Dua bulan berlalu.....
Arin melewati hari-hari nya dengan tenang, sejenak dia melupakan kejadian naas yang membuatnya harus kehilangan mahkotanya. Arin belum memilih untuk mendaftarkan diri di salah satu kampus. Arin memilih membantu sang Bunda dan mengumpulkan uang.
Sebenarnya Arin bisa saja meminta kepada pihak kampus beasiswa tetapi entah kenapa Arin merasa ragu, ada sesuatu di dalam dirinya yang melarang dirinya untuk melanjutkan kuliahnya di tahun ini.
Arin sudah rapi, dia hendak mengantar berbagai kue basah yang sudah sudah di pesan Bu RT untuk acara arisan di rumahnya. Meskipun tubuhnya hari ini terasa lemas tetapi Arin menguatkan dirinya untuk membantu sang bunda. Arin tak tega melihat bundanya kelelahan mengurus semuanya.
Arin sedang memasukkan semuanya ke dalam tiga kardus, pesanan itu sengaja dia kirim lebih awal satu jam sebelum acara di mulai.
"Nak apa kamu sakit, kenapa wajahmu pucat sekali?" tanya bunda khawatir.
Wajah Arin memang pucat, akhir-akhir ini nafsu makannya juga sedikit berkurang.
"Tidak Bun, mungkin masuk angin saja," jawab Arin seadanya.
Semua sudah tersusun rapi tinggal menunggu kedua adiknya untuk membantu mengantar.
"Nak Bunda sudah lama tidak melihat Veli main ke sini!" kata bunda bertanya kepada sang anak.
Tiba-tiba wajah Arin berubah murung.
"Veli sibuk Bun, dia kuliah di luar kota ," bohong Arin dengan senyum getir nya. Arin sengaja berbicara seperti itu karena tak ingin sang bunda mengetahui semua kebusukan sahabatnya.
Sejak kejadian yang menimpa Arin tak pernah lagi mengunjungi ataupun bertemu dengan Veli maupun Jo, Arin berusaha menghindari ke duanya.
Arin sadar dirinya memang tak pantas berteman dengan keduanya, apalagi setelah kejadian ini Arin baru mengetahui semuanya adalah ulah Jo dan Veli.
#Flashback on....#
Dua hari setelah kejadian itu, Arin berusaha menemui Veli di rumahnya.
Arin sudah rapi dengan kaos lengan panjang dan celana panjangnya, dia sengaja menutup kepalanya dengan krudung.
"Nak mau kemana?" tanya Bunda saat melihat putri nya sudah cantik tetapi yang aneh, putrinya yang dulu jarang menggunakan krudung sekarang lebih sering memakainya.
Bunda sadar akan hal itu, entah apa yang membuat anak kali ini memakai kerudung.
Arin sadar akan pandangan sang bunda, karena Arin tak memakai kerudung untuk keseharian nya, hari ini dia ingin memakainya. Entah firasat apa yang membuat Arin ingin memakai krudung datang ke rumah Veli.
Seakan Arin ingin menutup dirinya, dia tak ingin orang lain mengenalinya saat ini.
Kejadian itu membuat Arin ingin tak berani bertemu dengan siapa pun. Tetapi Arin bertekad ingin bertemu dengan Veli.
"Em-mm Arin mau keluar sebentar bunda," Arin melihat ke arah sang bunda saat dirinya mengatakan hal itu ada kekhawatiran di wajah bundanya.
"Nanti siang Arin pulang Bun, cuma sebentar untuk membeli sepatu ya sepatu, Bunda lihat kan sepatu Arin kekecilan," kata Arin berbohong, Arin sengaja menunjukkan sepatunya yang sudah lusuh dan sesak itu kepada sang bunda.
Bunda melihat ke arah sepatu Arin, sungguh miris bunda sedih tidak bisa membelikan sepatu baru untuk putri satu-satunya itu.
"Iya hati-hati di jalan, jangan pulang terlambat," kata bunda penuh dengan kekhawatiran.
Arin pun berpamitan dengan mencium kedua tangan sang bunda.
'Bunda maaf Arin telah membohongi Bunda, Arin ingin membuktikan sesuatu,' batin Arin.
Setelah menempuh perjalanan kurang lebih 30menit akhirnya sampailah Arin di depan rumah minimalis berlantai dua, Veli termasuk anak dari seorang pengusaha rumah makan yang berjamur di mana-mana.
"Pak Veli nya ada?" tanya Arin kepada satpam di depan.
"Eh neng Arin, pangling bapak lihatnya tumben neng Arin pakai kerudung? Non Veli ada di rumah tadi juga kedatangan temannya itu... Aduh siapa tuh namanya... Jo iya den Jo, masuk saja neng," jawab pak satpam.
"Terimakasih pak, ini lagi ingin pakai saja pak," jawab Arin berjalan masuk ke dalam rumah. Arin mendengar suara berisik dari arah taman samping yang ada sebuah kursi taman biasanya Veli sering duduk bersantai di sana.
Arin melangkahkan kakinya.
"Vel, bagaimana apa kamu tahu kabar Arin?" tanya Jo
Deg.... Deg Arin ingin mendengar apa yang kedua orang itu bicarakan.
Mendengar namanya di sebut, Arin pun berhenti menyimak obrolan ke duanya.
"Aku belum menghubungi keluarganya sejak kemarin, apalagi bertemu dengan nya. Kalau tidak ada keperluan terpaksa mah aku ogah datang ke rumah Arin yang jelek itu," jawab Veli.
Deg .....
Arin mendengar itu pun sedikit kaget, Veli yang dia kira sahabat baiknya ternyata berkata begitu, tentu saja Arin sakit hati mendengarnya. Arin masih terdiam menyimak obrolan mereka dari jarak yang tak begitu jauh, Arin pun menoleh ke kanan-kiri mencari tempat yang aman untuk bersembunyi tak ingin ketahuan Veli maupun Jo.
"Aku kira kamu sahabat yang baik buatku," lirih Arin dengan suara kecil. Terdengar kesedihan dari ucapan Arin itu.
"Ah sayang sekali aku terlambat datang ke kamar itu, kalau tidak Arin sudah jadi milikku," sesal Jo.
Deg.....
Arin pun tak menyangka kalau semua ini ulah keduanya, sungguh Arin kecewa dan sakit hati. Keduanya tega melakukan hal kotor seperti itu kepada Arin.
'Ha jadi mereka sengaja menjebak ku, kalau Jo yang tidak tidur denganku.... Jadi siapa yang telah merenggut kehormatan ku kemarin,'batin Arin sedih.
"Kamu sih b**go, padahal aku sudah capek-capek memapah Arin sampai ke hotel," kata Veli mengatai Jo yang tak becus melakukan tugasnya.
Arin pun sedih mendengar sahabatnya tega berbuat itu kepadanya, tetapi Arin juga bersyukur Jo tidak melakukan itu kepadanya. Arin pun berbalik menuju pintu keluar tanpa di ketahui oleh kedua sahabat dan temannya itu.
"Lho neng Arin kok sudah mau pulang?" tanya pak satpam karena heran Arin baru sebentar masuk sudah pulang.
"Em-m pak bisa saya minta tolong kepada bapak," tanya Arin dengan ragu.
"Minta tolong apa neng, kalau bapak bisa bantu pasti bapak usaha kan," kata pak satpam itu dengan ramah.
"Tolong rahasiakan kalau saya pernah datang ke sini sama Veli," pinta Arin memelas.
"Tetapi kenapa neng," tanya pak satpam penasaran.
"Pak .... Arin mohon," pinta Arin memelas.
'Kenapa neng Arin meminta di rahasiakan, tetapi melihat wajahnya membuatku tak tega teringat wajah putriku di kampung,' batin pak satpam.
Akhirnya pak satpam pun mengangguk karena tak tega melihat wajah Arin penuh kesedihan.
# Flashback off#
Bersambung....
Tidak ku kasih judul ya mulai nanti biar penasaran dengan ceritanya.
JANGAN LUPA GOYANG JEMPOLNYA, TINGGALKAN JEJAK BERUPA LIKE , RATE BINTANG LIMA YA😅 , KOMEN MAUPUN VOTE BIAR SEMANGAT UPDATE.
MAMPIR JUGA KE CERITAKU YANG LAIN
TERIMAKASIH ATAS DUKUNGAN KALIAN SEMUA🤗
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 192 Episodes
Comments
Maryuni Rahayu
ceritanya bagus dan menyedihkan
2024-02-02
0
Enny Sulasmi
wauw ceritanya seru nih
2024-01-04
1
Widiana Mitchell
gak ada visual nya tor
2023-10-21
6