Dengan ragu Bu bidan pun mengutarakan apa yang terjadi dengan Arin.
Meskipun kaget karena kehamilan Arin karena dari sepengetahuan nya, Arin belum menikah apalagi belum pernah sekalipun melihat arin berjalan atau sekedar berpacaran dengan lelaki manapun. Arin di sana terkenal dengan anak rumahan yang baik dan ramah tak pernah neko-neko.
Bu bidan memandang ke sekeliling, sedikit ada rasa tak enak apalagi ada beberapa ibu-ibu yang kepo menunggu di sini.
Beberapa ibu-ibu berbisik-bisik karena heran melihat tingkah Bu bidan, yang sepertinya ragu untuk mengungkapkan sesuatu.
"Em.... Arin baik-baik saja Bu mungkin kelelahan," jawab Bu bidan dengan ragu.
Mendengar pernyataan dari sang bidan, Bunda pun bernafas lega. Ternyata anak nya baik-baik saja.
"Mungkin Arin kelelahan buat kue Bu," saut Bu Rina.
"Betul tuh, Arin kan anak baik selalu rajin membantu Bundanya membuat kue," saut Bu Eka.
"Eh Ibu-ibu kok masih di sini tidak di cariin suami dan anaknya," kata Bu bidan melihat ibu-ibu dengan santai duduk di sana.
"He he he he sebentar Bu, kami semua cuma khawatir lihat Arin tiba-tiba pingsan," elak Bu Yuli.
Bu bidan pun dengan pelan-pelan membereskan alat-alat nya, sambil menunggu kepulangan ibu-ibu rempong.
"Ayo Bu Yuli, Bu Eka.... Kita pulang," ajak Bu Rina.
"Bu bidan, Bunda kita pamit pulang dulu," pamit ketiga ibu-ibu tadi.
Setelah semua ibu-ibu itu pulang Bu bidan langsung mengandeng tangan bunda Arin untuk di bawa duduk.
Ibunda Arin menyergit heran, karena Bu bidan menuntunnya untuk duduk di sofa samping Arin.
Sedangkan di luar rumah.
"Bu Eka, Bu Yuli sebenarnya saya merasa aneh dengan sikap Bu bidan," kata Bu Rina.
"Iya juga sih Bu, tadi juga saya mau bilang begitu," saut Bu Eka.
"Stttt.....sini," ajak Bu Yuli.
"Kenapa Bu," tanya Bu Eka berbisik.
"Diam jangan berisik," pinta Bu Yuli.
Ketiganya pun menguping pembicaraan antara bunda dan Bu bidan, di dekat jendela ruang tamu.
Di dalam ruang tamu.....
Meskipun ragu tetapi Bu bidan harus berbicara jujur.
Bu bidan melirik ke arah Tio dan Rio.
Bunda yang mengerti arah pandangan Bu bidan pun menyuruh ke dua anaknya untuk masuk ke dalam.
"Tio, Rio kalian masuk ke kamar dulu ya, belajar," pinta Bunda kepada ke dua anak laki-laki nya.
"Iya Bun," jawab Tio dan Rio bersama.
Merasa aman, Bu bidan pun mengutarakan yang sebenarnya terjadi kepada Arin.
"Maaf Bu sebenarnya......" ucap Bu bidan dengan ragu. Dia mengerti perasaan ibunda Arin karena dirinya sesama perempuan.
"Bu bidan mau bicara apa," tanya bunda penasaran karena melihat ada keraguan di mata Bu bidan.
"Se-be-nar-nya Arin hamil Bu," kata Bu bidan dengan perasaan cemas.
Deg ......
Deg......
Deg.....
Bunda Arin di buat kaget dengan perkataan yang terlontar dari mulut Bu bidan, sedetik kemudian bunda diam tak bisa berbicara apa-apa. Mulutnya rasanya keluh.
Di luar rumah......
"Ha apa, Bu Rina..... saya tidak salah dengar kan?" kata Bu Yuli yang merasa tak percaya.
"Bu Yuli tidak salah dengar, ternyata Arin tidak se polos yang kita kira," kata Bu Rina.
"Kasihan bunda pasti syok tuh ternyata anaknya....." sambung Bu Eka tak melanjutkan ucapannya.
"Ayo pulang Bu, sebelum kita ketahuan menguping," ajak Bu Eka kepada ke dua tetangga nya itu.
Ketiganya pun pergi dari situ, mereka tak sabar menyebarkan gosip yang baru mereka dengar.
Di dalam rumah...... Tepatnya di ruang tamu.
Melihat reaksi dari ibunda Arin, Bu bidan pun pergi tak ingin ikut campur dalam urusan keluarga ini.
"Bu saya pamit," kata Bu bidan tetapi tak mendapat respon dari ibunda Arin.
Bunda begitu terpukul, sedih , kaget, marah semua bercampur aduk. Air mata pun turun tanpa di sadari, sungguh rasanya tak ingin percaya dengan kenyataan akan kehamilan sang putri.
Bunda mendekati anaknya.
"Hiks hiks hiks hiks nak apa yang sudah kamu lakukan, kenapa kamu sampai bisa hamil begini nak. Kamu tidak ingat ayahmu yang sedang sakit, bunda tidak tahu harus berkata apa kepada ayah nanti," lirih bunda dengan sedih.
"Nak jujur bunda begitu kecewa denganmu, bunda ingin marah kenapa kamu tega mencoreng nama baik keluarga kita," racau bunda dengan suara kecil.
"Emmmm......" Arin mengeluh memegang kepalanya yang terasa berat.
"Bunda ....." lirih Arin.
Sedangkan sang bunda hanya terdiam, ada kekecewaan yang begitu besar di hatinya.
"Cepat katakan siapa yang telah menghamili mu," bentak bunda kepada Arin.
Deg .....
Deg.....
'Apa yang bunda maksud, apa aku hamil,' batin Arin takut.
"Ma-maksud bunda a-apa?" tanya Arin dengan ketakutan.
"Katakan anak siapa yang ada di dalam kandungan mu nak," tanya bunda memastikan.
Bunda tak berani berbicara keras, dirinya begitu takut sang suami mendengar semuanya dan kondisinya bisa turun. Apalagi sampai terdengar ke tetangga bisa malu keluarganya.
"Hiks hiks hiks hiks hiks hiks hiks," Arin menangis tersedu-sedu. Karena kasihan sang bunda pun merengkuh tubuh Arin ke dalam pelukannya, bagaimana pun hati seorang ibu tidak tega melihat anaknya sedih dan terpukul.
"Maafkan Arin Bun, Arin tidak bisa menjaga diri," kata Arin di sela tangisannya.
"Katakan semuanya kepada bunda, sejak kepergian mu ke pesta itu. Bunda merasa kamu menyembunyikan sesuatu," lirih bunda.
Arin mendongak menatap sang bunda, ternyata bunda begitu peka terhadapnya. Arin berfikir dirinya harus jujur , apapun keputusan dari bunda Arin akan menerimanya.
"Kemarin saat....." Arin pun jujur menjelaskan semuanya dari dirinya tiba-tiba berada di dalam kamar hotel dan seseorang yang dia tidak kenal merenggut mahkotanya, tak lupa Arin juga menceritakan saat dia datang ke rumah Veli dan mendengar semua ucapan dari Veli maupun Jo.
Bunda begitu kaget tak percaya saat mendengar cerita anaknya.
"Nak kenapa kamu tidak menceritakan semuanya kepada bunda," kata bunda sedih, ternyata anaknya selama ini menanggung beban berat selama ini. Bunda merasa gagal dalam menjaga sang putri.
"Bunda juga tak menyangka Veli tega melakukan semua ini kepadamu nak, bunda mengira dia adalah sahabat yang baik," sambung bunda lagi.
"Hiks hiks hiks hiks Arin juga tak menyangka bunda, Veli begitu kejam dengan Arin," jawab Arin.
"Bunda, Arin harus bagaimana. Apa Arin harus menggugurkan kandungan Arin," tanya Arin berhati-hati.
"Nak istighfar, kamu jangan sampai melakukan semua itu. Nanti bunda cari jalan," kata bunda.
"Maafkan Arin bunda," kata itu hanya bisa Arin ucapkan.
Keduanya pun berpelukan larut dalam kesedihan.
Di balik pintu .....
"Nak sungguh berat beban hidupmu, andai ayah tidak sakit-sakitan dan kita ayah bisa bekerja seperti dulu mungkin kehidupan kita tidak akan seperti ini," lirih ayah.
Ya ayah Arin awalnya ingin melihat apa yang terjadi, dia berjalan dengan pelan menuju ruang tamu tetapi saat sampai di sana dia begitu kaget mendengar kalau anaknya hamil, awalnya ayah begitu marah tetapi saat mendengar penjelasan Arin kepada istrinya, ayah justru sedih dia gagal menjaga putri satu-satunya.
Bersambung.....
JANGAN LUPA GOYANG JEMPOLNYA, TINGGALKAN JEJAK BERUPA LIKE , RATE BINTANG LIMA YA😅 , KOMEN MAUPUN VOTE BIAR SEMANGAT UPDATE.
MASUKKAN FAVORIT JUGA YA.
MAMPIR JUGA KE CERITAKU YANG LAIN
TERIMAKASIH ATAS DUKUNGAN KALIAN SEMUA
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 192 Episodes
Comments
Maryuni Rahayu
semoga Abraham mau bertanggung jawab atas kehamilannya Arin
2024-02-03
2
Shin Gao
semoga Abraham DTG nanti
2023-12-04
1
Shin Gao
buk bidan baik jg . pandai jaga aib dan perasaan orang
2023-12-04
0