Bab 7. Marah

Safaluna

Bab 7

Safaluna POV

Aku terbangun setelah merasakan sinar matahari mulai menyentuh kulitku.

Aku coba membuka mata, dan melihat ke sekeliling untuk memastikan dimana diriku.

Ternyata aku sudah berada di apartemen, aku sungguh bingung bagaimana mungkin aku bisa berada disini?

Aku pun teringat kalau semalam aku sedang bersama Aaron di restoran, lalu tiba-tiba aku tertidur saat dalam perjalanan pulang. Dan setelah itu, aku tak mengingat apa-apa lagi.

Aku mengambil ponselku yang terletak di atas nakas, melihat jam di layar ponsel sembari memegangi kening ku yang terasa sakit.

Kulihat ada pesan dari Aaron yang dia kirimkan tadi pagi-pagi sekali, aku pun membukanya dengan senyum di wajahku.

Aaron : Sayang, kamu udah bangun belum? Maaf ya, semalam aku tinggalin kamu sendiri disana karena aku gak bisa temenin kamu sampai kamu bangun! Kalau kamu udah bangun dan baca pesan ini, tolong segera keluar dan buka pintu apartemen kamu ya! Karena kemungkinan aku udah ada disana.

Setelah membaca pesan itu, aku pun mulai kalut dan langsung beranjak dari kasur.

Aku sampai tak sempat membereskan kasur atau bahkan mencuci muka, ya karena aku tak mau membuat Aaron menunggu terlalu lama di luar sana.

Aku segera pergi keluar untuk memastikan apakah benar Aaron sudah berada di depan apartemen ku.

Ceklek...

Aku membuka pintu, mataku terbelalak saat Aaron langsung mendekat dan mendorong tubuhku masuk ke dalam hingga mepet tembok.

"Sayang, kamu ngapain pagi-pagi udah datang kesini?" tanyaku padanya.

Dia hanya tersenyum, mengungkung tubuhku di dinding sembari meletakkan dua tanganku di atas kepalaku.

"Good morning sayang! Aku udah bawain sarapan nih buat kamu, sekalian kita sarapan bareng nanti." kata Aaron dengan nada lembut.

"Ohh jadi kamu mau ajak aku sarapan bareng?" tanyaku sambil tersenyum.

"Iya dong, itu rencana awal aku. Tapi, semua berubah setelah aku lihat kamu cuma pake tank top kayak gini. Bikin junior aku tegang tau sayang, jadinya aku mau minta jatah dulu." jawabnya.

"Hah? Pagi-pagi begini?" ucapku terkejut.

"Apa salahnya? Justru berhubungan di pagi hari itu bagus loh sayang, bikin imun kita naik dan memperlancar peredaran darah." ucapnya.

Aku terkekeh geli saat mendengar jawabannya, dia terlihat sudah sangat ingin menerkam tubuhku.

"Kok ketawa sih? Yang aku bilang itu benar loh sayang, kalau kamu gak percaya ayo deh kita coba sekarang!" ucapnya.

"Iya iya... apa kata kamu aja sayang," ucapku menahan tawa.

Dia tiba-tiba langsung menggendong tubuhku dan membawaku kembali ke kamar, dia meletakkan tubuhku di atas ranjang dan langsung menindih ku dengan penuh gairah.

"Aku heran deh sayang, kok aku bisa cuma pake tank top? Perasaan semalam aku pake gaun spesial deh," ujar ku bingung.

"Aku yang semalam lepasin baju kamu sayang, karena aku gak mau kamu kegerahan. Tapi, aku gak apa-apain kamu kok. Soalnya gak asik main sama orang yang lagi tidur," ucapnya.

"Haish, kamu tuh bikin aku panik deh!" ucapku.

Dia tersenyum smirk, kemudian langsung melumatt bibirku dengan kasar dan menuntut.

Namun, perlahan-lahan cumbuan itu mulai berubah menjadi lembut dan membuatku keenakan.

Berjam-jam sudah berlalu, kini aku dan Aaron berada di taman air mancur.

Aku tak mengerti apa alasan Aaron membawaku ke tempat ini, tapi dia bilang sebelumnya kalau dia ingin mengatakan sesuatu padaku yang tentunya aku belum tahu apa itu.

Perlahan aku mendekatinya dan menempelkan wajahku di bahunya, aku juga melingkarkan satu tanganku di sela-sela lengannya.

Kulihat dia terkejut, melirikku sekilas lalu mencumbu puncak kepalaku dengan lembut dan mengusap keningku.

"Sayang, kamu mau bicara apa?" tanyaku lembut.

"Hal penting sayang, tapi aku belum yakin ingin mengatakan ini kepadamu atau tidak." jawabnya.

Mendengar itu membuatku sedikit cemas, apa kiranya yang ingin dikatakan olehnya?

"Apa hal penting yang ingin kamu sampaikan sayang? Sudahlah, ayo bicara saja padaku! Kalau kamu diam terus, aku malah jadi semakin penasaran." ucapku dengan wajah penasaran.

"Okay, aku akan cerita ke kamu. Tapi, aku minta kamu jangan kaget ya sayang!" ucapnya tampak tegang dan membuatku semakin heran.

"Ada apa sih emang?" tanyaku padanya.

"Aku dijodohkan sama kedua orang tua aku, aku dipaksa menikah dengan anak dari teman kerja mereka. Aku udah coba bicara sama mereka, kalau aku punya kamu. Tapi mereka gak mau dengar, dan malah terus paksa aku buat menikah dengan wanita pilihan mereka." jelasnya.

Deg!

Aku amat syok mendengar dia akan dijodohkan oleh orangtuanya, pasalnya dia tidak pernah sama sekali mengatakan mengenai hal itu kepadaku.

Sontak aku pun emosi, aku bangkit dari posisi kami sebelumnya dan mengepalkan tanganku.

"Maksud kamu apa bicara begitu, Aaron? Kamu mau menikah dengan orang lain, sedangkan kamu udah tidurin aku! Dimana sih hati nurani kamu sayang?!" bentak ku emosi.

Dia ikut berdiri mencoba menenangkan ku.

"Sabar dulu sayang, aku bisa jelasin! Semua ini bukan atas dasar kemauan aku, kamu jangan salahin aku dong!" ujarnya.

"Terus aku harus salahin siapa, ha? Keluarga kamu, iya? Padahal ini semua terjadi emang karena kesalahan kamu, kan kamu yang terlalu lama menunda untuk mengenalkan aku sama orang tua kamu!" ucapku.

Kulihat dia hanya diam dan perlahan menundukkan wajahnya ke bawah.

"Kenapa kamu diam? Benar kan yang aku bilang barusan? Kamu emang gak niat menjalin hubungan sama aku, Aaron. Kamu cuma mau mempermainkan aku! Aku kecewa sama kamu Aaron!" ucapku.

Aku sudah tidak dapat menahan lagi air mata yang hendak keluar, aku pun menangis saat itu juga.

Aku hendak pergi, namun Aaron kembali menghalangiku dan mencekal lenganku.

"Tunggu sayang! Kamu tolong jangan pernah bilang begitu sama aku! Aku ini tulus mencintai kamu sayang, aku gak mungkin tega mempermainkan kamu!" ucapnya.

"Aku udah gak percaya lagi sama kamu, Aaron. Sekarang kamu pergi, temui aja calon istri kamu itu!" ucapku ketus.

"Jangan sayang! Jangan bilang begitu!" ujarnya.

"Kenapa lagi? Aku udah muak sama kamu, Aaron! Kamu nikah aja sana sama perempuan pilihan orang tua kamu itu, dan tinggalkan aku! Kamu gak perlu pikirin kondisi aku lagi! Bersenang-senanglah!" ucapku.

Aku menyingkirkan pergelangan tangannya yang ada di lenganku, kemudian melangkah pergi setelah mengambil tas milikku.

"Safa tunggu! Jangan tinggalin aku!" dia terus berupaya mengejar ku tanpa henti.

Dia pun berhasil melakukannya, dia langsung mendekap tubuhku dari belakang dengan erat.

"Please, keep in here with me! Don't leave me!" ucapnya disertai wajah yang terbenam pada area pundak ku.

Aku menangis sejadi-jadinya disana, pria yang aku cintai ternyata ingin menikah dengan wanita lain.

Wajar kan bila aku emosi dan kecewa?

...~Bersambung~...

...JANGAN LUPA LIKE+KOMEN YA GES YA!!!...

Terpopuler

Comments

Nindira

Nindira

Semangat

2022-10-10

1

Lenkzher Thea

Lenkzher Thea

Mantap

2022-09-09

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!