Setelah Arin berhasil masuk ke dalam kamar, dia pun bergegas menuju menuju kamar mandi yang berada di dekat dapur.
Arin menguyur tubuhnya dengan air dan mengusapnya dengan kasar, Arin hanya ingin menghilangkan jejak ataupun noda yang di tinggalkan oleh pria itu. Arin hanya bisa menangis dalam diam karena tak ingin ketahuan sang ayah maupun bundanya. Arin begitu terpukul tanpa tahu harus mengadu kepada siapa. Dirinya kembali mengusap semua tubuhnya tanpa terkecuali.
'Aku sudah kotor, masa depanku sudah hancur. Ayah ..... Bunda maafkan Arin yang tak bisa menjaga diri,' batin Arin merasa pilu.
Arin menyudahi mandinya, sebelum Bunda nya pulang Arin harus bergegas mengganti bajunya dan membuang baju pria itu. Arin memaksakan senyuman dan menghilangkan wajah jeleknya itu, wajah yang sedari tadi hanya bisa menangis pilu.
Arin memasuki kamar dia secepatnya berganti baju membereskan rumah, tak ada waktu bersenang-senang karena bagi mereka yang hidup pas-pasan dan harus sebaik mungkin mengunakan waktunya.
'Aku harus bangkit, aku harus kuat demi keluargaku. Aku tak bisa bayangkan semua ini sampai di telinga ayah, bisa-bisa sakitnya akan bertambah parah,' batin Arin getir.
Inilah keseharian Arin, dia harus membantu orang tuanya membuat kue-kue tradisional, itupun kalau ada tetangga yang memesan.
Arin tak bisa menawarkan kue buatannya dan bundanya secara online, Arin hanya memiliki ponsel model lama. Asal bisa untuk menerima panggilan dan pesan saja.
Jikapun ada tugas, Veli yang akan membantunya melalui ponsel pintar milik Veli. Meskipun dia harus merelakan hasil jawaban dia di contek oleh Veli, dia tak masalahkan asal bisa bersekolah dengan baik dan tak pernah ketinggalan materi.
Berbeda di sebuah kamar nan mewah....
Tok tok tok tok tok....
Pria itu berdiri membuka pintu karena dia berfikir itu adalah room servis.
Ceklek.....
"Maaf saya mengganggu Tuan Abraham," kata Hendra sang asisten.
Hendra merasa tak enak karena pagi-pagi sudah berada di sini.
"Hmm....."
Abraham pun memberi kode kepada Hendra untuk mengikuti dirinya masuk ke dalam kamar.
"Duduk Hen," titahnya.
Hendra pun duduk, tetapi ekor matanya melirik kesana-kemari mencari sosok wanita muda yang kemarin malam dia seret paksa.
Entah kenapa Hendra takut kalau wanita yang kemarin dia paksa adalah remaja yang baik-baik.
"Em..... Anu..... Emmm.... Bos..." Hendra begitu binggung harus memulai bicara dari mana.
"Kamu mau bicara apa sih Hen, Jangan bertele-tele," bentak Abraham dengan kesal melihat asistennya itu berbicara tak jelas.
Glek.....
'Aduh harus mulai dari mana, bisa-bisa aku kena sembur,' batin Hendra ketar-ketir karena ketakutan.
"Cepat katakan, atau ku potong gaji kamu bulan ini," ancam Abraham.
Hendra melotot mendengar ancaman dari sang bos, baru mau bicara saja sudah di ancam apalagi kalau berbicara jujur, bisa di mutasi ke ujung pulau dia.
Hendra terdiam, otaknya berusaha merangkai kata yang akan dia sampaikan ke pada Bos nya itu.
"Bos sebenarnya wanita kemarin bukan wanita bayaran ......." kata Hendra dengan suara pelan tetapi belum selesai berbicara sudah di potong oleh Abraham.
Brakkkk........
Suasana kamar yang tadinya dingin berubah menjadi panas, karena ulah Hendra yang memancing kemarahan sang bos itu.
"Apa kamu bilang," bentak Abraham setelah membanting gelas ke lantai.
"Jadi kamu menculik anak orang. Hah ..... Cepat katakan," bentak Abraham.
Glekkk....
'Mati aku,' batin Hendra.
Dengan wajah pucat menahan rasa takut Hendra berusaha berbicara jujur.
"Bu-bukan bos," jawab Hendra.
'Aku harus mulai dari mana,' batin Hendra ketakutan.
"Se-be-nar-nya saya tak sengaja melihat wanita itu...." kata Hendra menjeda ucapannya sambil melirik reaksi sang Bos.
Abraham terdiam, dia ingin mendengar penjelasan dari mulut Hendra. Abraham mengangguk memberi kode kepada Hendra untuk melanjutkan ucapannya.
"Saya melihat dia keluar dari kamar dengan kondisi seperti orang mabuk, jadi saya mengira wanita itu adalah wanita bayaran jadi saya menyeret paksa dia untuk ikut saya ke kamar bos," jelas Hendra.
Abraham menatap tajam seperti elang yang hendak menyantap buruannya. Terdapat kilatan amarah yang sengaja dia tahan saat ini.
'Pantas saja tubuhnya terasa nikmat, meskipun dia baru pemula tetapi permainannya membuatku puas. Ah mengingatnya saja membuatku tegang. Sial..... Kenapa tubuhnya seperti candu buatku,' batin Abraham.
"Lanjutkan," kata Abraham tegas. Abraham tahu kalau asisten nya itu masih ingin berbicara, terlihat raut wajahnya penuh keraguan bercampur ketakutan.
Hendra menarik nafas panjang, dia begitu takut untuk melanjutkan ucapannya.
"Cepat atau bulan ini gaji mu tidak akan pernah ada," kata Abraham dengan tegas.
Glekkk....
"Kemarin malam, ada remaja seusia wanita itu bos. Diar mencari temannya yang bernama Arin dan fotonya sama dengan wajah wanita yang ku seret paksa itu bos," lirih Hendra dengan suara kecil saat mengatakan kalau dia sudah menyeret paksa Arin.
Brakkkk.... Brakkkk....
"Bodoh kamu, kenapa kamu bertindak tidak pakai otak. Bagaimana kalau orang tua remaja itu melaporkan kita... Hah.... Pantas saja tadi malam dia masih perawan," teriak Abraham frustasi mengacak rambutnya.
"Sial kenapa tadi malam aku mengeluarkan benihku di dalam," teriak Abraham semakin binggung.
Hendra semakin menunduk tidak berani untuk menatap wajah sang Bos yang di penuhi kemarahan yang siap meledak, Hendra memilih diam mencari aman karena semua ini adalah salah dirinya sepenuhnya. Hendra pasrah kalau dia juga akan di pecat hari ini juga.
Abraham memandang wajah asistennya itu, asisten yang sudah sepuluh tahun menemaninya sampai perusahaan bisa berjaya seperti ini.
Abraham memikirkan hukuman apa yang cocok untuk Hendra, karena tidak mungkin dia memecat Hendra yang sedang banyak berjasa untuk dirinya.
"Sebagai hukuman kamu, cepat cari wanita itu dan pastikan dia tidak akan menuntut saya. Berikan wanita itu uang yang ada di cek ini. Awasi semua pergerakkan dia selama beberapa bulan karena saya takut dia hamil anak saya dan dia tega mengugurkan benihku itu tanpa sepengetahuan ku. Ingat pantau semuanya dan laporkan kepada ku secepatnya," Perintah Abraham dengan tegas, tak lupa memberikan sejumlah cek dengan nominal yang cukup besar.
"Baik bos," jawab Hendra bernafas lega karena dia tidak mendapatkan hukuman dari sang bos yang terkenal kekejamannya di dunia bisnis.
"Pergi kamu dari hadapan saya, sebelum saya marah," bentaknya kepada Hendra.
Dengan cepat Hendra meninggalkan kamar itu.
Sedangkan Abraham, menuju balkon kamarnya menikmati pemandangan indah dari arah sini sambil menyesap minuman alkohol dari tangannya.
"Aku tak menyangka wanita itu pergi tanpa meminta pertanggungjawaban dari ku," gumam Abraham mengingat kejadian tadi pagi saat dirinya keluar dari kamar tak menemukan keberadaan wanita itu.
"Biasanya wanita lain akan memeras atau meminta untuk pertanggung-jawaban dengan cara menikah dengannya, tetapi wanita ini berbeda," guman Abraham.
Dalam dunia bisnis untuk seorang duda kaya seperti dirinya, tentu banyak wanita yang berusaha menjebaknya tetapi semua itu berhasil dia ketahui.
Entah kenapa semalam dia begitu bersemangat.
.
Bersambung........
JANGAN LUPA TINGGALKAN JEJAK BERUPA LIKE.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 192 Episodes
Comments
Maryuni Rahayu
jika Arin hamil Abraham harus bertanggung jawab atas perbuatannya dan menikahinya, Abraham kan seorang duda
2024-02-02
2
Qaisaa Nazarudin
Cari Arin sampai dapat, Pasti kecebong munakan tumbuh tuh di perut Arin..
2023-11-15
1
Agoda fraund
Feli hrs diledakkan otaknya
2023-10-15
3