Sedangkan di kediaman Arin.....
Hari itu juga prosesi pemakaman Ayah Arin pun di adakan hari itu juga, sang bunda yang begitu terpukul tak henti-hentinya menangis.
Tio maupun Rio berusaha menguatkan sang bunda.
Para kerabat maupun sanak saudara cuma datang sebentar, selesai prosesi pemakaman mereka semua langsung pulang.
Bahkan kabar kehamilan Arin juga sampai ke telinga para kerabat membuat banyak yang mencibir maupun menghina keluarga mereka.
Prosesi pemakaman lancar...
Malam hari.....
Di kediaman bunda Arin....
Waktu menunjukkan pukul sembilan malam.
"Bunda bagaimana kalau kita pindah kontrakan saja ke kampung yang jauh dari sini," pinta Tio.
Saat ini ketiganya berkumpul di ruang tamu, sedangkan semua tetangga maupun kerabat sudah pulang.
"Kenapa kita harus pindah?" Tanya sang bunda penasaran.
"Bun, aku ingin kita memulai kehidupan baru. Di sana nanti kita bisa membuka usaha kue seperti dulu dan kita juga bisa mencari kak Arin," lirih Tio.
Tio tak ingin sang bunda larut dalam kesedihan akibat kehilangan sang Ayah dan kakaknya.
"Iya bunda, Rio juga setuju. Apa bunda tidak sakit hati saat Bu Dhe Rani dan keluarganya menghina keluarga kita," kata Rio penuh sorot kebencian.
"Harusnya Bu Dhe Rani itu membantu dan menolong kita bukannya mengusir mbak Arin, padahal kita juga keluarganya," guman Tio.
"Kalian itu jangan pernah datang ke rumah Bu Dhe atau menginjakkan kaki di sana, kami malu punya saudara seperti kalian, punya anak hamil tak jelas, karena sekarang kak Rahmat sudah tiada jadi hubungan kita sampai di sini saja jangan pernah menyapa kami kalau bertemu di mana pun," kata Bu Dhe Rani masih terngiang di telinga Tio.
Tio mengingat bagaimana sang Bu Dhe menjelekkan keluarganya kepada semua kerabat, sampai bunda di buat tertunduk malu.
"Kalau itu keputusan kalian berdua, bunda ikut saja. Bagaimana dengan sekolah kalian," tanya Bunda memastikan.
Tio pun tersadar dari lamunannya.
"Untuk sekolah nanti gampang Bun, kita cari kontrakan dekat sekolah kita lagian jarak sekolah dan kampung ini begitu jauh," keluh Rio.
"Iya untung sekolah kita tidak ada anak dari kampung ini," lirih Tio.
"Ya iyalah untung kita pintar dan bisa di terima di sekolah elit seperti itu," jawab Rio bangga.
"Tunggu beberapa bulan lagi, setelah semua selesai baru kita pindah, butuh waktu untuk mengurus semuanya," jelas bunda.
"Iya Bunda," jawab keduanya serempak.
"Kalian berdua makan dulu, tadi bunda lihat kalian belum makan. Bunda tinggal ke kamar dulu," lirih bunda.
Bunda pun berdiri, melangkah menuju kamarnya.
Bunda duduk di ranjang mengelus bantal yang sudah dingin tak hangat lagi, bantal yang tadi pagi masih di tiduri sang pemilik.
"Semoga Ayah tenang di sana, jangan khawatir bunda akan mencari putri kita dan bunda akan menjaga si kembar," lirih bunda.
"Nak di mana kamu sekarang berada, bunda kangen.... Hiks hiks hiks hiks hiks kenapa cobaan bertubi-tubi menghampiri ku," tangis bunda pun pecah.
"Hiks hiks hiks hiks sanggupkah aku menjalani semua ini,"
Sedangkan di sebuah warung kecil di pinggir jalan....
"Nak tidurlah biar nenek selesaikan membungkus kue-kue ini, pasti kamu sudah lelah sedari tadi membuat semua kue ini," kata nenek itu melihat Arin yang terkantuk-kantuk membungkus kue yang akan mereka jual esok hari.
"Sebentar lagi, nenek tidur saja duluan," pinta Arin.
'Nak mungkin kamu di kirimkan untuk menemani hari tua nenek, kamu baik dan rajin tetapi sayangnya nasib buruk saat ini menghampirimu. Nenek berdoa semoga kamu suatu saat nanti bahagia,' batin sang nenek.
Warung sang nenek cuma buka pagi dan sore hari saja, Arin pun mengetahui itu karena sang nenek sudah bercerita panjang lebar tentang kehidupannya.
Sedangkan anak sang nenek sudah menikah dan tinggal di luar pulau ikut suaminya, kadang setahun sekali berkunjung bahkan pernah setahun pun sang anak tak datang atau sekedar menelpon, nenek sadar dia sudah tua tak ingin bergantung kepada sang anak, untuk itulah dia membuat warung kecil di rumahnya.
Sedangkan di belahan negara berbeda....
"Akhirnya sebentar lagi urusanku selesai, bagaimana kabar perempuan itu?" kata Abraham mengusap foto Arin.
"Ha ha ha ha ha aku sudah tak sabar ingin bertemu denganmu," Abraham begitu antusias ingin bertemu dengan Arin entahlah beberapa bulan ini setiap malam dia bermimpi memeluk Arin.
Tok tok tok tok tok tok......
Abraham memandang ke arah pintu, pasti
"Masuk....." titahnya dengan suara keras.
Ceklek......
"Bos ini semua berkas akuisisi perusahaan milik tuan Damian," kata Bram menyerahkan beberapa map.
"Taruh saja di sana," jawabnya.
Abraham yang tengah berdiri di depan jendela, menatap terangnya lampu kota Paris, tangannya memegang segelas anggur yang begitu nikmat di lidahnya.
Saat hendak berbalik meninggalkan tempat ini di kejutkan dengan pertanyaan dari Abraham.
"Katakan bagaimana keadaannya selama aku tinggal?" Tanya Abraham tanpa menoleh ke arah Hendra.
Hendra membeku, tak tahu harus menjawab apa.
"Ma-maksud bos siapa?" Tanya Hendra berpura-pura tak mengerti.
"Bagaimana kabar gadis itu," Abraham memutar tubuhnya berjalan menuju kursi kebanggaan nya, Abraham duduk dengan angkuh.
"Se-be-nar-nya saya lupa memantau keadaannya beberapa Minggu ini," jelas Hendra dengan keringat dingin.
Pyaar........ Gelas berisi anggur itu pun hancur berkeping-keping membentur lantai.
"Kenapa kamu bisa melupakan perintah ku, cepat cari tahu kabarnya hari ini juga laporkan kepada ku!" Perintah Abraham tiba-tiba emosinya meledak mendengar keteledoran sang asisten.
Abraham pun mengusir Hendra pergi dengan gerakan tangan.
Hendra pun kabur dari tempat itu dengan cepat.
'Kenapa akhir-akhir ini pikiranku tertuju kepadanya, apakah dia sedang dalam bahaya ,' batin Abraham.
"Aaahhhh bre***k kenapa tikus-tikus di sini tak kunjung habis, aku ingin segera pergi ke sana menemuinya," kata Abraham mengeram kesal.
Abraham terpaksa berlama-lama di negara itu, untuk memulihkan perusahaan nya yang sedang mengalami goncangan. Mau tak mau Abraham harus stay di sana untuk waktu yang cukup lama sampai masalah ini selesai .
Berbeda dengan Arin.....
Hari ini hari bahagia buat Arin, dirinya serasa menemukan keluarga baru.
"Nek ini siapa?" Tanya salah satu pemuda yang sedang menikmati kopi buatan sang nenek.
"Oh ini Arin, dia cucu nenek," terpaksa nenek harus berbohong.
"Wah cantik seksi nek, susah punya pacar belum?" Tanya pemuda itu lagi sambil cengengesan menggoda Arin.
"Uhukk uhukk....."
Arin yang mendengar itu pun tersedak dengan sendirinya.
"Hus jangan godain cucuku, dia sudah punya suami tetapi bekerja jauh jadi di titipkan ke nenek," tegur nenek kepada pemuda itu.
"Masuk sana cu, Jagan ladenin dia!" Perintah sang nenek kepada Arin.
"Ya patah hati ku, padahal Arin masih muda ku kira belum menikah ternyata sudah laku," kata pemuda itu lesu.
Sedangkan nenek hanya geleng-geleng kepala melihat pemuda di depannya.
"Ha ha ha ha ha," sedangkan kedua bapak-bapak langganan ngopi di sana menertawakan pemuda itu.
Bersambung....
Rate komen bintang dong biar semangat nulis🤭
Terimakasih .....
JANGAN LUPA GOYANG JEMPOLNYA, TINGGALKAN JEJAK BERUPA LIKE , KOMEN MAUPUN VOTE BIAR SEMANGAT UPDATE.
MASUKKAN FAVORIT JUGA YA.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 192 Episodes
Comments
Supriyadi Supriyadi
lahjut
2023-11-05
2
Bonda Nisya
bgus jalan cerita..x sabar nak tahu kesudahannya
2023-09-30
1
Irma Agussuharti
dah ga sabar pngn cpt" baca arin sm abraham ketemu kembali
2023-08-27
0