Malam hari, terdengar suara bercengkrama di sebuah mansion mewah dan besar, pembicaraan dengan orang seberang melalui benda canggih buatan dari perusahaan Adinata Bagaskara.
"Ummi, Abi mana?" suara anak perempuan terdengar begitu nyaring.
"Abi selalu di sisi Ummi mu, Nak. Kenapa?" tanya lelaki yang sudah hampir berumur lima puluan itu, masih terlihat tampan dan juga begitu berwibawa.
"Ih ... Abi, kok tanya ada apa sih pas anaknya tanya!" kesal wanita muda di seberang membuat dua orang paruh baya itu terkekeh.
"Iya, ya maaf kan Abi, Nak!" pinta lelaki itu.
"Hem ... Baiklah, karna aku baik, maka akan aku maafkan." celotehan anak itu lagi.
"Khanza, kapan kamu pulang, Nak? Abi dan Ummi sudah sangat merindukan mu dan Kak Kenzo!" tanya pria paruh baya yang ternyata adalah Faris.
"Hem ... Aku lebih sudah di sini deh kayaknya," goda Khanza langsung membuat wajah Faris terlihat pias.
"Kamu lihat Abi mu, Nak. Dia langsung sedih kalau kau mengatakan hal itu. Kamu tau sendiri, Abi sangat suka suara berisik kalian di sini," imbuh Nabil.
"Rasanya sudah hampir 7 tahun rumah ini terdengar sepi tanpa kalian." timpal Faris lagi.
Khanza yang mendengar nya merasa tidak enak. Dia padahal hanya ingin bercanda.
"Abi, Ummi, jangan sedih seperti itu. Aku menelpon bukan ingin membuat kalian sedih. Tapi..." Faris dan Nabil mengerti keningnya saat Khanza menggantung ucapannya.
"Tapi apa, Nak?" tanya Nabil.
"Tapi, tolong jemput aku Minggu depan di bandara ya!" pinta Khanza hampir terdengar merengek.
"Apa kamu serius, Nak? Kamu pulang?" wajah keduanya langsung berbinar mendengar kabar tersebut.
"Iya, Bi. Khanza akan pulang. Tapi hanya Khanza, kak Kenzo belum!" lanjutnya lagi.
"Oke, Minggu depan Abi akan tunggu kamu di bandara mesir!" Faris memang sangat bahagia, kehidupan nya yang dulu selalu kesepian, tiba-tiba berubah saat Nabil hadir dalam hidupnya, dan memberikan kebahagiaan yang tak pernah dia bayangkan. Kebahagiaan nya semakin lengkap saat Nabil mengandung dan melahirkan bayi kembar.
"Kok ke sini. Abi tunggu di sana saja, aku akan pulang sendiri!" tolak Khanza dengan lembut.
"Tidak, Abi dan Ummi akan terbang ke sana." kekeh Faris, Nabil hanya tersenyum saat melihat keduanya selalu saja berbeda pendapat.
Sementara Khanza hanya bisa pasrah, dia tau Abi nya seperti apa.
"Ya sudah, Bi. Nabil tutup dulu ya, ada kelas pengajian. Assalamualaikum!" sambungan terputus setelah Nabil dan Faris menjawab nya.
Kedua orang tua itu memang sudah sering datang ke tempat di mana kedua anaknya menuntut ilmu. Bahkan dalam sebulan sekali, Faris dan Nabil selalu menyempatkan waktu untuk anak-anak mereka.
"Hah ... Tujuh hari lagi rasanya sangat lama." tukas Faris sambil merangkul sang istri, membawa dalam dekapannya.
"Sabar, Mas. Selama tujuh tahun kita bisa bersabar, masa hanya dalam tujuh hari kami tidak bisa bersabar." sarkas Nabil lembut.
Cup...
Satu ciuman mendarat di puncak kepala sang istri "Iya Ummi, istriku tersayang, yang paling cantik, paling baik dan yang paling sabar!" celetuk Faris terus memuji Nabil sebagai bentuk rasa syukur nya kepada sang Khalik karna telah memberikan istri sebaik Nabil.
"Kamu terlalu berlebihan, Mas!" sanggah Nabil lagi.
"Tapi kamu suka kan?" tanya Faris menggoda sang istri
Nabil sedikit mendongak, langsung mencium bibir Faris sekilas "Bukan hanya suka, tapi cinta, dan juga sangat bersyukur mendapatkan suami yang tampan, baik, dan penyayang seperti mu." balas Nabil tidak mau kalah.
"Apa setelah usiamu bertambah, kamu menjadi pandai gombal sayang?" tanya Faris lagi, dia semakin erat memeluk tubuh sang istri.
"Karna ini tulus dari hati, Mas!" timbun Nabil lagi.
Faris tersenyum, dia lalu mendekatkan wajah mereka, saat ingin mencium bibir, Nabil. Istrinya malah menahan dengan telunjuk nya di bibir Faris.
"Kita belum solat isya, takutnya nanti kamu khilaf!" ujar Nabil.
Faris menepuk jidatnya "Hampir saja!" gumam nya.
"Kalau begitu, ayo kita solat dulu, setelah itu persiapkan dirimu sayang." keduanya pun melangkah masuk ke dalam kamar untuk melaksanakan kewajiban solat isya nya.
...----------------...
Setelah malam berlalu, terbitlah mentari dengan sinar nya yang hangat dan juga terang, tapi tak seterang hati anak manusia yang merasa dongkol dengan wajah masam.
"Adam, cepat habiskan sarapan mu, kamu akan telat nanti nya!" peringat Mama Anggi pada putranya yang hanya memutar-mutar makanan di dalam piring nya.
"Mah, Pah, Adam pergi sendiri saja ya ke sekolah, Papa dan Mama naik mobil saja, Adam pakai motor!" pintanya, dia merasa tidak mood karna Papa nya telah menyita motor kesayangan nya.
"Sudah, kamu berangkat dengan kami saja." sela Papa Ammar.
Adam hanya berdecak kesal, padahal hari ini adalah hari kelulusan nya, tentu saja dia dan teman-temannya akan merayakan. Tapi semuanya berubah. Dia tidak bisa membantah sang Papa, karna ancaman yang akan di berikan oleh orang tua laki-laki nya itu.
Seperti saat kemaren, saat dirinya menolak tidak ingin di masukkan ke dalam pesantren, Papa Ammar langsung mengancam akan mengeluarkan Adam dari kartu keluarga dan mengambil semua fasilitas yang di berikan nya selama ini.
Daripada dia jadi orang miskin dalam sekejap, lebih baik dia menuruti keinginan sang Papa.
Selesai sarapan, ketiga orang ini langsung berangkat menuju sekolah, Adam terlihat sangat malas, langkah nya begitu gontai saat berjalan masuk ke dalam mobil.
"Adam, senyum dong. Kan ini hari kelulusan kamu!" cecap Mama Anggi pada anak nya yang duduk di jok belakang.
"Malas," tolak Adam memalingkan wajahnya pada jendela mobil.
Mama Anggi hanya tersenyum melihat kelakuan sang putra. Semenjak anaknya masuk ke sekolah menengah, Adam menjadi anak yang sangat susah di atur.
Sampai di sekolah, Adam langsung turun tanpa menyalami tangan keduanya. Dengan wajah yang sangat muram dia langsung melangkah masuk.
"Pulang nanti Papa jemput!" teriak Papa Ammar. Setelah mengatakan itu, mereka langsung melajukan kembali mobilnya.
"Adam, oi!" panggil seseorang dari arah sang membuat anak Nugraha ini berpaling.
"Tumben lo pakek mobil, motor lo kemana?" tanya Robert salah satu teman nya. Adam tidak menjawab, dia malah kembali melangkah.
"Sayang, kok kamu terlihat kesal, kenapa hem? Katakan padaku ada apa? Dan kenapa semalam tidak membalas chat dariku?" tanya Vanya yang berstatus pacar Adam.
Mendengar suara wanita yang dia cintai, barulah Adam mengubah mimik wajahnya "Mama dan Papa marah karna kemaren mereka tau kalau kita balapan dan juga masuk dalam bar," terang Adam, para sahabat nya hanya saling lirik.
"Jadi?" tanya Vanya yang sudah menempel di lengan, Adam.
"Jadi Pada menyita kunci motor dan juga ponselku. Aku ingin kabur, tapi kamu tau sendiri, penjaga di rumah ku sangat ketat,. dan mereka semua mendengar Papa ku saja, sama sekali tidak mendengar kan ku, makanya mereka lah yang mengantar ku!" jelas nya lagi. Adam tidak menceritakan tentang rencana papa nya memasukkan dirinya ke dalam pesantren, menurut Adam, itu hanya ancaman Papa nya saja.
"Ih ... Mereka kok kejam banget ya sayang, kan kamu sudah besar, kok bisa-bisanya mereka memperlakukan kamu seperti anak kecil!" rengek Vanya, dia tidak suka karna nanti mereka tidak bisa jalan-jalan kalau sang pacar di jemput oleh orang tuanya.
"Kamu tenang saja ya sayang, kita tetap akan jalan-jalan setelah melihat nama kita ada di urutan kelulusan. Karna Papa pasti menjemput ku nanti siang!" tukas Adam mencoba menenangkan sang pacar.
"Oke,"
Satu ciuman langsung mendarat di bibir Adam, para teman yang lain nya hanya bersikap santai dan acuh, bagi mereka, pemandangan seperti ini sudah biasa mereka saksikan.
"Kita lihat hasilnya saja yuk!" ajak salah satu teman laki-laki yang tidak mau lagi menyaksikan perang lidah antara Vanya dan Adam.
.
.
.
.
.
~Bersambung.
...Kita lihat aja, Dam. Papa Ammar beneran atau cuma ngancam kamu. Lagian kamu nakal nya setengah-setengah, pas di ancam kek gitu aja takut. Lemah....
...Jangan lupa Like komen dan juga Vote kakak ku sayang....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 52 Episodes
Comments
Zain All Insany
lanjut kak
2022-09-26
0
Yanti Yanti
kak apa adam jodoh nya khanza kak
2022-09-22
1
Tri Wati
pergaulan yang salah bisa merubah sifat mereka ijumt salah
2022-09-20
1