Bab 12. Hari pernikahan

Safaluna

Bab 12

Ting nong ting nong...

Tiba-tiba ada yang menekan bel di depan apartemennya, membuat Safa terkejut sekaligus penasaran.

"Loh loh, siapa ya yang datang?" ujar Safa.

"Gue temuin sekarang, apa pake baju dulu ya? Duh, bingung amat gue!" gumamnya.

Akhirnya Safa memilih langsung menuju pintu karena penasaran siapa yang datang.

Ting nong ting nong...

Bel terus berbunyi, Safa mempercepat langkahnya seraya berteriak keras meminta tamunya itu untuk sabar.

"IYA SEBENTAR!" teriak Safa sambil terus melangkah ke dekat pintu.

Ceklek...

"Cari siapa ya—" ucapan Safa terjeda saat melihat sosok pria berdiri menghadapnya.

"Hai!" ucap pria itu menyapa Safa.

Safa menganga lebar, ia masih tak percaya dengan apa yang dilihatnya saat ini.

Pria itu pun mendekat ke arah Safa sambil tersenyum tipis.

"Aku rindu sama kamu sayang!" ucapnya.

Disaat pria itu hendak memeluk wanita di hadapannya, Safa langsung mengelak seakan tidak mau disentuh olehnya.

"Kamu ngapain kesini? Darimana kamu tau tempat aku?" tanya Safa sedikit kesal.

"Kok kamu bicaranya begitu sih? Aku ini kangen loh sama kamu, udah sekian lama aku berusaha cari kamu tapi gak ketemu juga. Untung aja sekarang aku berhasil temuin kamu, dan kita bisa ketemu lagi sayang!" ucap Aaron tersenyum lebar.

"Dengar ya Aaron, hubungan kita udah berakhir dan diantara kita saat ini udah gak ada apa-apa lagi. Jadi, kamu sebaiknya pergi dari sini dan jangan pernah temui aku lagi!" ucap Safa ketus.

"Gak bisa sayang, itu gak akan pernah bisa aku lakuin! Aku ini cuma cinta sama kamu, dan sampai kapanpun akan terus begitu!" ucap Aaron tegas.

"Mau sebesar apapun cinta kamu ke aku, tetap aja kita gak bisa menyatu. Kamu itu udah dijodohin sama orang tua kamu, jadi lebih baik kamu lupain aku!" ucap Safaluna.

"Melupakan kamu itu adalah sesuatu yang tidak mungkin bisa aku lakukan sayang, mustahil aku bisa melupakan kamu." kata Aaron.

"Omong kosong! Aku yakin kamu bisa lupain aku, udah deh kamu cepat pergi dari sini sebelum aku teriak dan panggil security!" ujar Safa.

"Jangan dong sayang! Aku ini udah dari lama loh cari-cari kamu, aku pengen kita kembali seperti semula. Tolong ya Safa, kamu jangan pernah pergi lagi dari hidup aku!" ucap Aaron seraya mendekat ke arah Safa.

Pria itu meraih dua tangan Safa dan mengelusnya lembut, Safa hendak berontak namun tenaganya kalah dibandingkan Aaron.

"Lepasin aku, Aaron! Kita udah bukan siapa-siapa lagi, dan kamu juga akan menikah dengan wanita lain. Kamu itu gak boleh begini lagi sama aku, tolong lepasin aku!" pinta Safa.

"Aku gak akan pernah lepasin kamu, kamu itu milik aku sayang!" tegas Aaron.

Safa menggeleng cepat sambil terus meronta-ronta minta dilepaskan, namun Aaron justru mendekapnya erat seakan tak mau melepaskan gadis itu.

"Cukup Aaron! Lepasin aku, aku udah gak mau disentuh sama kamu lagi!" ujar Safa berteriak keras seraya meronta sekuat tenaga.

"Enggak sayang, itu gak akan pernah terjadi!" ucap Aaron berusaha menenangkan Safa.

Akhirnya Safa pasrah saja dipeluk oleh Aaron, ia menangis sesenggukan meratapi nasibnya yang begitu sial disana.

"I love you so much, honey. Don't go away from me again!" ucap Aaron seraya mengeratkan pelukan dan menghirup aroma tubuh gadisnya.

Safa hanya bisa menangis di dalam pelukan pria itu, ia sungguh tak mengerti mengapa Aaron bisa menemukannya lagi disana.

Jujur Safa juga merindukan pelukan Aaron yang hangat seperti ini, tapi ia sadar kalau sekarang ini Aaron sudah memiliki calon istri.

"Sudah Aaron, cukup!" pinta Safa.

Aaron melonggarkan pelukannya, membiarkan Safa dapat mundur sedikit dan melihat wajahnya.

"Kenapa sayang? Kok kamu nangis?" tanya Aaron.

"Kamu pergi dari sini sekarang!" ujar Safa.

"Ta-tapi sayang..."

"Pergi! Aku mohon kamu pergi Aaron, dan jangan pernah kembali lagi!" potong Safa.

Safa pun mendorong tubuh Aaron sekuat tenaga hingga pria itu terhuyung ke belakang.

Ia langsung memundurkan langkahnya masuk ke dalam apartemennya.

"Maafkan aku Aaron!" batin Safa.

Saat Aaron hendak bangkit mengejar Safa kembali, gadis itu sudah lebih dulu menutup pintu dengan keras.

"Safa tunggu!" teriak Aaron.

Braakkk...

"SAFA! Buka pintunya Safa, please jangan begini sayang!" ucap Aaron memohon.

Safa masih berdiri dibalik pintu, ia menangis cukup deras sembari memegangi dadanya yang terasa sesak akibat kejadian itu.

Hari demi hari berlalu, kini tibalah saat pernikahan Aaron dengan Scarlett yang telah lama dinantikan oleh mereka.

Pembacaan janji suci telah dilakukan, Aaron pun resmi menjadi suami dari Scarlett.

Mereka berdua saling berhadapan, tak lupa Aaron mengecup kening istrinya di hadapan beribu-ribu tamu yang hadir disana.

Tampak raut kebahagiaan terpampang di seluruh orang disana, termasuk kedua orang tua dari pasangan suami-istri itu.

"Aaron, kamu—"

"Sssttt jangan bicara dulu!" potong Aaron.

Scarlett menurut, ia menundukkan kepalanya menantikan saat Aaron akan mencium bibirnya sesuai ketentuan yang ada.

Perlahan Aaron mendekatkan wajahnya, menarik dagu sang istri lalu melumatt bibirnya dengan penuh kelembutan.

Tepukan tangan terdengar riuh, mereka mengira bahwa sepasang suami-istri itu sangat mesra dan akan menjadi pasangan yang bahagia.

Namun, setelah selesai berciuman Aaron langsung berbisik di telinga Scarlett dan membuat gadis itu bergidik ngeri.

"Jangan harap kamu bisa bahagia di pernikahan ini, Scarlett!" bisik Aaron.

Gadis itu hanya bisa terperangah, bibirnya seakan tak mampu ia buka walau sebenarnya banyak kalimat yang ingin ia lontarkan pada Aaron.

Aaron pun melepas genggaman tangannya, berlalu pergi menghampiri kedua orangtuanya tanpa perduli lagi dengan Scarlett.

"Maksud Aaron apa ya?" batin Scarlett.

Barnard serta Rachel kompak tersenyum menyambut kedatangan putra mereka.

"Mom, dad, aku harus pergi sekarang!" ucap Aaron.

"Hah?" Barnard langsung terkejut berat ketika mendengar ucapan Aaron barusan.

"Kamu ini apa-apaan sih Aaron? Masa di hari pernikahan kamu, kamu mau pergi gitu aja sebelum semuanya selesai?" ujar Barnard.

"Apa lagi sih dad? Aku kan udah menikah sama Scarlett sesuai kemauan Daddy dan mommy, terus buat apa aku masih disini?" ucap Aaron.

"Cukup Aaron! Kamu diam disini dan jangan pergi kemana-mana, atau Daddy akan cabut semua aset milik kamu!" ancam Barnard.

Aaron terdiam memalingkan wajahnya, ia sungguh geram pada sikap papanya itu.

"Sayang, kamu nurut aja ya sama Daddy kamu! Lanjutkan semuanya sampai selesai, baru nanti setelah itu kamu bisa pergi sama istri kamu!" ucap Rachel berusaha menenangkan putranya.

Aaron menepis tangan Rachel yang hendak menyentuhnya, lalu pergi begitu saja menuju kursi pelaminan yang sudah tersedia.

Jim serta Michelle kompak menggeleng heran melihat tingkah Aaron itu, mereka pun mendekati Scarlett dan menenangkannya.

"Kamu yang sabar ya cantik!" ucap Michelle.

...~Bersambung~...

...JANGAN LUPA LIKE+KOMEN YA GES YA!!!...

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!