Seperti perintah Abraham, Hendra menghubungi semua anak buahnya untuk mencari keberadaan Arin di seluruh penjuru kota lagi, tetapi hasil yang di dapat masih sama, nihil meskipun begitu Abraham tak pantang arah.
"Di mana kamu berada, sudah beberapa bulan aku menyuruh semua anak buah ku mencari keberadaan mu tetap saja tidak membuahkan hasil, mungkin kandungan mu sudah membesar," guman Abraham.
"Si*l......."
"Bre****k......." Berbagai umpatan keluar dari mulut Abraham karena kesal.
"Berani sekali wanita itu membawa kabur benihku, kalau sampai kamu tertangkap tak akan ku biarkan kamu lepas dari genggaman ku," sambung Abraham dengan menggebu-gebu.
Abraham pun melanjutkan pekerjaannya, dia termasuk orang yang gila kerja, dia bertekad akan menjadikan perusahaannya tersebar dan menyebar di seluruh penjuru dunia.
Tok tok tok tok tok tok.....
"Masuk......" Perintah Abraham.
Masuklah perempuan cantik dengan pakaian yang menunjukkan bentuk tubuhnya. Sekertaris baru yang baru saja Hendra pekerjakan.
"Tuan ini berkas kerjasama dengan perusahaan Bumi Bintang Jaya," kata sekertaris dengan nada sensual nan manja.
Abraham melirik sekilas, sekertaris bernama Sinta itu sengaja menunduk sehingga menunjukkan buah dadanya yang begitu menggoda.
'Tidak ada yang bisa menolak pesona kecantikan sinta,' batin Sinta dengan percaya diri nya.
Hoek.... Hoek... Hoek.. Hoek....
Berbeda dengan pemikiran Sinta, Abraham justru merasa mual berdekatan dengan sekertaris barunya.
"Tuan kenapa, apa tuan masuk angin?" Tanya Sinta khawatir. Sinta semakin mendekati Abraham.
"Stop......" Teriak Abraham karena setiap kali Sinta mendekati dia, rasa mual pun menyerang dirinya.
Abraham mencoba menghindari Sinta dan berlari menuju kamar mandi.
Hoek... Hoek.. Hoek...
Setelah menumpahkan semua isi perutnya, Abraham pun merasa lega meskipun tubuhnya terasa lemas.
"Tuan tidak apa-apa kan, bagaimana kalau saya pijit," tawar Sinta mencoba mendekat.
Abraham seketika merasa mual, dia menutup hidungnya dan menyuruh Sinta diam di tempat dengan isyarat tangan.
'Kenapa aku merasa mual berdekatan dengan wanita ini' batin Abraham.
"Cepat kamu pergi dan panggilkan Hendra ke ruangan saya," perintah Abraham.
Sinta keluar dengan wajah cemberut, usahanya gagal mendekati duda kaya raya nan tampan itu.
Di tempat berbeda.....
"Bunda, sudah duduk saja biar Rio yang lanjutkan mengaduk adonan itu," pinta Rio menarik tangan sang bunda untuk duduk di kursi.
"Iya bunda, biar kita berdua saja yang membuat kue. Bunda nanti yang mengarahkan semuanya," bujuk Tio.
Semenjak kepergian sang Ayah, mereka pindah ke kontrakan yang lebih kecil, rumah pun di jual kepada Bu RT dan uang hasil penjualan rumah itu pun di di gunakan untuk membuka toko kecil-kecilan setelah itu sisanya di simpan untuk kebutuhan sekolah Tio dan Rio.
Mereka juga sekali-kali membuat kue pesanan tetangga, mereka beruntung warga di sekitar sini ramah-ramah.
"Bunda, beli gula nya satu kilo," teriak ibu-ibu di depan tokonya.
"Iya sebentar," saut bunda dari dapur.
"Biarkan saya saja bunda yang ke depan, bunda duduk di sini saja," pinta Tio.
Saat sang bunda hendak berdiri, Tio mencegahnya. Tio tak ingin sang bunda kelelahan karena bagi mereka cuma bunda yang mereka miliki saat ini.
"Iya bunda di sini saja takutnya Rio salah buat kue nya," bujuk Rio agar sang bunda tetap duduk manis di depan menyaksikan dirinya membuat kue.
"Terimakasih, kalian memang anak bunda yang baik," lirih bunda.
Bunda tersenyum, pasalnya sejak mereka pindah sifat kedua anak laki-laki nya berubah mandiri tidak manja seperti dulu, keduanya sering di rumah menjaga toko dan membantu membuat kue selepas pulang sekolah. Tidak seperti dulu yang kerjaannya cuma main ponsel, bermain dan selalu minta uang jajan.
Tap tap tap tap...
Tio sudah sampai di dalam toko.
"Eh Bu Ami,mau beli apa Bu?" Tanya Tio ramah.
"Mau beli gula 1 kilo sama sabun mandi satu," jawab Bu Ami.
Dengan sigap Tio mengambilkan pesanan Bu Ami.
"Ini Bu semuanya tujuh belas ribu rupiah ya Bu" kata Tio menyodorkan plastik keresek berwana putih.
"Bunda mana?" Tanya Bu Ami.
'Hadeh pasti mau ngutang ni ibu-ibu,' batin Tio.
"Bunda lagi buat kue," jawab Tio.
"Oh pantas gak lihat," setelah itu Bu Ami hendak pergi.
"Bu maaf uang pembayarannya mana?" Tanya Tio dengan sopan, menutupi rasa jengkel nya.
"Seperti biasa ngutang lagi," jawabnya enteng.
"Maaf Bu mulai hari ini gak boleh ngutang, utang ibu sudah banyak nih lima ratus ribu lebih," kata Tio menunjukkan buku catatan hutang Bu Ami.
Bu Ami berbalik menuju warung itu lagi dengan kesal.
"Masa hutang lagi tidak boleh?" Tanyanya dengan nada kesal.
Tio pun merebut barang belanjaan tadi.
"Maaf Bu, kami ini toko kecil kalau hutang setiap hari bisa-bisa kami tidak bisa jualan lagi, uang tadi tak bisa kami putar sedangkan kami juga butuh uang buat sekolah," jawab Tio tegas.
"Kalau gak boleh hutang ya sudah, saya pindah toko saja," kata Bu Ami pergi dengan gaya angkuh nya.
Tio hanya mengelus dada.
"Ada ya manusia seperti itu," guman Tio.
"Bu Ami jangan lupa hutangnya besok di bayar," teriak Tio kesal.
Bu Ami menoleh sekilas tak menggubris perkataan Tio yang dianggap masih kecil, Bu Ami langsung bergegas meninggalkan tempat itu dengan perasaan kesal.
Tio pun kembali ke dapur seperti biasa.
"Tio kenapa berisik sekali?" Tanya bunda sedangkan Rio tengah asyik mengukus kue sedikit demi sedikit.
"Biasalah Bu Bu Ami mau ngutang Mulu," kesal Tio.
"Ya sudah kasih saja, biar cepat pergi," jawab bunda.
"Bunda itu terlalu baik, mau saja di manfaatkan oleh orang. Mereka tuh ya Bu kalau punya banyak uang tuh beli di toko besar pojok sana, kalau tidak punya uang baru ngutang di sini," kata Tio kesal.
"Biarkan saja lah nak," pasrah bunda.
"Mulai sekarang bunda harus tegas, biaya sekolah Tio dan Rio semakin lama semakin besar dan toko itu adalah salah satu tempat kita mencari Rizki kalau di hutangi terus bisa gulung tikar kita Bun," jelas Tio.
'Iya nak kamu benar, Bunda memang tak bisa tegas kepada siapapun,' batin bunda sedih.
"Bunda mulai sekarang kita jangan kasih hutang lagi ya kepada ibu-ibu, bunda tagih saja uang mereka dan Bunda bisa bilang kalau uangnya untuk kebutuhan sekolah kita berdua," ucap Rio menyela obrolan keduanya.
"Iya nak, bunda akan nurut apa kata kalian," jawab bunda.
'Nak kalian tumbuh dewasa dengan cepat, kalau saja kakak kalian berada di sini pasti bunda lebih bahagia lagi,' batin bunda mengingat Arin.
'Bunda melamun kenapa?' Batin Rio.
Rio pun melirik Tio karena muhat sang bunda sedang melamun.
"Bunda sedang memikirkan apa?" Tanya Tio penasaran.
"Bunda sedang memikirkan kakak kalian, di mana dia berada? Apa dia baik-baik saja?" jawab bunda jujur.
"Nanti kita cari kak Arin lagi, semoga saja dia masih di kota ini," kata Rio.
"Bunda jangan khawatir, kak Arin pasti baik-baik saja, kak Arin kan wanita yang pintar," bujuk Tio.
"Ya semoga saja," jawab bunda.
Rio pun menghampiri sang Bunda dan memeluknya, begitu pun dengan Tio. Ketiganya larut dalam pikiran masing-masing.
'Kak Arin di mana kakak saat ini berada?' batin Rio.
'Kak kamu kangen kak Arin, semoga kak Arin baik-baik saja,' batin Tio.
'Nak bunda kangen, semoga kita segera di pertemukan nak,' batin bunda.
Bersambung....
Update 2 bab ya say, kalau 4 bab gak sanggup 🤭
Semoga kalian semua suka ceritaku.
Terimakasih .....
JANGAN LUPA GOYANG JEMPOLNYA, TINGGALKAN JEJAK BERUPA LIKE , KOMEN MAUPUN VOTE BIAR SEMANGAT UPDATE.
MASUKKAN FAVORIT JUGA YA.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 192 Episodes
Comments
Qaisaa Nazarudin
🤣🤣🤣🤣
2023-11-15
0
Qaisaa Nazarudin
Heran aku biasanya akan ketemu dlm waktu 24 jam saja, ini mah sudah berbulan2,,Anak buah mu aja yg gak becus kerja nya,Masa iya mencari wanita hamil aja fak bisa.. Ckck lelet..
2023-11-15
0
Bonda Nisya
sedeh...
2023-09-30
1