Ceklek.....
"Lho nak kamu sudah pulang, Bunda kira kamu masih menginap di rumah Veli," kata bunda yang saat ini berada di belakang Arin.
Arin hendak menutup pintu di kejutkan dengan suara bundanya, Arin merasa gugup tetapi saat mendengar kata bunda yang terakhir membuat nya bernafas lega.
'Apa Bunda mengira aku tidak pulang karena menginap di rumah Veli, tetapi untunglah bunda berfikir demikian karena menjelaskan nya saja tak sanggup,' batin Arin pilu.
"Maafkan Arin Bunda," batin Arin sedih.
Dengan senyum palsu Arin memutar tubuhnya menghadap sang Bunda. Arin terpaksa melakukan semua ini, dia tak ingin kedua orang yang paling dia cintai terluka ataupun sakit hati.
"Em.... I-yah bunda tadi pagi Arin baru pulang," jawab Arin dengan gugup mencoba untuk tersenyum paksa.
' Nak sebenarnya apa yang terjadi kenapa kamu gugup begitu, bunda hafal dengan sikapmu nak. Kamu paling tidak bisa berbohong,' batin Bunda.
"Ayo makan dulu, pasti kamu belum makan. Dari pagi tadi Tio dan Rio menanyakan kamu terus, pasti dua adik kamu itu sedang ingin meminta belikan jajan," kata sang bunda.
Bunda pun menarik tangan anaknya itu menuju meja makan, bunda tak ingin menanyakan macam-macam, yang paling penting anaknya pulang dengan selamat. Karena Arin tak pernah pulang larut malam.
Arin memandang ke arah punggung sang Bunda, tangannya di genggam dengan erat. Arin begitu rindu hangatnya tangan ini. Arin dalam kebimbangan akankah berkata jujur atau harus menutup rapat semuanya.
Arin duduk di kursi yang di sediakan oleh sang bunda. Bunda mengambilkan piring beserta nasi yang cukup banyak.
"Maafkan Arin Bunda," kata Arin.
"Untuk apa?" tanya bunda heran.
"M-emm itu karena Arin baru pulang," jawab Arin bohong.
"Maafkan Arin yang tak bisa menjaga kehormatan Arin," batin Arin.
Meskipun Arin bertekad untuk tidak berbicara jujur dan menyimpan semua nya, tetapi di dalam lubuk hatinya terdapat penyesalan yang mendalam.
Bunda memandang ke arah putri kesayangannya.
"Iya bunda maafkan, asal kamu pulang dengan selamat," jawab bunda membelai rambut anaknya dengan penuh kasih sayang.
"Kemana Rio dan Tio sekarang Bun?" tanya Arin karena tak melihat kedua adik kembarnya.
"Biasalah nak kalau hari libur dua bocah nakal itu pasti main sama anaknya pak RT," kata sang bunda. Terdengar dari nada suaranya bunda terlihat tak begitu menyukai anaknya pak RT itu.
Adik kembar Arin keduanya baru kelas 6 SD, untuk itulah terkadang Arin setiap sore sepulang sekolah membantu sang bunda membuat kue pesanan tetangga ataupun membuat kue untuk di jual keesokan harinya, Arin selalu menitipkan kue buatannya ke warung-warung saja.
Kehidupan tak selalu indah, itulah nasib Arin dan kedua adiknya. Dirinya harus berusaha keras untuk membantu sang bunda kebutuhan hidup sehari-hari.
"Biarin saja lah Bun, mereka masih anak-anak," jawab Arin enteng. Arin mengambil lauk sambal goreng hati kesukaannya.
"Ya bagaimana Bunda tidak kesal.... Bunda sudah melarang kedua anak itu main ke sana tetapi mereka ngeyel tak mendengar perkataan Bunda. Dan bunda tahu sendiri, kalau Bu RT sering ngomel di tukang sayur kalau bayar listriknya membengkak. Dia bilang begini gara-gara ada anak tetangga miskin yang sering main PS di rumahnya. Bunda kesel banget," keluh sang Bunda mengungkapkan uneg-uneg nya.
Arin mendongak, menghentikan suapan ke mulutnya, pandangannya menatap kearah sang Bunda dengan sendu. Arin tahu bagaimana perlakuan Bu RT kepada keluarga mereka karena miskin.
Arin semakin sesak mendengarnya keluhan bundanya, Arin tak bisa berbuat apa-apa hanya bisa menguatkan sang Bunda apalagi sekarang dirinya juga sedang terpukul.
Arin berdiri dengan cepat dia menarik tubuh wanita yang sudah melahirkan dirinya itu kedalam pelukannya.
"Bunda yang sabar," kata Arin mengusap punggung sang bunda.
Bunda pun mengusap air matanya, dirinya sampai melupakan kalau sedang menyuruh anaknya untuk makan.
"Maaf nak bunda lupa kalau kamu sedang makan, ayo bunda tambah lagi ya lauknya. Semua ini kesukaan mu nak sambal goreng hati sama sayur asam," kata bunda menarik anaknya untuk duduk kembali di tempat nya.
Bunda mengisi lagi piring anaknya dengan nasi.
"Nak makan yang banyak biar tidak kelihatan kurusan," bujuk sang bunda.
"Bunda sudah, perut Arin tak kan muat nasi sebanyak itu," pinta Arin meraih tangan sang bunda agar menghentikan mengisi piringnya.
"Ayo bunda kita makan, pasti Bunda juga belum makan," tebak Arin.
Bunda terdiam, karena benar apa yang di katakan anaknya.
"Kalau bunda tidak mau temanin Arin makan, Arin sudahi saja makannya," kata Arin sedikit mengancam bundanya.
Arin tahu kebiasaan bundanya, karena Arin sering melihat Bunda melewatkan makan karena sedari pagi sibuk berjualan, setelah jam 9 pagi baru pulang ke rumah dan memasak, bersih-bersih dan merawat ayahnya.
Sejak sang ayah sakit, bunda harus mengantikan nya mencari uang untuk uang jajan dan kebutuhan hidup sehari-hari dengan membantu tetangga berjualan ayam potong.
Bunda pun tak tega melihat anaknya mengentikan aksi makannya, bunda pun ikut duduk di samping Arin.
Arin menuangkan nasi dan lauk ke dalam piring wanita kesayangan itu.
"Bunda juga makan yang banyak biar gemuk," ledek Arin untuk mengalihkan rasa kesal sang bunda.
"Iya biar saingan berat badan sama Bu Lilis," jawab bunda nyeleneh.
"Ha ha ha ha ha ha ha ha ha ha ha,"
Keduanya pun bercanda melupakan semua beban masalah hidup masing-masing.
Di belahan kota lain.....
Saat ini Abraham tengah duduk di kursi kebesarannya, sambil memandang laptop. Di dalam terdapat semua informasi mengenai Arin secara detail. Asisten Hendra langsung mencari informasi itu dengan cepat sebelum bos nya murka.
Kring.... Kring.....
Abraham melirik ponsel yang ada di atas meja di samping tangannya. Dia mengerutkan keningnya kala melihat panggilan itu dari seseorang yang dia tugaskan mengurus perusahaan cabang di kota lain.
"Halo...." jawab Abraham.
Abraham terdiam mendengarkan semua penjelasan dari seseorang di sebrang sana. Giginya gemertuk, emosinya langsung naik.
Dia pun berdiri mengebrak meja dengan keras, emosinya sudah naik tak dapat terbendung lagi.
"Sial, berani sekali dia melakukan penggelapan di perusahaan ku, kamu urus dia jangan sampai kabur sebelum aku datang kesana," perintah Abraham dengan tegas.
"Secepatnya aku akan datang ke sana," kata Abraham tegas.
Tut..... Panggilan terputus.
"Dasar tidak tahu diri, sudah bagus ku berikan pekerjaan tetapi dia dengan sengaja menusukku dari belakang," kata Abraham dengan murka.
"Tunggu aku kucing kecil, jangan nakal. Setelah urusanku selesai aku akan datang menemui mu," guman Abraham.
Sementara di depan pintu ruang kerja Abraham, Hendra sang asisten terdiam. Hendra mengurungkan niatnya untuk menemui sang bos karena mendengar kemarahan dari sang bos. Hendra memilih kembali nanti saja menunggu kemarahan mereda.
.
Bersambung........
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 192 Episodes
Comments
Agoda fraund
Abraham adalah orang baik.pasti dia bertanggung jawab
2023-10-15
2
Bonda Nisya
nasib sang gadis miskin
2023-09-30
0
Alifia Pratama
ppppp
2023-08-30
0