"Nak, tuh Tio sama Rio sudah datang," kata sang Bunda menunjukkan ke arah dua adiknya yang sedang duduk di sofa dengan televisi.
"Eh....." Lamunan Arin seketika buyar.
'Ah kenapa aku harus mengingat itu lagi, semoga aku tidak pernah bertemu dengan Veli maupun Jo,' batin Arin.
"Iya Bun," jawab Arin.
"Kakak mah gitu Bun, akhir-akhir ini sering bengong gak jelas," kata Rio membuat Arin mendelik sebal.
"Jangan bicara terus, cepat angkat ini dan bawa ke rumah Bu RT keburu kita kena omel," kata Arin menyuruh kedua adiknya.
"Iya.... Iya," jawab keduanya kompak.
"Bunda kita pamit dulu," kata ketiganya berpamitan tak lupa mencium tangan sang bunda.
"Arin, kamu di rumah saja nak. Lihat tuh muka kamu pucat. Bunda tak ingin kamu kenapa-kenapa nak," bujuk Bunda karena cemas melihat sang anak.
Kedua adiknya pun menoleh ke arah sang kakak, dan benar saja wajah Arin terlihat begitu pucat.
"Benar kata bunda, apa kak Arin di rumah saja biar kita yang antar semua ini," bujuk Tio.
"Iya kak Arin istirahat saja," pinta Rio.
Arin tersenyum, keluarganya begitu perhatian kepadanya. Arin di buat terharu karena perlakuan semuanya.
'Terimakasih, kalian semua adalah semangatku untuk bangkit menjalani kehidupan yang begitu sulit ini, kalau aku tak punya kalian mungkin aku akan mengakhiri hidupku yang sudah penuh noda ini,' batin Arin.
Kejadian yang menimpa Arin begitu membuatnya terguncang baik fisik maupun mental, Arin berusaha kuat menjalani semuanya demi bunda nya.
Ketiganya pun akhirnya pergi setelah berpamitan kepada sang bunda.
"Nak sepertinya ada yang kamu sembunyikan, entahlah bunda sering kali melihatmu bersedih dan melamun," lirih bunda dengan suara kecil memandang nanar ke arah punggung Arin.
Arin dan kedua adiknya pun berangkat menuju rumah Bu RT.
Sedangkan di rumah Bu RT.....
Tok tok tok tok tok tok tok....
Ceklek.....
Muncullah Bu RT dengan dandanan dan pakaian yang cetar membahana.
"Eh Arin, aduh dari tadi ku tunggu-tunggu kenapa baru datang," kata Bu RT kepada Arin.
"Maaf Bu saya tidak terlambat kan," kata Arin merasa tak enak meskipun mereka terlambat lima menit.
"Tidak kok," jawab Bu RT.
Arin beserta ke dua adiknya pun menaruh semua kue pesanan Bu RT di ruang tamu.
"Ini nak jumlah semuanya tujuh ratus lima puluh ribu rupiah kan," kata Bu RT menyodorkan uang sejumlah tujuh ratus lima puluh ribu rupiah ke pada Arin.
Arin pun menerimanya dengan Enang hati, akhirnya dia mendapatkan upah.
"Terimakasih Bu, jangan lupa kalau ada acara lagi pesan kue ke saya ya," kata Arin sumringah.
"Beres itu mah," jawab Bu RT.
"Kami pamit pulang ya Bu, sekali lagi terimakasih," kata Arin meninggalkan kediaman Bu RT.
Ketiganya berjalan kaki menuju rumah mereka karena jaraknya tak begitu jauh.
"Kak bagi dikit dong buat jajan," pinta Rio memelas.
"Tidak, nanti saja di rumah," jawab Arin tegas.
"Ayolah kak, sama saja di rumah atau di sini kan juga di kasih," rengek Rio sedangkan kembarannya hanya geleng-geleng melihat kelakuanku Rio.
"Hust di bilangin nanti, ya nanti di rumah. Gak malu di lihat orang," kata Arin menepis tangan Rio yang mengadakan tangannya.
Rio pun di cemberut di sepanjang perjalanan.
Entah kenapa tiba-tiba kepala Arin pusing, matanya terasa berat berkunang-kunang.
Tio yang melihat sang kakak memegang kepalanya pun menjadi cemas.
"Kak.... kak Arin kenapa?" tanya Tio memastikan.
Arin cuma menggeleng mencoba menguatkan dirinya.
Tiba-tiba.....
Brukkkkk.....
Arin pingsan...
"Kak Arin ....." teriak Rio maupun Tio yang kaget melihat sang kakak ambruk tak sadarkan diri.
"Hiks hiks hiks hiks hiks kak Arin kenapa kak, bangun," tangis Rio pecah.
Beberapa warga yang melihat itu pun berhenti.
"Lho nak Arin kenapa ini," kata ibu-ibu yang baru pulang dari toko.
"Gak tahu Bu, tiba-tiba kak Arin pingsan," kata Tio menjelaskan.
"Hiks hiks hiks kak bangun," Rio masih berusaha membangunkan sang kakak.
Sementara Rio meletakkan kepala sang kakak di pangkuannya, berkali-kali menepuk pipi sang kakak untuk menyadarkan nya.
"Kak bangun," lirih Rio.
"Ayo kita bawa pulang saja atau bawa ke puskesmas terdekat," kata salah satu bapak-bapak yang sigap.
"Bawa ke rumah saja, rumah kita dekat," kata Tio.
"Saya sudah menghubungi Bu bidan, saya suruh ke rumah neng Arin saja," kata salah satu ibu-ibu.
Semuanya pun membantu mengangkat Arin membawanya menuju rumah.
Sedangkan kedua adiknya mengikuti di belakang dengan sesenggukan.
Sampailah mereka semua di rumah Arin .....
Tok tok tok tok tok tok....
"Bunda buka pintunya," teriak Tio dengan suara keras yang begitu panik.
Ceklek..... Pintu terbuka.
Bunda Arin begitu kaget saat membuka pintu rumahnya, di depan sudah ada begitu banyak orang.
Warga yang mengangkat tubuh Arin menyerobot masuk ke dalam rumah, mereka menaruh Arin di atas kursi panjang yang berbeda di ruang tamu.
"Arin ....." teriak bunda.
"Bu kami pamit pulang dulu," pamit bapak-bapak maupun ibu-ibu tadi.
"Iya pak terimakasih," kata bunda.
Mereka semua pamit meninggalkan rumah keluarga Arin, tinggal lah beberapa warga tetangga kanan maupun kiri Arin.
"Nak bangun, kenapa kamu ngeyel tadi saat Bunda suruh kamu di rumah saja jadi begini kan, hiks hiks hiks," racau bunda dengan sedih melihat anak perempuan satu-satunya pingsan.
Tok tok tok tok.
"Silahkan masuk Bu bidan," kata Rio.
Bidan pun masuk.
"Nak Arin kenapa Bu bisa pingsan," tanya Bu bidan.
"Saya tidak tahu Bu bidan, sejak tadi pagi wajah anak saya sudah pucat jadi saya melarangnya untuk mengantarkan pesanan kue. Tetapi anak ini ngeyel, tau-tau pulang Arin sudah pingsan begini, mungkin kelelahan bergadang membuat kue," jelas bunda.
Bu Bian pun menganggukkan kepalanya.
"Boleh saya periksa Arin nya buk," pinta bidan karena bunda sedang mendekap sang anak yang tengah pingsan.
Bunda pun menggeser posisi nya, untuk memudahkan Bu bidan memeriksa kondisi sang anak.
Dengan teliti sang bidan memeriksa kondisi tubuh Arin.
Deg....
Bu bidan memandang ke seluruh arah. Bibirnya seakan keluh untuk menjelaskan kepada bunda Arin.
"Bu bidan kenapa anak saya," tanya bunda memastikan.
"Arin ......."
Begitu berat untuk Bu bidan menyampaikan semua ini.
Bersambung......
Nah loh Arin kenapa??
JANGAN LUPA GOYANG JEMPOLNYA, TINGGALKAN JEJAK BERUPA LIKE , RATE BINTANG LIMA YA😅 , KOMEN MAUPUN VOTE BIAR SEMANGAT UPDATE.
MAMPIR JUGA KE CERITAKU YANG LAIN
TERIMAKASIH ATAS DUKUNGAN KALIAN SEMUA
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 192 Episodes
Comments
Bonda Nisya
hebat tak sabar baca selanjutnya
2023-09-30
6
Katherina Ajawaila
ya nasip lah jadi org yg ngk punya ada aja yg suka fitnah.
2023-09-11
0
Oi Min
benih Abraham tumbuh ki
2023-08-29
0