Akhirnya pertunangan yang di rencanakan Amir, kini akan terlaksanakan saat anak-anak mereka mau menerima dengan ikhlas perjodohan ini.
"Bagaimana jika pertunangan nya kita laksanakan Minggu depan?" tanya Sasa sebagai ibu dari Reza.
"Boleh, jadi kita punya sedikit waktu lagi untuk menyiapkan semuanya." jawab Mira.
"Baiklah, jika seperti itu maka kami pamit pulang dulu," pamit keluarga Amir.
"Sebenar, boleh kah saya bicara hanya berdua dengan Reza?" tanya Nazifa pada keluarga nya.
"Untuk apa, Nak? Kamu belum muhrim dengan nya?" tanya Diki pada sang putri.
"Hanya sebentar saja, Ayah. Lagi pula Nazifa tidak akan melakukan apa-apa," elak Nazifa lagi.
"Baiklah!" Zifa langsung mengajak Reza kebelakang untuk berbicara empat mata.
"Ada apa?" tanya Reza menunduk malu, yang seharusnya di lakukan oleh Zifa malah Reza yang berperan.
"Apa kau sering ingin bertunangan dengan ku?" tanya Zifa, dia tidak melihat sama sekali pada Reza. Sikapnya terlihat sangat sok dan arogan.
"Jika itu keinginan orang tua ku, maka aku akan yakin!" jawab Reza, dia tidak mau mengakui perasaannya, karna melihat Zifa seperti nya tidak berminat.
"Aku ini hanya wanita keras yang tidak alim dan juga tidak pandai di bidang agama. Sedangkan kamu adalah lelaki yang ilmu agama nya sangat kental, apa kau yakin?" tanya Zifa lagi yang merasa tidak pantas untuk Reza.
"Semua bisa berubah jika mempunyai keinginan, bukan kah dulu Ayah dan Bunda juga dua orang yang sangat berbeda dalam pemahaman agama, tapi nyatanya, mereka bisa bersatu dan saling menyayangi sampai sekarang," kilah Reza.
"Apa kamu mencintai ku?" tanya Zifa tiba-tiba, membuat Reza kalang kabut.
"E, e, cinta itu bisa tumbuh dengan seiring waktu, aku hanya ingin melakukan hal yang membuat kedua orang tua ku senang!" jawab Reza.
"Ya ya, ku harap begitu, karna aku sama sekali tidak menyukai mu," timpal Zifa membuat hati Reza hancur bak tersambar petir.
Nazifa ingin berbalik, tapi suara Reza menghentikan nya lagi "Kalau kamu keberatan dengan perjodohan ini, kenapa kamu tidak menolak saja?" tanya Reza.
"Karna aku tidak ingin membantah Bunda, karna walaupun aku anak yang bar-bar, tapi aku sangat menghormati keputusan orang tuaku, terlebih aku tidak ingin mereka merasa malu dengan keluarga mu," jawab Zifa dengan muka ketus.
"Jadi, aku harap hanya kamu yang tau!" setelah itu, Nazifa langsung pergi meninggalkan Reza di sana.
Sementara lelaki itu hanya menghela nafas panjang sambil berpikir apa dia lanjutkan perjodohan ini sementara dia tau perasaan Zifa untuk nya seperti apa, tapi untuk membatalkan niat kedua orangtuanya pun sudah tidak tega rasanya.
Dengan langkah gontai Rezapun mengikuti Zifa dari belakang.
"Sudah bicara nya?" tanya Amira pada sang putri.
"Sudah, Bunda!" jawab nya singkat.
"Baiklah jika begitu, kami permisi dulu!" pamit mereka.
Amira, Zifa dan Diki hanya mengantar mereka sampai di depan pintu utama.
"Hati-hati ya Tante!" peringat Zofa pada Mama nya Reza, tak lupa menyalami kedua nya.
"Iya, sayang!"
Setelah kepergian keluarga Amir, mereka pun kembali masuk ke dalam rumah.
...****************...
Malam hari di kediaman Nugraha sedang terjadi kegaduhan adu mulut antara Papa dan anak yang sulit sekali di atur itu.
"Kamu harus mendengarkan apa yang Papa bilang, Adam. Besok kamu akan masuk ke pesantren, Papa tidak mau tau!" pekik papa Ammar dengan suara meninggi.
"Enggak, Pa. Adam tidak mau, Adam sudah besar, Adam laki-laki, jadi Adam bisa mengambil jalan yang Adam mau!" teriak Adam juga tidak kalah sengit nya.
"Jika kamu mengambil jalan yang benar, maka Papa dan Mama tidak akan melarang mu, tapi kamu mengambil jalan sesat mulai dari sekarang, mau jadi apa kamu. Memang benar kamu laki-laki, dan tugas laki-laki itu memimpin, coba lihat diri kamu, apa kamu bisa menjadi seorang pemimpin? Sekolah tidak jelas, kerjaan nya cuma kelayapan keluar masuk dalam club" sanggah papa Ammar lagi. Mama Anggi hanya mengelus lengan suaminya.
"Terserah Papa, yang jelas aku tidak mau masuk ke sana. Jika Papa berminat, kenapa tidak Papa saja yang masuk ke pesantren!" sarkas Adam.
"Mau tidak mau, kamu besok harus ikut Papa!" timpal Papa Ammar, dia sampai geleng kepala, sungguh anaknya sangat susah di atur, jika dia tidak punya stok sabar, mungkin Papa Ammar sudah membuat anak nya itu babak belur. Tapi papa Ammar seorang pria yang penyayang, dia tidak akan melakukan kekerasan fisik pada keluarga nya, terutama pada anaknya. Selama ini mereka mendidik Adam dengan sangat baik, tapi Adam sendiri lah menjadi pria yang meleset ke dalam pergaulan bebas yang sangat salah terlebih di usianya yang masih sangat muda.
Adam tidak menghiraukan lagi, dia masuk ke dalam kamar dan membanting pintu kayu itu dengan suara begitu keras.
"Akhhh ... Kenapa seperti ini, kenapa Papa dan Mama tidak bisa memberikan pilihan hidup ku sendiri!" gerutu nya. Padahal tanpa dia sadari jika semua yang di lakukan oleh orang tuanya itu untuk kebaikan nya semua.
"Aku tidak akan mau, lihat saja. Daripada aku masuk ke pesantren, lebih baik aku pergi dari rumah ini, toh juga sama-sama sengsara!" gumam nya penuh kesal.
Tanpa menunggu lama, Adam langsung mengambil tas ransel nya dan memasukkan semua pakaian nya ke sana.
Setelah semua nya beres, Adam hanya menunggu waktu. Dia akan pergi sekitar pukul dua belas, karna di rasanya saat itu sudah aman.
Adam terus mondar-mandir di dalam kamar, matanya terus melirik pada jam yang terasa lambat sekali berputar itu. Hingga pada saat yang dia tunggu tiba. Adam langsung bergegas mengambil tas ransel dan dia langsung berjalan menuju balkon.
Di sana sudah ada tali yang bisa dia gunakan untuk turun. Perlahan meski dengan rasa takut, tapi Adam terus turun melalui tali yang di jamin bisa menahan berat badan nya.
Sedangkan di satu kamar lainnya, Mama Anggi sudah sangat gaduh mengguncang tubuh sang suami, dia sangat gelisah saat melihat putranya turun dengan tali dari balkon melalui laptop milik sang suami.
Karna mengingat sang putra susah di atur, Papa Ammar sengaja meletakkan satu kamera CCTV di kamar Adam, tanpa sepengetahuan anak nya itu. Dia tidak selalu mengaktifkan nya, hanya saat seperti ini karna dia tau jika Adam tidak akan diam saja mendengar kan semua ucapan nya.
"Pa bagaimana ini, Mama tidak mau jika dia kenapa-kenapa," tukas Mama Anggi penuh dengan rasa kekhawatiran.
"Tenang saja Ma. Anak itu akan baik-baik saja." sanggah papa Ammar menenangkan sang istri.
"Tapi bagaimana jika dia benar-benar kabur?" tanya mama Anggi lagi.
"Dia memang benar-benar akan kabur, tapi hanya beberapa saat dia akan kembali lagi," sergah papa Ammar lagi.
"Bagaimana Papa bisa seyakin itu?"
"Kami lihat saja," timpal Pap Ammar, ada senyuman licik di bibirnya, dia langsung menghubungi seseorang melalui gawai miliknya.
"Kerjakan sekarang!"
.
.
.
~Bersambung.
...Hadeh ... Adam, kenapa kamu keras kepala banget sih, udah baik tuh Papa Ammar tidak menampar mu....
...Jangan lupa Like komen dan juga Vote ya....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 52 Episodes
Comments
Teruterubuzu
pupus sudah harapan reza.. cinta bertepuk sebelah tangan emang ga enak banget dah.. nyesek.
kenapa juga zifa harus memberikan harapan palsu pada ortunya juga ortu reza padahal dia tidak menyukai reza hanya untuk menyenangkan ortu kedua belah pihak. hal ini pastinya membuat zifa akan berpikir berulang kali untuk melanjutkan lamaran ini.. kabur satu-satunya jalan keluar dari permasalahan ini.
2022-10-08
0
Teruterubuzu
bodoh...seharusnya bukan begitu jawabanmu za.. jawaban yg kau berikan mengandung ketidak yakinan dirimu mencintai zifa, ada keraguan pada diri reza serta tidak mantap/serius dgn perasaannya sendiri untuk melangsungkan lamaran ini .
padahal zifa menginginkan jawaban yg lebih dari reza juga ingin tau perasaan sesungguhnya reza terhadap dirinya.
come on za, jujur saja jangan kau tutupi perasaanmu buang semua keraguan yg ada dalam hatimu.. lepaskan aga sama-sama tahu perasaan kalian seperti apa.
2022-10-08
0
Yanti Yanti
adam km salah perhitungn , , lanjut thor
2022-09-22
1