Jo terus memandang ke arah Arin, tatapan matanya yang begitu memuja kepada sosok perempuan cantik yang sudah berhasil mencuri hatinya selama ini.
'Hari ini kamu harus menjadi milikku,' batin Jo tersenyum misterius.
Sedangkan Arin engan melihat ke arah Jo, karena Arin tahu Jo sedari tadi terus memandang ke arahnya membuat Arin begitu risih.
Sedangkan di lain sudut.
Semua teman Arin berjingkrak-jingkrak saat DJ memutar musik yang begitu enerjik. Semuanya menikmati pesta ini dengan senang, karena nantinya mereka jarang bertemu kebanyakan dari mereka merencanakan akan kuliah di luar negeri maupun luar kota.
"Aduh Veli mana sih," guman Arin dengan suara kecil tetapi masih dapat di dengar oleh Jo.
"Jangan khawatir nanti aku antar pulang," jawab Jo dengan senang hati.
Arin diam tak menggubris perkataan yang keluar dari mulut Jo.
Akhirnya Jo tersenyum lebar karena bisa memandang Arin dengan puas, Jo tak menyangka Arin yang selalu tampil dengan baju longgar ternyata memiliki bentuk tubuh yang bagus. Jo begitu senang memandang wajah Arin yang cantik meskipun dengan polesan makeup tipis.
Tak lama musik pun berganti dengan musik melow, banyak dari mereka yang lelah memilih duduk untuk menikmati sajian maupun minuman yang ada di sana.
"Veli....." teriak Arin saat melihat Veli berdansa bersama teman-temannya dengan jarak yang tak terlalu jauh.
Di lantai dansa.....
"Tuh Upik abu nyariin," ledek Sinta kepada Veli.
"Ckk ngapain sih manggil aku segala, jadi malu kan aku," grutu Veli dengan wajah sedikit kesal.
"Ha ha ha ha ha, mamam tuh Upik abu," ledek Ria sambil menertawakan Veli.
"Ish kalian nih senang lihat aku menderita," keluh Veli engan meninggalkan kedua temannya.
"Samperin tuh, lo kan yang sering di kasih contekan sama tuh anak, jadi sekarang gantian lo jadi baby sitter tuh anak," kata Ria begitu senang melihat wajah kesal Veli.
"Ha ha ha ha ha ha ha ha ha," kedua teman Veli pun tertawa.
Veli pun dengan terpaksa meninggalkan tempat dansa itu, meskipun dengan perasan dongkol tetapi Veli pun menghampiri Arin. Veli tak ingin Arin pergi secepatnya dari tempat ini sebelum semuanya selesai.
Veli berlari kecil menghampiri Arin dan Jo.
"Eh maaf ya, tadi keasyikan ngobrol," elak Veli dengan muka yang di buat penuh dengan penyesalan.
Melihat wajah sahabatnya, Arin pun merasa tak enak.
"Maaf ya, aku menganggu kamu," jawab Arin sendu.
"Eh gak apa-apa. Apa kamu sudah mencicipi hidangan dan minuman yang ada di sini," kata Veli mengalihkan pembicaraan.
"Belum....." Arin menunduk meremas bajunya, tak mungkin dia mengatakan kalau sedari tadi tak ada yang mau mengajak dia berbicara atau sekedar menyapa dirinya.
"Ya sudah ayo kita icip-icip dulu sebelum pulang," ajak Veli.
"Ayo Jo," ajak Veli saat Jo masih setia duduk di sana.
"Kalian saja, aku masih kenyang," tolak Jo.
Veli pun mengandeng tangan Arin menuju ke tempat yang menyediakan makanan dan minuman.
Veli melirik ke arah Jo yang masih duduk di sana.
Setelah kepergian Veli dan Arin, Jo memesan minuman untuk dirinya.
Jo memanggil salah satu waiters yang sedang menyajikan minuman.
Pelayan itu pun menghampiri Jo.
"Ada apa mas, anda butuh minuman apa?" tanyanya kepada Jo.
Jo memberikan kode agar pelayan itu mendekat ke arahnya. Jo pun membisikkan sesuatu di telinga pelayan tadi.
Meski ragu, pelayan itu mengangguk. Tak lupa Jo memberikan sesuatu dalam botol yang sangat kecil, Jo pun memasukkan sesuatu ke dalam saku celana sang pelayan tadi.
Melihat Jo memasukkan sesuatu ke dalam sakunya, pelayan itu pun berbinar karena senang setelah itu dia meninggalkan Jo sendiri.
Tak lama Veli pun kembali, dia berjalan cepat menuju ke arah Jo.
Veli pun sampai di meja Jo, Veli menoleh ke kanan-kiri memastikan bahwa tidak ada yang mendengar ucapan itu.
"Cepat juga obat Lo bekerja," kata Veli dengan suara pelan.
"Jelas dong. Ternyata tuh pelayan melakukan pekerjaan dia dengan baik," jawab Jo dengan bangga.
Veli pun menepuk dahinya sendiri, sejenak dia melupakan sesuatu.
"Jo cepat sana, Arin sudah masuk ke dalam kamar 3222. Tadi aku lupa mengunci pintu....Cepat ke sana," kata Veli dengan suara kecil.
Jo pun bergegas berdiri. "Tenang kalau sudah beres, nanti ku kirim ke rekening kamu," kata Jo berbalik ke arah Veli.
Veli pun mengangguk, mengacungkan jempolnya kepada Jo sebagai tanda menyemangati.
'Arin tunggu sebentar lagi kamu akan jadi milikku selamanya,' batin Jo.
Setelah kepergian Jo dari tempat ini menuju kamar tempat dimana Arin berada.
Veli pun memandang punggung Jo yang menghilang.
'Arin aku terpaksa melakukan semua ini, aku benci karena kedua orang tuaku selalu membandingkan ku dengan mu karena aku kalah pintar denganmu, bahkan Regan selalu memujimu di depanku. Sebenarnya aku malu jadi sahabatmu tetapi karena permintaan kedua orang tua ku, aku harus berpura-pura baik di depanmu, kalau bukan karena kepintaran mu sudah dari awal aku tak ingin berteman dengan mu,' batin Veli dengan jujur.
Meskipun ada rasa bersalah tetapi rasa benci begitu besar menutupi hatinya.
Di dalam kamar.....
"Uhhhh panas..... Kenapa aku berada di sini? kata Arin saat melihat ke sekeliling ruangan.
Dengan tertatih-tatih Arin mencoba bangkit, dia berjalan dengan menegang kepalanya yang terasa pusing dan tubuhnya yang terasa panas.
Arin sampai di pintu. "Untung pintu tak di kunci," lirih Arin.
Meski dengan kesadaran yang sedikit Arin mencoba keluar dari kamar itu, Arin menahan gejolak dalam tubuhnya yang begitu menyiksa.
"Di mana Veli," lirih Arin.
Saat Arin keluar beberapa langkah tiba-tiba dia tarik paksa oleh seseorang.
"Cepat ikut aku, bos sedang menunggu mu," perintah seseorang berpakaian rapi.
Arin yang masih sedikit sadar pun kaget binggung, dia tak mengerti maksud dari orang itu.
"Hei lepaskan aku, kamu siapa?" teriak Arin meronta-ronta melepaskan tangannya yang di tarik paksa masuk ke dalam lift.
"Aku tahu kalau kamu itu wanita panggilan kan? Jangan sok polos, cepat layani bos aku. Tenang saja nanti kamu dapat bayaran yang setimpal," jawab orang itu masih menarik paksa tangan Arin.
Lift berhenti di depan kamar super mewah.
"Kamu salah orang, aku bukan wanita seperti itu," Teriak Arin meronta-ronta.
Orang itu tak menghiraukan saat Arin meracau, dia berfikir Arin sedang mabuk.
Bugggg.....
Ceklek.....
Arin di dorong masuk ke dalam sebuah kamar, setelah itu orang itu mengunci pintu kamarnya.
Arin mencoba bangkit, Arin menggedor-gedor pintu itu.
Dor dor dor dor dor dor.....
"Hei buka pintunya," teriaknya.
Tanpa Arin sadari....... Seseorang laki-laki dewasa pun berdiri menyeringai, memindai penampilan Arin dari atas ke bawah.
"Ternyata kamu begitu cantik, meskipun masih muda tetapi bentuk tubuh kamu begitu menggoda," ucap orang itu menyeringai.
Greppp .....
Tangan Arin di tarik dengan kasar menuju tempat tidur.
Aaaaaa.......
"Siapa kamu, lepaskan aku," Teriak Arin di sertai air mata yang membanjiri wajahnya.
"Aaah kenapa tubuhku panas," racau Arin tubuhnya menggeliat karena reaksi obat yang di taruh Jo di makanan Arin pun mulai beraksi.
Aaaaaa......
.
.
Bersambung.....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 192 Episodes
Comments
Rere Sikumbang
tman apaan tu mcam itu??
2023-11-24
1
Supriaten Sukarman
temannya laknat tu
2023-11-20
1
Agoda fraund
kenapa Jo tidak melamar langsung ke ortu arin
2023-10-15
1