Tok tok tok tok tok.....
"Masuk....."
"Tuan ini semua laporan apa saja yang di lakukan nona Arin selama tuan berada di sini," kata Hendra memberikan map coklat dengan takut.
Hendra gemetar meletakkan isi map ini, dia takut kena semprot, setelah itu Hendra diam berdiri menunduk dengan gemetar.
Melihat gelagat sang asisten membuat Abraham memicingkan mata curiga.
"Kamu sakit?" Tanya Abraham.
"Ti-tidak tuan," jawab Hendra dengan takut-takut.
Abraham lalu mengambil map itu dan membuka isi di dalamnya.
Deg deg deg...
Betapa kagetnya Abraham mengetahui kalau Arin di usir dari kampungnya dan yang membuat Abraham kaget setengah mati adalah alasan Arin di usir tak lain karena Arin tengah mengandung.
Abraham gemetar, tubuhnya terhuyung ke belakang antara bahagia dan syok.
"Ja-jadi wanita itu hamil anakku," guman Abraham.
"Iya tuan, maaf saya terlambat mengetahui semua nya tuan, tetapi saya sudah memerintahkan seluruh anak buah kita yang ada di sana untuk mencari keberadaan nona Arin," jawab asisten Hendra dengan menunduk takut.
"Di-a hamil anakku hen," lirih Abraham yang masih tak percaya.
"Iya tuan, apa yang akan tuan lakukan setelah mengetahui semua ini?" Tanya Hendra memastikan.
"Cari Arin sampai dapat, pastikan dia baik-baik saja," perintah Abraham.
"Siap tuan," jawab Hendra.
Hendra menunduk pamit hendak keluar.
"Tunggu Hendra, pastikan kamu gusur semua warga di kampung itu. Saya ingin kamu ratakan kampung itu biar mereka semua merasakan bagaimana rasanya di usir dari kampung mereka, terserah kamu mau melakukan cara seperti apapun," perintah Abraham dengan penuh ketegasan.
'Tuan kalau memerintahkan sesuatu pasti selalu saja merepotkan ku,' batin Hendra.
"Jangan mengumpat ku Hendra, lakukan saja perintahku atau aku akan mengirim mu ke kutub untuk memberi makan pinguin," ancam Abraham.
Glekkkk ....
'Nasib jadi bawahan,' batin Hendra.
Hendra pun mengeleng sebagai jawaban pertanyaan tuannya.
"Dalam Minggu ini aku ingin kampung itu sudah rata dengan tanah," sambung Abraham dengan penuh penekanan.
'Kalian telah salah mencari masalah dengan tuan Abraham,' batin Hendra mengasihani nasib mereka.
"Siap tuan," jawab Hendra.
Hendra pun pamit undur diri. Hendra begitu kasihan dengan warga kampung sana karena ulah segelintir orang yang mengusik kehidupan tuannya, satu kampung pun terkena imbasnya.
Di dalam ruangan.....
Abraham menatap langit-langit, dia menerawang jauh pikirannya tertuju pada wanita yang sudah mengandung benihnya.
"Aku akan mencari kalian meskipun harus mengobrak-abrik isi kota ini, aku tahu pasti kamu tidak akan pergi jauh," guman Abraham.
"Akhirnya aku punya anak, tunggu papa jemput kalian nak," ucap Abraham penuh tekad menemukan Arin di manapun berada.
Abraham teringat perkataan Hendra saat memberitahu kalau Arin bukanlah wanita panggilan yang Hendra suruh.
Tiba-tiba pikirannya tertuju kepada kedua remaja yang tega menjebak Arin. Amarah Abraham tiba-tiba membara.
"Ku pastikan hidup kalian akan hancur, tunggu saja hadiah yang ku berikan untuk kalian berdua," guman Abraham dengan seringai licik.
Tetapi amarah itu berubah menjadi senyuman kala mengingat dirinya adalah orang pertama untuk Arin.
"Tetapi aku senang berkat kebodohan kalian berdua, ha ha ha ha ha ha ha ha," tawa Abraham menggema ke seluruh ruangan.
Tak terasa waktu berlalu begitu cepat....
Brakkkk......
Bukkkkk
Orang itu terpental karena tendangan maupun pukulan dari Abraham.
"Ahhh sial, cari wanita ku sampai dapat," teriak Abraham penuh murka kepada anak buahnya yang gagal untuk kesekian kalinya.
Sedangkan Hendra memandang penuh takut.
Sedangkan di tempat berbeda, ya di tempat Arin berada saat ini.
Kini perut Arin nampak membuncit di usia kehamilan yang ke lima bulan.
Arin setiap hari membantu sang nenek di warung, Arin begitu senang karena nenek itu sudah menganggap Arin sebagai Cucunya, bahkan setiap orang bertanya pasti sang nenek bilang kalau Arin adalah cucunya.
Nek Ijah juga begitu senang dirinya sekarang tidak sendirian dan semenjak Arin di sini, warung nek Ijah semakin rame.
Kalau dulu warung cuma ada kopi dan mie instan, tetapi semenjak Arin tinggal di sini Arin membuat beraneka ragam kue basah maupun gorengan.
Pagi ini Arin sedang menata gorengan yang masih panas di dalam wadah.
Bapak-bapak yang baru datang langsung duduk, matanya memperhatikan isi warung nenek Ijah yang mulai ramai dengan beraneka ragam jajanan, ada gorengan dan kue basah.
"Wah gorengannya masih panas nih, semenjak neng Arin di sini kita semua senang tidak kopi saja," kata bapak-bapak yang baru saja tiba, dia langsung menyomot gorengan.
"Iya jadi perut kita tidak kembung dengan kopi saja, ha ha ha ha ha," seloroh bapak di sana dan diikuti tawa lain.
"Masakan neng Arin juga enak, besok-besok coba buat nasi pecel kalau pagi pasti laku," usul salah satu bapak.
"Takutnya tidak laku pak," jawab Arin singkat.
"Neng Arin, kopi nya satu," pinta bapak-bapak yang baru saja datang.
"Akang juga kopi satu neng," pinta pemuda.
Arin pun beranjak menuju dekat kompor untuk membuat kopi pesanan mereka, Arin tak banyak bicara sehingga mereka merasa sungkan untuk menggoda maupun mengajak ngobrol Arin.
"Eh sejak neng Arin di sini, kita tidak pernah melihat suami neng Arin," kata salah satu pelanggan warung milik nenek.
"Iya padahal neng Arin sudah berapa bulan berada di sini," saut yang lainnya.
Deg deg deg deg....
'Aku harus jawab apa, apakah aku harus terus berbohong tetapi sampai kapan,' batin Arin.
"Em......." Arin belum sempat melanjutkan ucapannya tetapi di sela sang nenek.
Nenek Ijah sedari tadi cuma duduk di sana hanya memperhatikan Arin, Arin meminta nek Ijah untuk diam saja karena kondisi nek Ijah yang sudah berumur membuat Arin tidak tega melihat wanita tua itu bekerja.
"Suaminya kerja di negara sebrang, kontrak masih beberapa tahun jadi tidak bisa pulang sekedar untuk menjenguk Arin," jawab sang nenek.
Arin bernafas lega, karena sang nenek selalu menjadi tameng untuk menghadapi pertanyaan tentang kehamilan maupun ayah dari bayi yang sedang di kandungan nya.
"Lho dulu nenek bilang kalau suaminya kerja di luar pulau?" Tanya salah satu pemuda yang dulu pernah sekali menggoda Arin.
'Aku harus jawab apa,' batin Arin.
"Lha Itukan dulu, beberapa Minggu yang lalu suaminya menghubunginya. Bilang mau pindah ke negara tetangga karena gajinya gede," jawab sang nenek.
"Awas neng nanti suaminya di sana kawin lagi," celetuk salah satu bapak-bapak.
Arin hanya tersenyum kecut mendengar perkataan bapak tadi.
'Andai aku tahu siapa ayah dari anak di kandunganku,' batin Arin.
Akhirnya semua diam tak berani bertanya lagi karena Arin hanya diam tak menangapi.
Arin pun pergi ke dapur untuk memasak menu yang akan makan nanti siang, karena pagi ini Arin hanya membuat nasi dan gorengan saja belum membuat lauk untuk dia dan nenek Ijah.
"Nek Arin masak dulu untuk makan siang kita nanti," pamit Arin.
'Nak..... Nenek tahu pasti kamu binggung setiap kali menjawab pertanyaan mereka, nenek tahu kamu juga setiap hari menangis di kamar. Semoga suatu saat Ayah bayi itu sadar dan menemui mu, nenek hanya takut tak bisa menjagamu dengan lama karena umur nenek yang semakin hari semakin berkurang,' batin sang nenek melihat punggung Arin pergi menjauh menuju ke arah dapur untuk memasak.
Ingatlah orang baik akan selalu di temani dengan orang baik, tak ada di dunia ini yang sia-sia. Meskipun kebaikan kalian sekecil apapun yakinlah semuanya akan berbuah manis.
Akan ada pelangi setelah hujan, akan ada kebahagiaan setelah kepahitan.
Bersambung....
Sesuai permintaan kalian, update lebih dari satu bab.
Jadi budayakan tekan Like, komen setelah membaca untuk tinggalkan jejak.
Rate komen bintang lima dong biar semangat nulis🤭
Vote maupun gift juga boleh🙈.
MASUKKAN FAVORIT JUGA YA
Terimakasih semua semoga suka.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 192 Episodes
Comments
Shin Gao
Abraham masih belum ketemu dgn Airin.. sampai sekarang susah banget cari airin
2023-12-04
1
Qaisaa Nazarudin
Semuanya juga karna ulah mu,Rasain tuh..
2023-11-15
0
Fatim Maryati
jagan" anaknya kembar bos Abraham tambsh senang tuh
2023-11-05
3