Bocah tengil.

"Apa kamu yakin?" ustadz Raka yang sedari tadi diam kini ikut bersuara, selaku teman masa kecilnya Khanza, ustadz Raka tentu saja tau, jika apa yang sudah menjadi tekat Khanza, maka wanita itu tak akan pernah menyerah sebelum mencapainya.

Pernyataan Raka hanya mendapatkan anggukan antusias dari Khanza.

"Tapi kamu mau tinggal di mana?" tanta Faris lagi.

"Kan disini juga ada kawasan putri, jadi Khanza akan tinggal di sini!" imbuh Khanza.

Helaan nafas terdengar dari Faris, Khanza benar-benar sangat mirip dengan nya yang selalu punya sejuta jawaban agar rencana nya tercapai. Sebenarnya Faris bisa saja melarang Khanza, tapi sebaik seorang Abi dan juga orang yang sama-sama tidak bisa tertantang tentu tau apa yang di rasakan Khanza. Putrinya itu sudah sangat berambisi, jadi tidak salahnya dia mengizinkan nya, toh mengubah orang lain menjadi lebih baik juga mendapatkan pahala, pikir Faris.

"Baiklah, Abi akan mengizinkan mu, tapi dengan satu syarat, setiap tiga hari dalam satu Minggu kamu harus pulang ke rumah!" tegas Faris.

"Tapi Ab--"

"Iya, atau tidak sama sekali!" potong Faris dengan cepat.

Khanza menarik nafas dan menghembuskan nya dengan pelan "Baiklah Abi." jawab Khanza menurut.

Nabil tersenyum di balik niqab nya, sebagai ibu Nabil sangat suka melihat semangat sang putri yang berkeinginan membuat seseorang menjadi lebih baik lagi. Meski dia akan kembali merindui putrinya itu, tapi dia akan selalu mendukung apa yang menjadi keinginan Khanza.

"Jadi Aba, apa boleh Khanza tinggal di sini dan mengajar?" tanya Nabil.

"Kenapa kamu masih bertanya Bil, tentu saja Aba setuju, malahan Aba merasa senang jika ada guru yang mempunyai semangat seperti Khanza." imbuh Aba.

"Baiklah kalau begitu kami pamit dulu Aba, besok kami akan mengantar Khanza ke sini, karna dia juga harus menyiapkan semua keperluan nya!" pamit Nabil. Setelah di izinkan, mereka berempat kembali keluar.

Khanza berjalan pada teras yang lumayan jauh dengan pagar pembatas kawasan laki-laki dan perempuan, dia menatap setiap bangunan yang mungkin besok akan dia tempati, banyak santri tersenyum padanya, ada juga yang menunduk dan sebagian bersikap datar.

"Sayang, kamu tau, darah mu begitu melekat dalam dirinya," bisik Nabil di telinga sang suami.

Faris mengernyit "Apa maksud mu sayang?" tanya Faris yang juga berbisik, mereka sengaja memperlambat jalan di belakang Khanza.

"Kamu lihat, dia sama seperti mu yang sangat suka menantang diri," imbuh Nabil lagi, dia mengejek Faris yang dulu membuat taruhan dengan pernikahan mereka.

"Sayang, jangan di ungkit lagi!" protes Faris, dia langsung memeluk sang istri, mencubit pipi Nabil dari dalam niqab dan mencium kening sang istri.

Ustadz Raka yang melihat nya hanya tersenyum, sementara para santri putri yang juga melihat itu ingin menjerit, mereka begitu baper melihat keromantisan pasutri tersebut.

Beda hal dengan Khanza, dia yang sudah berjalan di depan, langsung memutar bola mata jengah melihat tingkah ke dua orang tuanya.

"Selalu saja tidak lihat tempat!" gumam nya, dia kini sudah duduk ingin memakai sepatu. Tapi setelah mengikat sepatunya, dia terdiam karna merasakan ada yang mengganjal di dalam sepatu nya.

"Kamu kenapa sayang?" tanya Nabil yang melihat putri mereka belum berdiri.

"Sebentar Ummi!" sahut Khanza, dia kembali membuka sepatu sebelah kanan nya, dan betapa terkejutnya dia saat satu kodok melompat dalam pangkuan nya.

"Ahhkkkkk!" pekik Khanza begitu nyaring.

Bersamaan dengan itu, terdengar suara tertawa begitu puas, Adam yang sedari tadi mengintip begitu senang saat melihat keterkejutan Khanza.

"Hahaha ... Rasakan, mampus lo!" ujar nya sambil tertawa terbahak-bahak.

"Khanza!" Nabil langsung menyingkirkan kodok di atas paha Khanza. Faris yang tadi juga tengah memakai sepatu langsung mendekati putri nya.

"Are you oke?" tanya Faris pada Khanza, dia merasa khawatir pada putrinya itu.

Khanza mengangguk, meski jantung nya masih berdetak cepat, Khanza tidak takut pada kodok, hanya saja dia terkejut karena tiba-tiba saja kodok itu keluar dan melompat pada nya.

"Kamu," pekik Faris, dia langsung menatap tajam pada Adam, tangan nya sudah terkepal kuat.

"Berani-beraninya bocah kau bocah tengil mengerjai anak ku, sini kamu!" sentak Faris, dia ingin maju memberikan pelajaran pada Adam, tapi langkahnya di tahan oleh Khanza.

"Abi jangan!" cegahnya, dia menatap tajam pada Adam yang masih menertawai dirinya "Ummi, Khanza akan tinggal di sini hari ini juga,"

"Apa!!"

.

.

.

~Bersambung.

Bener-bener tuh Adam, untung saja Khanza tidak punya penyakit jantung.

Aku update dobel loh, mana nih dukungan kalian, heheh.

Terpopuler

Comments

Tati Suwarsih Prabowi

Tati Suwarsih Prabowi

Adam masih remaja

2022-12-02

0

dini melati

dini melati

awas adam tar kamu termehek-mehek mencari restu dari abu faris

2022-09-27

0

༄༅⃟𝐐 ˙⁠❥YanG💋 👉🏻H14T

༄༅⃟𝐐 ˙⁠❥YanG💋 👉🏻H14T

next up Thor 🙈🙈🙈

2022-09-27

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!