Keesokan harinya.....
matahari sudah terlihat bersinar terang, lelaki itu beranjak dari tempat tidur nya. Lelaki itu awalnya terbangun dengan perasaan kaget karena ada wanita remaja yang sedang tertidur pulas di sampingnya.
Memory nya berputar, mengulang kembali ingatannya, bagaimana dia mengambil mahkota wanita remaja itu, pria itu sungguh tak menyangka ternyata dia telah melakukannya dengan wanita yang jauh lebih muda, bisa di bilang sebaya dengan keponakannya.
Entah mengapa tubuh wanita itu seperti magnet, yang dirinya begitu cepat. Tubuh itu bagaikan candu, dia ingin mengulanginya berkali-kali.
Pria itu tersenyum kala mengingat bahwa dirinya lah yang pertama kali menyentuh tubuh wanita remaja ini.
Bahkan pria itu ingat, dia tak pernah bisa puas sampai membuat wanita itu pingsan.
Pria itu memandang wajah wanita cantik itu dengan senyum penuh arti.
Pria itu membelai wajah cantik itu.
Cup.....
Satu kecupan mendarat di dahi Arin.
"Aku mandi dulu ya kucing manis, tidur yang nyenyak," bisiknya di telinga Arin.
Pria itu berjalan dengan tubuh polos menuju ke arah kamar mandi, dia sekilas menoleh ke belakang memastikan Arin masih tertidur lelap.
Ceklek...
Pintu kamar mandi tertutup.....
Tak berselang lama. "Eeeemm....." Arin mencoba bangun tetapi kepalanya terasa berat.
Arin memegang kepalanya dengan mata masih tertutup, Arin membuka matanya, dia mencoba bangkit dari tempat tidur nya.
"Emmm..... Kenapa kepalaku sakit dan tubuhku rasanya remuk," guman Arin dengan suara pelan karena tubuhnya masih terasa lemas.
Arin kaget kala mendapati dirinya berada di kamar nan mewah, Arin mengedarkan pandangannya ke seluruh arah.
Matanya membulat sempurna kala melihat pakaian miliknya berserakan di bawah tempat tidur, dia dengan cepat melihat ke arah dirinya.
Arin begitu syok, dia menutup mulutnya tak percaya dengan apa yang di lihatnya saat ini tubuhnya polos tanpa sehelai benang pun yang melekat.
"Apa aku....." ucap Arin terpotong kala melihat bercak darah di sprei dan beberapa tanda yang di tinggalkan pria itu di tubuhnya.
"Hiks hiks hiks hiks ini tidak mungkin," lirih Arin menahan pilu dengan suara kecil.
Arin mencoba mengingat kejadian tadi malam, Arin tak percaya dia bisa memberikan sesuatu yang sangat berharga kepada pria yang belum menjadi suaminya bahkan Arin tak mengenal pria itu.
Ingatan Arin saat dia sedang asyik menikmati makanan, tetapi setelah itu dia minum jus yang di berikan oleh Veli. Seketika tubuhnya pusing dan seperti terbakar, setelah itu beli membujuknya untuk menginap di hotel ini saja. Karena bujukan Veli, Arin pun setuju.
Setelah itu dia tak menginginkan apapun, tetapi samar-samar dia ingat di tarik seseorang menuju kamar, Arin juga ingat kala sesuatu mencoba mendorong masuk ke dalam tubuhnya. Arin juga ingat saat dia menjerit memohon setelah itu dia tidak ingat apa-apa lagi.
Arin memandang nanar ke arah sprei yang terdapat bercak darah.
'Aku sudah kotor, apa yang harus ku katakan kepada ke dua orang tua ku,' batin Arin.
"Tidak, pasti semua mimpi," lirih Arin mencoba menyangkalnya.
"Hiks hiks hiks hiks hiks hiks hiks kenapa semua ini terjadi kepadaku," kata Arin di sela tangisannya.
Bayangan masa depan yang surah kini menantinya. Kehormatannya sudah hilang, kehormatan yang dia juga selama ini.
"Apa yang harus ku lakukan," kata Arin masih bimbang dengan masa depannya nanti.
Arin mengusap wajahnya kasar, dia tidak boleh lemah, air mata tak kan bisa mengembalikan sesuatu yang sudah hilang dari dirinya.
Arin harus kuat itulah yang dia harus lakukan saat ini.
Arin tak bisa bayangkan kalau kedua orang tuanya mengetahui hal ini, bagaimana nanti kalau semua orang tahu dan bagaimana nasib ke dua adik laki-laki nya nanti. Pasti mereka juga ikut jadi sasaran cemooh warga.
Arin menggeleng, dia tak mungkin menceritakan semuanya kepada keduanya mengingat kesehatan
Ayahnya. Arin harus menyimpan semua ini rapat-rapat.
"Ini tidak boleh ada yang mengetahuinya termasuk Veli sekalipun," tekad Arin untuk menyembunyikan kejadian ini selamanya.
Samar-samar terdengar gemericik air di dalam kamar mandi. Tubuh Arin langsung bergetar hebat, dirinya ketakutan kalau tiba-tiba pria asing itu muncul di depan nya.
Arin mencoba untuk turun dari ranjang.
"Sssttttt.....ah sakit," lirih Arin dengan suara kecil saat merasakan sakit di inti tubuhnya. Arin mengigit bibir bawahnya, mencoba menahan rasa perih. Arin tak ingin pria asing itu mengetahui kalau dirinya sudah bangun.
Kaki jenjang itu pun turun dari ranjang dengan gemetar, menahan rasa perih yang menjalar ke hatinya. Arin meraih pakaiannya yang sudah tergeletak di bawah.
Dengan cepat dia memakainya, melihat pakaian itu begitu terbuka Arin berinisiatif memakai kemeja pria asing itu untuk menutupi bagian atas agar pakaiannya tidak mengundang niat buruk orang lain lagi.
Arin mengusap kasar air mata yang tanpa sengaja menetes. Entah hatinya belum ikhlas atau dia belum mempercayai miliknya yang berharga telah hilang.
Bagaimana dia akan menjalani harinya di masa depan?
Sekelebat bayangan cerah itu telah hilang berganti suram, senyum di wajahnya langsung lenyap mengingat kejadian itu.
Arin membenahi rambutnya dengan tangan, dia tak berniat mencari sisir dan lainnya. Dia cuma ingin segera keluar dari tempat ini. Tempat yang memberikan kenangan buruk.
Dengan langkah pelan, Arin mencoba membuka pintu kamar hotel. Berkali-kali Arin menoleh memastikan laki-laki itu belum keluar dari kamar mandi.
Arin memutar ganggang pintu ternyata pintu masih tertutup, Arin berjalan dengan cepat mencari kunci di atas meja samping tempat tidur mengabaikan rasa sakit, yang ada di pikirannya hanyalah cara agar dia bisa keluar dengan secepatnya dari tempat ini.
"Ketemu....." guman Arin.
Dia bergegas menuju pintu....
Ceklek.....
Arin begitu lega karena pintu kamar telah terbuka, dia melangkah ke luar tak lupa menutup kembali pintu kamar tadi.
Arin menoleh memandang ke arah pintu kamar tadi.
"Andai aku kemarin malam tidak datang ke pesta itu, mungkin aku tidak akan mengalami semua ini," lirih Arin.
"Andai waktu bisa di putar," guman Arin berandai-andai.
Dengan langkah cepat Arin menuju toilet untuk membasuh wajahnya dan melihat penampilannya, Arin tak ingin mengundang kecurigaan orang yang berpapasan dengan dirinya, Arin hanya ingin meninggalkan hotel itu dengan tenang tanpa di curigai atau di pandang dengan tatapan mencemooh karena penampilannya seperti wanita bayaran.
Arin bernafas lega saat sudah berada di dalam taksi.
"Hik hiks hiks hiks hiks hiks......" Arin menumpahkan segala rasa sedihnya.
"Nona mau ke mana?" tanya sang supir ramah.
"Pulang pak ke alamat ini," lirih Arin menuliskan alamatnya.
Supir pun mengangguk, entah kenapa supir itu kasihan melihat remaja itu.
Di dalam kamar hotel nan mewah.....
Ceklek.....
Laki-laki dewasa itu keluar dengan handuk yang melilit di tubuhnya. Perut kotak-kotak itu begitu menggiurkan untuk di sentuh.
Pria itu mengedarkan pandangannya ke penjuru kamar karena tak menemukan keberadaan wanita remaja yang menemaninya semalam.
"Kemana perginya wanita muda itu?" katanya heran.
Dia memandang ke seluruh arah takut kalau wanita itu sengaja bersembunyi.
"Sial dia pergi tanpa permisi, tetapi dia cukup memiliki keberanian besar setelah tidur dengan ku dia pergi tanpa pamit. Dasar kucing liar," kata pria itu menggerutu kesal.
"Aku belum sempat memberikan cek ini sebagai bayaran dia semalam karena berhasil memuaskan ku, nanti ku berikan saja kepada Hendra mungkin dia tahu tempat tinggal wanita itu," sambungnya lagi.
Bersambung......
JANGAN LUPA TINGGALKAN JEJAK LIKE.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 192 Episodes
Comments
Maryuni Rahayu
orang tua Arin pasti kecewa jika tahu anaknya sudah nggak virgin lagi
2024-02-02
3
Mbr Tarigan
kurang ajar kamu veli gadis polos kamu korbankan kalau si Jo tadi yg datang TDK apa karena Jo sangat mencintainya pasti dia bertanggung jawab semoga veli dpt ganjaran ya
2023-10-13
7
Bonda Nisya
sial punya jantan
2023-09-30
1