Fajar tahu ini akan sulit untuk mereka berdua. Tapi, mau bagaimana lagi, semua sudah terlanjur. Apa yang dia ucapkan enggak mungkin dia tarik lagi. Lelaki itu anunya yang dipegang! Bukan begitu pemirsa?
"Kamu sih cari penyakit, udah dibilangin cari jalan lain bikin Neta enggak ganggu Ndis lagi, eh kamu malah pilih jalur kilat, macarin sidat sawah itu. Ish ish ish... tak patut!" Jo sok tua.
"Mbuh lah Jo, kamu bikin aku makin mumet!" Fajar mengambil ponselnya yang bergetar tiada henti.
"Huuuft.." Jo melirik ke arah Fajar yang tanpa memperdulikan ponselnya malah langsung mematikannya lagi.
"Siapa?" Jo bertanya meski tahu siapa yang menghubungi Fajar.
"Titisan Medusa!" Mendengar Fajar mengatai pacarnya sendiri dengan sebutan Medusa, Jo malah ngakak. Ini hiburan banget sih.
Jo bukannya prihatin sama perselisihan antara kedua sahabatnya malah seperti menikmati hiburan baru yang dia dapat dari status Fajar dan Neta saat ini.
"Kenapa dimatiin teleponnya? Kan asik punya ayang bau hahaha!" Masih saja asyik menggoda Fajar.
"Enggak penting Jo, biarin aja."
"Jo.. Kamu tahu kan aku sekarang sama Neta, mungkin bakal jarang ngumpul sama kamu dan Ndis. Jo, jangan bikin Ndis kecewa kayak yang aku lakukan sekarang ini ya. Aku coba bujuk Ndis, coba jelasin ke dia, kalau aku lakuin ini enggak bawa-bawa hati. Tapi, dia enggak mau tahu. Jadi, dari pada setiap ketemu bikin dia marah dan makin sakit hati sama aku, aku putusin menjauh aja." Lanjut Fajar.
Jo mengerutkan keningnya, menangkap apa yang Fajar ucapkan barusan.
"Ini nih kebodohan keduamu! Makanya kalau pagi biasain sarapan! Biar otakmu itu berfungsi, bodoh ya bodoh tapi jangan dikembang biakan gitu! Nemen reti ra kowe ki! (parah tahu enggak kamu itu!)"
"Kita sama-sama dari kecil, enggak tahu kamu anggep aku sama Ndis ini apamu tapi bagi ku, bagi Ndis juga.. kamu adalah kakak buat kami. Meski kadang otakmu sama kelakuanmu enggak mencerminkan figur kakak ya! Masalah sepele kamu jadiin gede kayak gini karena kamu yang malas berbagi cerita sama kita. Apa ya.. Mungkin kamu mikir semua bisa kamu atasi sendiri, tapi nyatanya apa?"
"Gini ya.. Ini aku mau komentar soal kamu mau menjauh tadi, apa itu solusi? Apa dengan menjauh Ndis bakal terima keputusanmu macarin Neta? Atau sebaliknya, dia bakal mikir kamu lebih milih Neta dibandingkan dia! Come on brother, waraslah! Apa tonjolan dada dan bokong sidat sawah udah butain matamu hmm?" Panjang lebar Jo berpidato. Berusaha membuka mata Fajar jika sebenarnya keputusan macarin Neta itu fix udah salah kaprah!
"Aku kudu piye Jo?" Pertanyaan orang-orang frustasi.
"Ya kamu biasa aja.. Kamu milih pacaran sama Neta, ya jalanin statusmu sebagai pacar dia. Inget Jar.. Jangan main-main sama hati, nanti kamu kualat! Enggak perlu menjauh dari aku sama Ndis, tunjukin sikap biasa aja waktu kita ngumpul. Enggak usah bahas Neta di depan dia, selalu ajak Ndis ngobrol, asal jangan nyinggung soal statusmu! Cewek itu punya insting kepekaan tinggi Jar, kamu harus tahu itu!" Entah suhu mana yang menularkan kepintaran untuk Jo. Dia bisa bikin Fajar diam tanpa kata saat ini.
"Aku mau tanya Jar, kamu sadar enggak waktu ambil keputusan macarin Neta, bakal ada dua hati yang terluka nantinya! Yang pertama pasti Ndis, yang kedua ya si sidat. Sejahat-jahatnya sidat dia tetep perempuan, ajur rek kamu mainin gitu. Aku mending jomblo dari pada bikin anak orang nangis karena aku" Kembali membuat Fajar diam.
Semua omongan Jo benar, dia terlalu naif saat mengambil keputusan ini. Baru dua hari jadian aja udah bikin geger kayak gini.
"Hidupmu kebanyakan mikir hal yang enggak perlu tahu enggak! Semakin kamu mikir semakin kamu pusing dan bingung mau ngapain, mending slow aja! Itulah sebabnya otak manusia diletakan di kepala, punya tempat paling tinggi Jar, agar anak cucu nabi Adam itu mikir dulu sebelum bertindak! Mata dan telinga diposisikan lebih dahulu dari pada mulut agar kamu bisa melihat dan mendengar apa yang terjadi di sekitarmu baru bicara untuk mengomentari apa yang terjadi! Aaah udah lah.. Kamu pasti tahu apa maksudku brother." Sambil menepuk pundak Fajar.
Fajar mengangguk. Tetap diam tanpa bicara, barulah dia memutuskan untuk meninggalkan rumah Jo, dia berniat menemui Neta. Mau ngapain kira-kira? Entahlah.. Hanya dia dan yang nulis aja yang tahu!
Cukup lama dia mengendarai motor, sampai akhirnya dia tiba di sebuah taman yang sudah mulai ramai karena udah memasuki waktu sore. Banyak yang menjadikan tempat itu untuk ngumpul bersama pasangan, keluarga, atau teman karena emang enggak punya pasangan untuk diajak ke sana.
"Sayaaaaang... Sayaaang aku kangen!" Teriak Neta menyambut Fajar dengan senyum mengembang. Enggak peduli banyak pasang mata yang memperhatikan kehebohan yang baru saja Neta ciptakan. Asal dia bisa mengekspresikan apa yang dia rasakan pada kekasihnya, dia enggak perlu memperdulikan apa kata orang!
"Net aku mau ngomong," Fajar melihat Neta dengan pandangan mata elangnya.
"Ngomong apa? Mau bilang kangen sama aku juga? Iya kan yang.. Iya kan?? Kamu manis banget,," Tangan Neta menyentuh pipi Fajar gemas. Tapi, langsung ditepis oleh Fajar. Meski agak kaget tapi, senyum tetap terpasang di wajah Neta. Ingin menunjukan pada semua orang kalau dia bahagia!
"Kita udahan aja. Aku enggak bisa nipu perasaanku sendiri, aku enggak ada rasa sama sekali sama kamu Net." Ucapan tegas Fajar langsung menghilangkan senyum di wajah Neta.
"Apa? Enggak aku enggak denger... Aku enggak denger apapun! Sayang kamu tadi minta aku ke sini karena kangen sama aku kan? Iya kan sayang?" Neta dengar. Apapun yang Fajar omongin tadi dia jelas-jelas mendengarnya tapi, hatinya menolak pemutusan hubungan yang baru terjalin dua hari itu. Enggak.. Neta jelas enggak terima!
Sekian lama Neta nguber-nguber Fajar, kemanapun Fajar pergi, apapun kegiatan Fajar, Neta selalu ingin terlihat di mata cowok itu. Meski dia harus selalu cari masalah dengan Ndis yang sebenarnya alasan dari itu semua karena Neta iri dengan keakraban yang terjalin bertahun-tahun antara Ndis dan Fajar. Dia tetap enggak peduli! Asal bisa bertemu, menyapa, atau minimal mendapat balasan senyum dari Fajar itu udah bikin dia jingkrak-jingkrak kegirangan.
Dan setelah semuanya, apa dia mau begitu aja membiarkan Fajar lepas dari tangannya? Enggak! Tentu aja enggak, Neta enggak mau semua ini berakhir begitu cepat.
"Net.. Kita bisa jadi temen aja, atau kalau kamu mau kita bisa jalin hubungan kakak adik.. Net, aku enggak bisa maksain hati." Membujuk agar Neta mau mengerti.
"Sayang tahu enggak.. Udah lama aku suka sama kamu, bertahun-tahun.. Apa yang kurang dari aku? Aku enggak mau kamu pergi, aku harus apa biar kamu enggak ninggalin aku? Aku harus apa?" Neta mengeluarkan rayuannya, ingin menarik simpati Fajar agar tetap bersama dengannya. Trik cewek lemah yang teraniaya dia lakukan di sini, dia menangis terisak sekarang.
"Kamu enggak harus lakuin apapun, karena ujungnya kita memang enggak bisa sama-sama." Ucapan Fajar membuat tangisan Neta makin menjadi. Orang-orang di sekitar taman makin menjadikan Neta dan Fajar obyek tontonan mereka. Itulah yang Neta inginkan, mencari simpati publik!
"Aku enggak mau yang.. Aku enggak mau pisah sama kamu, lalu gimana nanti sama aku ke depannya? Aku udah ngasih apa yang kamu minta.. Semua! Aku udah ngasih semua yang aku punya buat kamu yang.. Kamu enggak boleh ninggalin aku!" Makin enggak waras ternyata gadis ini. Mungkin selain pandai membuat orang lain murka, keahlian Neta yang lain adalah bermain drama. Jelas di sini orang-orang langsung memandang dengan pandangan simpati kepada dirinya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 114 Episodes
Comments
🍊 NUuyz Leonal
aku kira cuma Vera sama Selvi yang suka bikin kesel ternyata di sini juga masih ada satu ya
2023-12-01
1
🍊 NUuyz Leonal
wah Jo kamu dapet wangsit dari mana langsung berubah cerdas dn bijak seperti ini
2023-12-01
1
🍊 NUuyz Leonal
anunya apa ini 🤔🤔
2023-12-01
1