Arin tak henti-hentinya memasukan beberapa potong mangga ke mulutnya, rasanya Arin tak puas menikmati beberapa buah, belum selesai memotong mangga. Arin sudah mengupas buah kedondong.
Sementara nek Ijah hanya geleng-geleng melihat kelakuan Arin.
"Nak itu masih muda, duh nenek lihat kamu makan jadi ngiler tetapi rasanya pasti asam tuh," kata nek Ijah berkali-kali menelan air liurnya ikut merasakan rasa asamnya.
"Enak kok nek, nenek mau coba," tawar Arin.
"Kamu saja yang makan, besok pagi kita tutup warung ya nak. Nenek ingin ngajak kamu periksa kandungan, bagaimana kalau kita ke kota cek USG seperti yang di tipi tipi itu loh nak," kata nenek Ijah.
"Kita ke sana naik apa nek," tanya Arin memastikan.
"Nanti biar nenek pinjam mobil punya pak Dodit tetangga kita yang rumahnya di ujung sana, sekalian biar pak Dodit yang antar kita," jelas nenek Ijah.
Arin pun mengangguk setuju.
"Nek terimakasih, nenek sudah baik banget sama Arin," kata Arin.
"Sudah jangan mikir apapun, nenek juga senang akhirnya nenek ada yang menemani di hari tua nenek," jawab nek Ijah.
"Nak nenek ingin tanya sesuatu yang sensitif , apakah boleh?" Tanya nek Ijah dengan ragu.
"Silahkan saja nek, kalau bisa Arin jawab," jawab Arin.
"Kalau suatu saat nanti, ada laki-laki yang datang mengaku sebagai Ayah dari anak di kandungan mu dan memintamu menikah dengannya. Apakah kamu mau?" Tanya nenek.
Deg .....
'Andai laki-laki itu mau bertanggung jawab, mungkin semua ini tidak akan terjadi kepadaku, malam itu aku ingat jelas dia menyebutku wanita bayaran sungguh sakit rasanya,' batin Arin.
"Entahlah nek, kalau dia mau bertanggung jawab pasti keesokan harinya setelah kejadian itu dia pasti langsung menemui ku. Nyatanya sampai sekarang nenek bisa lihat sendiri," jawab Arin.
"Ya sudah sudah malam, ayo kita istirahat," bujuk nenek Ijah.
Arin pun menurut perkataan sang nenek, Arin membereskan semuanya setelah itu dia membaringkan tubuhnya di kasur busa kecil.
Pikirannya menerawang jauh.
'Setelah pria itu tahu aku hamil apakah nanti dia akan mengambil anakku,' batin Arin mengelus perut nya yang sudah membuncit.
'Nak mama takut, justru laki-laki itu tak ingin kehadiranmu dan justru ingin melenyapkan mu,' batin Arin ketakutan.
Setelah bergelut dengan pemikirannya, Arin pun tertidur.
Keesokan harinya......
Suasana kampung yang sejuk membuat Arin betah berolahraga pagi, sekedar jalan-jalan keliling kampung.
"Eh mbak Arin, cucu nenek Ijah ya," tanya salah satu ibu-ibu yang sudah pulang berbelanja.
"Iya buk," jawab Arin ramah.
"Neng suaminya tak pernah kelihatan," tanyanya lagi.
Inilah yang paling Arin malas untuk menjawab.
'Maafkan dosa-dosa hamba karena terus berbohong,' batin Arin.
"Lho mbak Arin kok diam saja," tanya ibu-ibu itu lagi.
"Maaf Bu, terkadang saya sering sedih mengingat suami saya, dia bekerja di negara tetangga untuk memenuhi kebutuhan saya dan anak saya nanti," jawab Arin.
"Oh saya kira, neng Arin tak punya suami karena tak pernah kelihatan," ceplos ibu-ibu tadi.
Arin hanya tersenyum kecut menanggapi omongan ibu tadi.
"Eh maaf neng, kalau begitu saya pamit dulu," kata ibu tadi merasa tak enak hati. Dengan cepat ibu tadi meninggalkan Arin.
'Kalau saja ibu tadi tahu, entah siapa ayah dari anak di kandunganku pasti mereka juga sama akan mengusirku dari sini,' batin Arin.
Arin pun bergegas untuk pulang ke rumah nek Ijah.
Sesampainya di rumah....
"Lho nenek kok sudah rapi, mau ke mana?" Tanya Arin karena melihat sang nenek sudah duduk manis menunggunya.
"Tadi pak Dodit bilang tidak bisa mengantar karena ada carteran, jadi kita harus berangkat pagi naik angkot," jelas nek Ijah.
"Cepat kamu siap-siap, keburu siang," perintah nek Ijah.
Arin pun menurut...
Dia menyiapkan berbagai keperluan, tak lupa membawa air mineral beserta roti untuk mengganjal perutnya di jalan nanti.
Dua puluh menit Arin pun sudah rapi dengan pakaian gamisnya, tak lupa krudung berwarna peach yang menambah aura kecantikan nya.
"Ayo nek," ajak Arin.
"Ya sudah nenek kunci dulu pintu warung sama rumah,"
Setelah itu keduanya berjalan beriringan menuju jalan raya.
"Mari Bu," sapa Arin kepada ibu-ibu yang sedang berkumpul bergosip pagi-pagi.
"Eh neng Arin sama nek Ijah mau kemana?" Tanya ibu-ibu.
"Mau periksa kandungan cucu saya," jawab nek Ijah ramah.
Arin maupun nek Ijah pun melanjutkan langkah kakinya.
"Eh kalian dengar tidak kampung rindang di gusur, tuh sekarang rata dengan tanah," kata ibu-ibu bergosip di depan gang.
Deg....
'Itukan kampung ku,' batin Arin.
"Lho nak kenapa kamu berhenti?" Tanya nek Ijah melihat Arin terdiam sesaat.
"Nek apakah nenek tidak mendengar ibu-ibu tadi bilang kalau kampung saya di gusur dan di ratakan," jawab Arin.
"Nenek sudah mendengarnya tetapi nenek lupa kasih tahu kamu," kata nek Arin merasa bersalah.
"Nek bagaimana kabar keluargaku, bunda, ayah dan kedua adikku," lirih Arin.
"Sudahlah jangan pikirkan, nanti setelah pulang dari rumah sakit nenek suruh orang cari kabar keluarga kamu," bujuk nek Ijah.
Bersambung....
Slow say alurnya tar 3 atau 5 bab baru ketemuin ya Arin sama om duda🤣
Up besok lagi ya say🤭
Seperti biasa.... Jangan lupa
Komen.
Like
Favorit
Rate komen tekan bintang, menurut kalian novel ini bagaimana.
Terimakasih ya atas dukungan kalian semua vote maupun giftnya 😘
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 192 Episodes
Comments
Anggi Esteria
cerita na seri
2023-10-04
4
Katherina Ajawaila
nenek top juga bisa jadi spion
2023-09-11
0
Dini Lestari
hebat jga nek ijah ini ,jaga terus arin nya jgn sampai ada yg ngapa ngapain nek
2023-08-27
0