Adam menatap kepergian mobil dari kedua orangtuanya dengan hati yang hampa, rasa sedih berkecamuk dalam hati nya, bukan karna sedih pisah dari orang tuanya, melainkan sedih karna dia harus tinggal di tempat yang sama sekali tidak di inginkan Adam.
Setelah mobil papa Ammar sudah tidak terlihat lagi, Adam melihat ke sekeliling nya, semua orang tengah sibuk dengan urusan mereka masing-masing, sementara Ustadz Raka tengah berbicara dengan orang di posko.
"Kesempatan yang bagus" batin Adam, dia langsung mengambil ancang-ancang untuk kabur. Tapi sialnya dia hanya berlari di tempat, sebab dia merasakan ada tarikan pada sarung nya dari arah belakang.
Adam terkejut melihat ke belakang, dimana tiga orang yang sedang menahan nya, dia masih berusaha lari tanpa, meski usaha nya masih sia-sia. Bahkan Adam kewalahan sendiri karna berlari di tempat dengan begitu lama.
"Ha ha ha, lepaskan gw!" pekik Adam, tapi tidak ada dari mereka yang mendengar nya.
Semua orang yang melihat nya, langsung tertawa, sebab Adam dengan lucunya terus mengayunkan langkah nya meski tidak beranjak sedikit pun.
"Lepaskan!" seru ustadz Raka, tadi dia juga yang menyuruh tiga orang santri untuk menahan Adam, sebab dia melihat gerak-gerik Adam yabg aneh.
Ketiga santri tersebut langsung melepaskan, Adam. Dan Adam yang begitu kuat menarik tubuh nya ke depan kembali mencium tanah karna tidak bisa lagi mengimbangi badannya sendiri.
Lagi-lagi Adam jadi bahan tawaan dari santri laki-laki yang berada di bale pengajian maupun bilik.
Dengan begitu kesal Adam bangun, dia sudah tidak mau memakai sarung lagi, akan tetapi meletakkan di atas pundak nya. Dia menatap tajam pada orang-orang di sana yang semakin keras menertawai dirinya.
"A--adam," ujar ustadz Raka.
"Apa, lo mau ngetawain gw juga?" tanya Adam dengan wajah garang nya.
"I--itu!" ucap ustadz Raka sambil menunjuk pada jidatnya.
Adam langsung memegang jidatnya yang terasa dingin, dia pun menurunkan tangan nya, mata Adam menyipit saat melihat sesuatu yang cair di tangan nya, ragu-ragu Adam mendekatkan tangan pada hidung nya. Dan seketika itu, Adam langsung pingsan saat mencium bau kotoran ayam di tangan nya.
"Dam, Adam!" panggil ustadz Raka yang langsung panik. Dia langsung meminta para muridnya untuk membawa Adam ke dalam bilik nya.
Sore hari, Adam mengerjapkan matanya, dia masih merasakan pusing, dan perlahan teringat, hal yang membuat nya pusing hingga pingsan, Adam bergidik geli membayangkan dirinya mencium kotoran Ayah langsung dengan tangan nya. Adam sosok laki-laki yang bersih, dia sangat benci dengan namanya kotoran, Apapun itu.
"Kau sudah sadar?" tanya ustadz Raka baru masuk ke dalam biliknya. Dia melepaskan peci juga meletakkan sajadah dari atas bahunya.
"Lo dari mana?" tanya Adam masih songong.
"Dari masjid," jawab nya, dan kini duduk di sebelah Adam.
"Dengar kan Adam, jangan pernah berpikir untuk melarikan diri dari sini lagi, kamu tidak lihat kedua orang tua mu begitu berharap kamu jadi pribadi yang baik selam di sini," terang ustadz Raka, dia mulai memberikan pemahaman pada Adam.
"Jangan sok ngatur hidup gw, karna cuma gw yang berhak memutuskan apa yang baik untuk gw sendiri." sentak Adam tanpa menatap ke arah ustadz Adam.
Sementara itu, ustadz Raka hanya menggeleng kepalanya "Itu terserah mu. Tapi, selama kamu di sini, maka kamu harus mengikuti semua peraturan di pesantren ini," imbuh ustadz Adam.
"Kalau gw tidak mau?"
"Yang pertama, kamu harus mengajai sehari tiga kali, di tambah satu kali mengikuti mengulang pada pukul 11 malam!" jelas ustadz Raka yang tidak mendengar kan penolakan Adam.
"What, mengaji?" tanya Adam tak terima.
"Yang kedua, kamu harus mengikuti solat berjamaah di masjid setiap waktu, tak terkecuali subuh," terang ustadz Raka lagi.
"Apa? Sudah gw bilang, kalo gw itu tidak mau!" tolak Adam lagi.
"Saya tidak bernegosiasi padamu, tapi ini adalah sebuah peraturan, dan semua santri harus mematuhi nya!" tegas ustadz Raka. Sebab, sebelum dia menjadi guru di sana, dia juga pernah menjadi murid dan harus menuruti semua peraturan yang sudah di tetapkan di sana.
"Kalau gw gak--" ucapan Adam langsung saja terputus.
"Kalau kamu tidak mau, maka akan terkena sanksi nya. Setelah turun ngaji pagi, maka nama-nama orang yang melanggar peraturan akan di panggil, dan di berikan hukuman, seperti membersihkan wc, di mandikan di tengah lapangan, di cukur rambut, membersikan halaman pesantren, membersihkan masjid dan masih banyak lagi!" terang ustadz Raka lagi.
"What, Are you crazy?" tanya Adam kesal.
Ustadz Adam tidak menggubris lagi ucapan Adam, dia memilih untuk pergi mandi.
...----------------...
Malam harinya, di mansion Nugraha, terdengar papa Ammar sedang kesusahan menenangkan sang istri yang lagi menangis pilu, mulai dari meninggalkan Adam di pesantren, mama Anggi terus menangis sampai sekarang, bahkan dia tidak mau makan sampai sekarang.
"Honey, tolong jangan menangis lagi, bukan kah kamu juga setuju jika putra kita masuk ke dalam pesantren!" pinta papa Ammar, dia sudah kewalahan menenangkan sang istri.
"Hisk ... Aku memang setuju, tapi bukan berarti aku tidak boleh nangis, aku sedih sebab kedua putra ku tidak ada yang menetap di rumah, aku juga sedih mengingat Adam, apa dia di sana akan makan teratur, apa dia akan tidur nyenyak!" selalu itu yang di ucapkan mama Anggi, membuat papa Ammar bingung harus membujuk sang istri bagaimana lagi. Bahkan papa Ammar sampai menyipitkan mata melihat sang istri yang mengeluarkan ingus dengan sangat kuat pada tissue dan melemparnya dalam pangkuan papa Ammar.
Papa Ammar memegang tisu tersebut dengan wajah jijik dan melemparkannya pada lantai, kemudian dia langsung memeluk sang istri "Sayang, kita memang berat melepaskan putra kita masuk ke dalam pesantren, karna godaan sangat kuat agar kita tidak jadi memasukkan nya ke sana. Jika kita ingin kelak Adam jadi anak yang baik, maka kita harus ikhlas dan berkorban, kita harus rela menahan sedih, nanti jika sudah beberapa bulan, semuanya akan terbiasa juga. Dan satu lagi, kita bisa menjenguknya kapan pun kamu mau!" jelas papa Ammar pada sang istri, mama Anggi sudah sedikit tenang mendengar ucapan sang suami, dia langsung masuk ke dalam pelukan papa Ammar.
...----------------...
Sedangkan di sebuah pesantren. Ustadz Raka yang tengah mengajar di dalam kelas, langsung meneliti satu persatu muridnya.
"Faizin," panggil Raka.
"Iya, Ustadz!" jawab santri yang bernama Faizin.
"Kamu lihat Adam di bilik saya, dan suruh dia mengikuti pengajian ini!" seru ustadz Raka. Dia yang selesai solat magrib di masjid tidak lagi kembali pada biliknya, karna setelah isya kebiasaan para guru di sana langsung mengajar.
"Baik, Ustadz!" Faizin langsung pamit turun, dia berjalan lama, sebab bale pengajian nya sedikit jauh dengan bilik ustadz Raka.
Tok ... Tok .... Tok...
"Assalamualaikum!" Faizin mengetuk pintu bilik seraya memberikan salam. Tidak mendengar jawaban juga pintu yang tidak di buka, Faizin mengulang nya kembali, tapi tetap saja tidak di buka dari dalam.
"Ada apa, Faizin? Kenapa kamu di sini?" tanya ustadz Yusuf, para dewan guru di pesantren tersebut memang berada di satu gang, bilik berjejer dan di sana rata-rata semuanya di tempati oleh dewan guru.
"Maaf ustadz, saya di perintahkan ustadz Raka untuk memanggil Adam!" jawab nya sopan, tak lupa kepalanya sedikit di tundukkan.
"Oh, coba saya lihat!" ustadz Yusuf langsung membuka pintu bilik ustadz Raka yang tidak terkunci.
Dan mereka langsung terkejut melihat pemandangan di dalam nya.
"Brum ... Brum ... Aku pasti menang, aku pasti menang!" ucap Adam dengan mata terpejam, dia bahkan duduk di atas guling dengan tangan yang memperagakan memegang stang motor.
"Brum ... Vanya sayang, aku hebatkan, aku menang lagi!"
.
.
.
~Bersambung.
...Duh ... Kapan ya bertemu nya murid laknut itu dengan Ustazah Khanza?...
...Hari ini senin Besty, mohon keringanan vote nya. Xixixxi...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 52 Episodes
Comments
Teruterubuzu
tingkah konyol adam.. bikin ulah seakan gejala ODGJ 🤣
2022-10-09
0
Ike Handayani
hadeeeeeehhhhhh
kumat dia
2022-10-02
0
Johanah Tata
yang perlu dijadikan motivasi itu komen yang ga bagus, karena itu merupakan bentuk perhatian dari pembaca biar melahirkan karya yang baik. kalaukomen bagus itu walaupun apresiasi tapi kalau menurut saya itu tidak membangun biasa aja. jadi kalau ada komen yang ga bagus ga usah marah
2022-09-23
0