Adam yang merasa marah dan kesal kepada Khanza, tentu tidak mudah melupakan hinaan Khanza tadi. Kini dia tengah berdiri di depan rumah Aba sambil memegang dagunya, memikirkan cara untuk membalaskan pada Khanza.
Saat dia berpikir keras, tiba-tiba dia melihat bada sepatu yang terletak di sana, ada beberapa sendal dan sepatu tertata dengan rapi di sana, Adam memicing matanya, setelah di yakin sepatu sport berwarna putih di sana adalah milik wanita yang tadi mengatai nya, seringai licik langsung terbit di bibirnya.
Buru-buru Adam berjalan keluar, kini dia melangkah mendekati kamar mandi yang sedikit jauh, ingin mencari sesuatu untuk mengerjai Khanza.
Sedangkan di dalam rumah, Aba masih geleng kepala atas tingkah Adam, tidak tau harus berbuat apa lagi pada anak itu.
"Aba, maaf jika saya lancang, apa dia memang selalu bersikap seperti itu?" tanya Nabil pada ustadz nya.
Aba mengangguk "Dia anak keponakan saya, Papa nya menitipkan nya di sini agar dia berubah menjadi orang yang baik, sebab saat sekolah Adam terjerumus ke dalam pergaulan bebas, maka dari itu kedua orang tuanya berharap Adam bisa menjadi lebih baik. Tapi, setelah satu Minggu lebih dia di sini, sampai sekarang belum ada yang bisa mengubah hidupnya, termasuk saya sendiri, dia tidak pernah mendengar ucapan ustadz di sini, bahkan kerap kali saya menerima laporan jika Adam selalu berbuat onar, mengganggu teman-teman nya dan pembangkang kepada setiap ustadz!" terang Aba dengan begitu detail, ada raut kecewa dalam hatinya, karna sebagai seorang pimpinan dia belum bisa membuat Adam patuh dan menjadi lebih baik.
Nabil terdiam, sia hanya melihat pasa suaminya, sementara ustadz Raka hanya menundukkan wajahnya, dari banyaknya cerita yang di uraikan oleh Aba, dia lah saksinya.
Sementara yang lain tampak bingung, namun berbeda dengan Khanza, wanita 23 tahun ini tampak memikirkan sesuatu.
"Nak, apa kamu baik-baik saja?" tanya Nabil pada sang putri, saat melihat wajah datar Khanza.
"Iya, Ummi. Khanza tidak apa-apa," jawab Khanza yang kini sudah tersenyum hangat pada sang Ummi.
"Apa yang kamu pikirkan, Nak?" tiba-tiba Faris memberikan pertanyaan seperti itu, dia sangat hafal tingkah putri nya, jika sudah seperti ini, Khanza pasti tengah merencanakan sesuatu.
Khanza tersenyum "Abi tau aja," sanggah nya, dia merasa salut pada sang Abi, selalu bisa menebak situasi nya.
"Aba, Khanza sudah tidak kembali lagi ke mesir, jika di izinkan, apa boleh Khanza menetap di sini dan mengajar di kelas nya Adam?" tanya Khanza. Mendengar semua cerita Aba, entah kenapa Khanza merasa tertantang, dia ingin mencoba mengubah murid yang keras kepala itu.
Pertanyaan Khanza sontak membuat mereka terkejut, tak terkecuali Faris.
"Apa kamu serius Nak?" tanya Nabil pada sang putri.
"Iya, Ummi. Boleh kan Khanza tinggal di sini?" tanya Khanza pada sang Ummi.
"Tapi sayang, kamu baru pulang satu Minggu!" kilah Faris.
"Ummi, Abi, kan Khanza tidak lagi ke mesir, di sini kan dekat, Khanza bisa pulang satu Minggu sekali atau ummi dan Abi bisa mendatangi ku di sini," sergah Khanza.
"Lagian, Khanza juga masih ingin berada di dalam pesantren, kan Ummi tau, jika kita masih ada niat untuk mencari ilmu agama, maka ibadah kita akan selalu di terima!" lanjut nya lagi.
"Saya setuju dengan Khanza, tapi apa kamu sanggup menangani Adam? Dia itu sangat susah di atur?" tanya Aba.
"Justru karna itu Aba, Khanza sangat ingin mengajar di kelas mereka, sebisa mungkin Khanza akan berusaha mendidik mereka terutama Adam untuk menjadi orang yang baik!" jawab Khanza penuh keyakinan.
"Nak, jangan bilang kamu--" Faris tidak meneruskan ucapannya, saat melihat senyuman di bibir Khanza. Di sini lah Faris merasa menyesal, dia yang sangat suka tantangan kini di warisi oleh anak perempuan nya.
"Abi tenang saja, aku bisa jaga diri kok!" kelakar Khanza, dia sudah sangat yakin dan bersemangat untuk membuat seorang Adam menjadi murid yang baik.
Karna selain dia merasa tertantang untuk menaklukkan murid songong itu, Khanza juga merasa kasihan pada kedua orang tua Adam, mereka sudah berniat memasukkan Adam ke pesantren, sangat sayang bukan jika Adam tidak menjadi apa yang mereka harapkan.
"Apa kamu yakin?"
.
.
.
~Bersambung.
Aku lupa, Khanza kan anaknya Faris yang juga bisa melakukan taruhan konyol.
jangan lupa Like komen dan juga Vote kakak ku sayang.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 52 Episodes
Comments
Fitrizar Dalimunthe
nah sekarang kamu ga bisa bilang pisang kan Faris karna yg meniru sipat mu malah anak perempuan mu pasti hati mu dag dik duk memikir kan anak mu yg anggun tapi bar bar
2022-10-16
0
💞N⃟ʲᵃᵃ࿐yENni💖
semoga Khanza bisa menaklukkan kenakalan Adamdsn menjadi guru yg bs membuat Adam mendapat hidayah...
2022-09-27
0
Berdo'a saja
suka semangat kanza
2022-09-27
0