Pria itu duduk di ranjang memperhatikan gerak-gerik wanita cantik di depan nya. Pria itu mengerutkan keningnya kala melihat gelagat wanita muda itu.
"Apa dia terkena obat laknat itu," guman pria tampan itu saat memperhatikan tingkah laku Arin.
"Aaah kenapa tubuhku panas," racau Arin tubuhnya menggeliat karena reaksi obat yang di taruh Jo di makanan Arin beraksi.
"Aaah geraaah ....." racau Arin berteriak karena rasa panas di tubuhnya.
"Aaah ha-us, air tolong air....." ucap Arin merasakan tenggorokan begitu terasa haus serasa terbakar.
Pria itu pun merasa kasihan, dia memberikan Arin minum karena tak tega melihatnya.
Arin pun menerima itu dengan cepat, dia meneguk air di dalam gelas itu sampai habis tak tersisa tetapi tubuhnya masih terasa panas.
Keringat membanjiri wajah cantik Arin.
"Aaah kenapa tubuhku begitu panas," racau Arin.
"Nyalakan AC nya," pinta Arin dengan wajah memelas.
Pria itu pun menyalakan AC, pria itu masih duduk di ranjang sambil mengamati sosok wanita di depannya tanpa berniat mendekati.
"Kenapa masih panas,"
"Tolong..."
Tak henti-hentinya Arin meracau tak jelas.
Arin menguncir rambut nya ke atas, dia mengibaskan tangan nya ke wajah, keringat masih tak berhenti menetes.
Pria itu seketika tersenyum melihat wajah cantik itu terlihat polos. Pria itu menarik tangan Arin untuk mendekat ke arah nya untuk bisa melihat lebih dekat wajah Arin.
"He-hei lepask-kan a-ku," ucap Arin terbata, Arin memberontak mencoba melepaskan cengkraman tangan pria itu tetapi dia sudah tak bisa karena tubuhnya lemas dan dia sudah tak sanggup mengontrol dirinya.
Arin mencoba menyingkirkan tangan Abraham.
"Cih jangan sok suci, aku tahu kamu wanita macam apa," ucap pria ini dengan nada sinis di telinga Arin.
Tanpa bisa Arin kendalikan dia pun menggeliat merasakan tubuhnya begitu panas.
"Ha ha ha ha ternyata kucing liar ku sudah tak sabar," ucap pria itu tersenyum mengejek kearah Arin.
"Ka-kamu salah orang, ak-u bukan perempuan seperti itu," protes Arin terbata menahan diri agar kesadaran tak hilang.
"Jangan sok jual mahal, aku tahu kamu wanita seperti apa jangan coba untuk mengelabui ku," sinis Abraham mencengkeram erat tangan Arin.
"Le-lepaskan aku... Jangan mendekat," saat kesadaran Arin sedikit terlihat.
"Aaaaaa panas..." racau Arin.
"Uuhhhhh panas, tolong bantu aku," pinta Arin memelas.
Entah kenapa wajah Arin yang terlihat mengemaskan di mata pria tampan itu.
"Ternyata Hendra pintar juga memilih wanita untukku malam ini, tidak seperti biasanya yang membuatku tak suka," kata pria itu begitu puas melihat wajah cantik di depannya.
"To-tolong jangan, aku bukan seperti wanita yang kamu pikirkan," lirih Arin saat kesadarannya sedikit kembali, Arin berusaha mencoba untuk membatalkan niat laki-laki di hadapannya.
"Ha ha ha ha ha ha ha jangan sok suci," kata orang itu tersenyum penuh nafsu.
"Sial kenapa melihatnya seperti ini membuatku ingin melahapnya," umpat laki-laki itu.
Semenjak kematian sang istri tercinta, membuat laki-laki itu semakin dingin terhadap semua wanita. Sang asisten sering kali menawarkan wanita bayaran untuk menemaninya, tetapi nihil tidak ada yang bisa membangkitkan gairah nya semenjak kepergian istri tercintanya.
Serasa dunianya hambar sejak kehilangan wanita yang di cintanya. Banyak wanita yang sering mendekati dirinya harus menelan pil kecewa karena tidak ada berhasil meraih cinta maupun masuk dalam hatinya. Dia berfikir perempuan yang mendekatinya hanya tertarik dengan harta yang dia miliki atau sekedar ingin tenar, dia ingin cinta tulus bukan penuh kepalsuan.
"Ahhhh panasss......." kata itu lolos dari mulut Arin saat obat yang ada di tubuhnya mulai beraksi.
"Ternyata Hendra pintar juga memberikan obat kepada dia sebelum memasukkan dia ke sini, pintar juga dia," ucapnya begitu senang melihat Arin yang seperti cacing kepanasan.
Pria itu mengira Hendra sang asisten yang memberikan wanita muda ini obat untuk menggoda dia.
Arin yang sudah tak sadarkan diri hanya bisa meracau tak jelas.
"Diam dan nikmatilah sayang, aku akan memberikan kenikmatan yang kau inginkan,"
"Sial kenapa sulit sekali," umpat pria itu.
"Ah apa kamu masih perawan? kenapa sulit sekali. Ah tidak mungkin Hendra memberiku gadis perawan meskipun kamu masih muda, tetapi aku tak percaya," kata pria itu menolak pikirannya dia mengira Arin adalah wanita bayaran.
"Aaaaa...... Sakittttt......." Jerit Arin terdengar memilukan saat kehormatan yang dia jaga selama ini telah hilang di rengut paksa.
"Hiks hiks hiks hiks hiks hiks hiks hiks," tangis Arin.
Pria itu tertegun, dia seperti dejavu...... Pria itu seperti pernah merasakan ini sebelum nya, pria itu merasakan seperti baru saja merobek sesuatu.
"Kamu..." pria itu tersentak kaget.
"Aaah hiks hiks hiks hiks hiks sakit," teriak Arin menahan rasa sakit.
"Hiks hiks hiks hiks lepaskan," teriak Arin meronta.
Pria itu menghentikan aksinya memandang ke arah wajah cantik Arin yang kesakitan.
"Ha ha ha ha ha tidak mungkin kamu....." Ucap pria itu tak percaya kalau wanita di depannya masih murni, dia tak mau mengakui yang ada di pikirannya.
"Lepaskan sakit," rintihan Arin lagi tak sanggup menahan rasa sakit yang begitu luar biasa yang dia rasakan.
Pria itu berhenti karena melihat wajah wanita itu kesakitan, pria itu pun memandang ke arah bawah tanpa sadar dia melihat bercak darah.
Deg....
Deg....
Deg....
Akhirnya harta yang Arin jaga selama ini pun hilang.
Pria itu membelai wajah cantik Arin.
"Sayang terimakasih," ucap pria itu mencium kening Arin dan tertidur di samping Arin.
Pria itu memeluk Arin dengan begitu posesif. Tanpa pria itu pikir bagaimana reaksi gadis itu saat bangun nantinya. Pria itu justru tertidur begitu lelap tanpa sedikitpun beban bersalah.
Sementara di rumah Arin.....
Seorang wanita paruh baya begitu khawatir karena sampai sekarang sang putri belum pulang, sedangkan untuk menghubungi sahabat sang putri bunda Arin tidak bisa karena dia tidak mempunyai nomor ponsel Veli.
Bunda mondar-mandir di ruang tamu, menunggu anak gadisnya pulang.
"Kemana kamu nak? kenapa belum pulang," guman bunda dengan begitu khawatir.
Tak henti-hentinya bunda melihat ke arah jam dinding.
"Apa yang harus ku bilang sama ayah kamu? pasti dia cemas memikirkan mu," lirih bunda.
Dan benar saja, seseorang pria berteriak.
"Bunda, apa Arin sudah pulang?" teriak sang ayah penuh tanya karena sedari tadi begitu mencemaskan putrinya. Sang ayah tak bisa tidur nyenyak di dalam kamar, sedari tadi terus menanyakan tentang putrinya.
Bunda Arin semakin binggung, dia harus berbicara apa kepada suami nya.
Bunda Arin menghela nafas panjang. Dia bergegas berjalan menuju kamar di mana sang suami berada.
"Emm..... Arin baru saja menghubungi Bunda, dia bilang tidak bisa pulang dan menginap di rumah Veli," bohong Bunda Arin, dia tak ingin sang suami berfikir macam-macam dan berpengaruh terhadap kesehatan nya.
'Ayah maafkan bunda harus berbohong, kalau Bunda berterus terang Bunda takut kesehatan Ayah terganggu. Bunda juga binggung kenapa Arin belum pulang juga padahal dah larut malam,' batin Bunda.
"Ayah istirahat saja," bujuk Bunda Arin memakaikan selimut ke tubuh sang suami.
"Benar kan Bunda tidak berbohong?" tanya sang ayah memastikan.
"Kenapa bunda harus berbohong," kata Bunda meyakinkan sang suami.
Bunda tersenyum lembut tak menampakkan wajah cemasnya, dia tak ingin sang suami semakin curiga.
.
.
Bersambung.....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 192 Episodes
Comments
Maryuni Rahayu
kasihan Arin dikerjain teman2nya
2024-02-02
1
Shin Gao
naseb airin dapat orang kaya
2023-12-04
1
Nuri Maulidia
naseib
2023-11-20
1