Eh buset. Jo nembak Lintang?? Oh my...
Lintang melongo. Dia diam tapi, tetep memandang Jo lekat-lekat. Kira-kira Lintang mau kasih jawaban apa ya gaess?
✨✨✨✨✨✨✨✨✨✨
Jo, si slengean yang demen banget sama Lintang.
Lintang, gadis lima belas tahun yang membuat Jo tak bisa mengalihkan pandangan pada cewek lain.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 114 Episodes
Comments
Ray Aza
🤣🤣🤣🤣🤣🤣
2024-01-16
1
🍊 NUuyz Leonal
asa harulap komen juga 😌😌😌
keburu kepotong iklan
2023-12-01
0
🍊 NUuyz Leonal
terlalu baik kamu pak 😂😂
2023-12-01
0