Pagi hari, keluarga Bagaskara sudah siap untuk ke pesantren, mereka kini sudah berada di jalan menuju pada tempat yang akan mereka datangi.
"Ha ... Tampak sangat asing ya, banyak yang berubah!" gumam Khanza melihat bangunan di pesantren itu sudah banyak, bilik bertambah dan juga kelas untuk mengajipun sudah bertambah. Kini mereka sudah memasuki pekarangan pesantren.
"Iya Nak, karna terakhir kamu datang ke sini dua tahun yang lalu," sahut Nabil, dia tersenyum pada anak nya yang duduk di belakang.
Faris yang membawa mobil tersenyum pada arah sang istri, dia suka jika wanita nya itu bahagia, tapi seketika dia tersentak saat mendengar teriakkan Khanza.
"Abi awas!" pekik nya.
Dengan spontan Faris menginjak rem pada mobil nya "Huf ... Untung saja!" gumam nya. Kemudian dia melihat pada seorang lelaki yang terlibat tergesa-gesa hingga membuat nya hampir tertabrak, Faris menurunkan kaca mobil, dia hendak turun tapi lelaki yang ternyata Adam langsung kembali berlari, dia ingin kabur kembali di pesantren tersebut.
Nabil dan Khanza hanya mengelus dada dan beristighfar "Untung saja!" Gumam Khanza, tapi matanya langsung terikat pada laki-laki yang berada di depan mobilnya hingga menghilang, dia menatap kesal pada laki-laki yang sombong bahkan tidak mengatakan maaf sama sekali.
"Abi," pekik ustadz Raka saat melihat Faris, dia langsung menghampiri laki-laki yang sudah di anggap nya Abi sendiri.
"Raka," imbuh Faris saat melihat anak asisten pribadinya tepat berada di depan nya.
Raka tidak jadi mengikuti Adam, dia malam menyalami tangan Faris "Abi baru sampai?" tanya ustadz Raka.
"Iya, semalam Khanza mengajak Abi dan Ummi datang ke sini!" jawab Faris tersenyum pada ustadz Raka.
"Khanza?" tanya ulang Raka menatap pada abi Faris, tapi tak lama kemudian dia memalingkan wajahnya saat melihat suara pintu mobil di tutup.
"Ummi," panggil ustadz Raka, dia langsung mencium tangan wanita yang juga sudah di anggap ummi sendiri olehnya.
"Raka, kebetulan kita bertemu di sini Nak," ujar Nabil.
Tak berselang lama, wanita cantik dengan khimar panjang juga ikut turun. Ustadz Raka seketika terpaku melihat teman masa kecilnya terlihat begitu cantik, wajah putih mulus tanpa polesan makeup, bulu mata lentik sama seperti Nabil, bola mata biru sama seperti Faris, sungguh sangat terlihat cantik.
"Raka," pekik Khanza tersenyum.
"Khanza, kamu masih mengenal ku!" tanya ustadz Raka merasa senang.
"Kau ini bilang apa, tentu saja aku mengenal mu, kau kan sahabat yang selalu aku dan Nazifa kerjain!" jawab Khanza terkekeh, dia teringat masa kecil mereka yang selalu mengerjai ustadz Raka.
Ustadz Raka ikut terkekeh "Rupanya kamu ingat betapa kejamnya kalian dulu," imbuh ustadz Raka.
"Bukan kami yang kejam, hanya saja kamu yang terlalu baik!" kilah Khanza lagi.
"Nak, bisa kita masuk ke dalam? Raka, temani Ummi dan Abi yuk bertemu sama Aba!" ajak Nabil.
"Mari!" mereka berempat pun melangkah masuk, sepanjang mereka berjalan, Raka terus mencari celah untuk melirik pada Khanza, dua tahun tidak melihat wanita tersebut, dia merasa Khanza sangat berbeda.
"Assalamualaikum!" ucap Faris di depan pintu masuk.
"Waalaikumsalam!" terdengar suara dari dalam.
Mereka berempat pun langsung masuk "Aba!" ujar Nabil, dia mencium tangan guru nya dan di ganti dengan Faris dan juga Khanza.
"Nabil!" ucap Aba melihat salah satu murid nya yang dulu mengaji padanya.
"Iya, Aba. Aba apa kabar?" tanya Nabil pada gurunya.
"Alhamdulillah baik. Kamu apa kabar, suamimu sudah tidak arogan lagi kan?" goda Aba tersenyum pada Nabil dan Faris, seketika Faris menunduk. Karna sikapnya saat pertama ke pesantren begitu angkuh dan arogan sampai sekarang guru istrinya itu mengatai dirinya arogan.
"Aba bisa saja!" sahut Faris membuat mereka terkekeh. Faris terheran, bisa-bisa nya seorang ulama yang selalu memegang tasbih di tangan nya tapi masih bisa bercanda.
"Ini?" tanya Aba sambil menunjuk pada Khanza, dia menatap pada Nabil.
"Dia Khanza Aba! Sekarang dia sudah menyelesaikan pendidikan nya, dan sekarang menetap di sini!" jawab Nabil.
"Wah ... Ternyata sudah sangat besar!" ujar Aba, dia ingat Khanza yang selalu manja padanya dulu.
Khanza hanya tersenyum, mereka melanjutkan berbincang. Aba banyak bertanya tentang pengalaman Khanza selama mengaji di Mesir.
Saat mereka asik berceloteh, tiba-tiba perhatian mereka teralihkan pada pintu masuk.
"Adam!" seru ustadz Raka, melihat murid yang baru saja ingin melarikan diri, ustadz Raka yakin jika Adam gagal lagi kabur.
"Ada apa Adam?" tanya Aba, selaku paman nya Adam, Aba juga kewalahan menghadapi anak keponakan nya itu, karna setiap hari ada saja mengadukan keonahan yang di lakukan oleh Adam.
"Kunci bilik mana? Gw mau tidur!" sentak Adam sambil menatap pada ustadz Raka, dia sama sekali tidak menghiraukan ucapan Aba.
"Tidur? Tapi sekarang ini jam untuk mengaji Adam, kamu tidak bosan apa mendapatkan hukuman setia hari?" tanya ustadz Raka pada Adam.
"Itu bukan urusan lo, sekarang berikan kunci nya!" desak Adam.
"Adam!" pekik Aba, langsung berdiri dan menatap tajam pada Adam. Ingin memarahi Adam, tapi dia ingat ada Nabil dan lainnya, karna tidak baik menasehati orang di depan orang banyak, aba tidak ingin Adam merasa malu.
Sementara Nabil, Faris dan Khanza sudah diam menatap pada Adam, bagi Nabil dan Khanza hal seperti itu sudah biasa di pesantren, tapi mereka tidak menyangka ada murid yang begitu tidak sopan pada Aba yang notabene nya adalah pimpinan pesantren tersebut, terlebih Faris, dia begitu emosi melihat tingkah Adam, dia bahkan sampai menggepalkan tangan nya dengan wajah yang sudah dingin.
"Buruan kasih!" paksa Adam lagi.
"Tidak, kamu akan masuk ke dalam bilik setelah selesai jam mengaji!" jawab ustadz Raka, dia kekeh tidak memberikan kunci pada Adam.
"Ck, payah sekali!" gerutu Adam.
"Lo, apa lihat-lihat gw, hah?" tanya Adam sambil menunjuk pada Khanza yang sedari tadi menatap Adam dengan mimik wajah tak terbaca.
Melihat tidak ada yang menyahuti ucapan nya, Adam langsung ingin keluar.
"Apa tujuan mu masuk ke pesantren untuk belajar ilmu agama atau menunjukkan jika kamu adalah manusia yang tidak berakhlak?" tanya Khanza, dia menatap dengan wajah datar pada Adam.
Membuat langkah Adam seketika terhenti, dia langsung memberikan tatapan tajam pada wanita yang sudah mengatainya dengan begitu kejam.
Adam tak menjawab, dia malah mendekat pada Khanza, Faris juga ingin mendekat, takut jika laki-laki itu melukai putrinya. Namun, dengan segera di cegah oleh Nabil.
"Siapa lo yang berani berbicara seperti itu pada gw, apa lo tidak tau siapa gw?" tanya Adam dengan begitu sengit.
Khanza tersenyum sinis "Aku tidak perlu tau siapa kamu, yang aku tau kamu adalah manusia yang sangat rugi, tinggal di pesantren tapi sifat mu seperti orang yang tidak mengenal agama!" hardik Khanza lagi langsung menusuk ke relung hati.
Ustadz dan Aba hanya diam, mereka melihat cara Khanza menghadapi Adam tanpa rasa takut.
"Kau--" pekik Adam menunjuk pada wajah Khanza.
"Apa?" balas Khanza melotot pada Adam.
"Awas kau-" Adam yang sudah geram, langsung keluar dari rumah Aba. Dia benar-benar kesal hari ini, sudah tidak bisa kabur, tidak bisa masuk ke dalam bilik, dan sekarang malah di hina oleh seorang wanita.
"Si*l"
.
.
.
~Bersambung.
...Aku turut prihatin ya Dam....
...Aku udah up dua bab loh, Jangan lupa Like komen dan juga Vote kakak ku sayang....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 52 Episodes
Comments
Indah Martin
jgn lama² up nya kak🙂
2022-09-27
0
Ratna Jewel
seru nih khanza datang ke pesantren.
2022-09-27
0
Berdo'a saja
malu Yaa kesal ya ha ha ha kaciiaaann😀😀😀
2022-09-26
0