Jantung Alvin sebenarnya berpacu dengan cepat, karena dia baru kali ini bertidak arogan seperti itu.
Alvin menghela napas lega setelah Vargas tidak terlihat lagi, dia menegapkan duduknya dan menatap Furi dan Keysa.
Alvin buka suara " Furi, jangan biarkan Vargas menginjakkan kakinya lagi di Matrix Capital, apa kamu mengerti !"
" Saya mengerti Tuan Moor " ucap Furi sopan.
Alvin kemudian bertanya pada Keysa " apakah ada hal lain yang harus aku lakukan ?, Mumpung aku lagi senggang " ucap Alvin santai.
Keysa menggeleng " Untuk sekarang tidak ada yang perlu di khawatirkan Tuan Moor, karena semuanya baik - baik saja !"
Alvin mengangguk mengerti " Baiklah kalau begitu, antar aku berkeliling sebentar sebelum aku pergi !" Alvin berdiri sambil membetulkan Jasnya.
Keysa mengangguk, dia bergegas membukakan pintu untuk Alvin, sementara Furi mengikuti Alvin dari belakang dengan patuh.
Para Karyawan yang menyaksikan Alvin di kawal langsung oleh Furi, mereka semua sekarang tahu siapa Alvin.
Mereka semua langsung berdiri dan membungkuk hormat, berbeda dengan awal kedatangan Alvin mereka yang terlihat acuh saja.
Alvin hanya tersenyum dan menganggukkan kepalanya untuk menghargai tindakan mereka.
Selepas kepergian Alvin, para Karyawan wanita berbisik - bisik, membicarakan Alvin.
" Astaga !, ternyata Tuan Moor masih sangat muda, aku pikir dia orang tua Botak dengan tubuh yang gemuk !"
" Iya, aku pikir juga seperti itu, tapi ternyata dia sangat tampan, aku rela jika harus tidur dengannya walau hanya semalam saja !"
" Heleh !, kalian ini akan bilang begitu jika melihat semua pria kaya, lebih baik fokus kerja lagi !"
Para Wanita medengus kesal ketika ada karyawan Pria yang menegur mereka, kemudian mereka kembali bekerja lagi.
Setelah berkeliling perusahaan, Alvin kemudian kembali ke Mansionnya, karena menurutnya perusahaan sudah baik - baik saja, jadi dia tidak perlu terlalu ikut campur, di tambah dia juga tidak tahu menahu soal perusahaan.
Alvin pulang dengan senyum puas di wajahnya, dia tidak menyangka jika bisa mempecundangi Vargas yang selama ini menghinanya.
Ketika melihat Mobil Alvin, para penjaga gerbang langsung membukakan pintu, karena mereka sudah tahu persis Roll Royce yang membawa Alvin.
Alvin mengerutkan keningnya ketika ada sebuah Mobil yang terparkir didepan Mansionnya. Dia menghela napas ketika turun dari Mobil, pasalnya dia tahu Mobil tersebut milik Jeni yang di bawa mertuanya.
" Mau apalagi mereka !" gumam Alvin sambil mengepalkan tangannya.
Alvin bergegas masuk kedalam Mansion, terlihat kedua Mertuanya sedang mengobrol dengan Jeni dengan wajah yang berseri - seri.
Jeni yang melihat Alvin sudah pulang, dia bergegas menghampirinya, Jeni langsung merangkul tangan Alvin dengan mesra.
Ibu Jeni terlihat tersenyum melihat tindakan Jeni, dia tidak berusaha memisahkan Jeni lagi dengan Alvin, karena dia sudah mendengar dari Jeni jika Alvin pemilik Matrix Capital.
" Sayang, Ayah dan ibu ingin bicara padamu " ucap Jeni lembut.
Alvin mendengus " Mau bicara apa lagi denganku ?, bukankah aku hanyalah orang yang tidak berguna ?!, Aku capek mau istirahat !" Alvin melepaskan rangkulan Jeni dan berjalan ke kamarnya.
Jeni mau memanggil Alvin tapi dia tahu jika Alvin tidak suka dengan orang tuanya yang selama ini terus menerus menghinanya.
Jeni sadar jika tindakan orang tuanya sudah keterlaluan, jika dia jadi Alvin saja mungkin tidak akan lernah memaafkannya.
Jeni menghampiri kedua orang tuanya, dia menghela napas " Ayah, Ibu, kalian lihat sendiri kan ?, Alvin masih belum bisa menerima kalian, jadi lebih baik Ayah dan Ibu pulang saja, kita bicarakan ini nanti jika suasana Alvin sudah baik " ucal Jeni lembut.
Ibu Jeni tidak terima " Kamu mengusir kami Jeni !, apa kamu lupa jika kami orang tua kamu ! " Ucap Leni dengan Suars keras.
Jeni balik membentak " Ibu !, seharusnya kamu sadar apa yang telah kamu lakukan selama ini pada Alvin !, dan aku tidak berhak mengambil keputusan jika Ayah dan Ibu ingin tinggal disini !, karena ini rumah Alvin !"
Leni berdiri " Kamu berani yah sekarang sama ibu kamu !, Apa kamu mau jadi anak yang Durhaka !" Leni sangat marah dengan Jeni.
Jeni berdiri " Terserah ibu mau berkata apa, aku sudah capek dengan sifat ibu yang seperti ini !, jika saja Alvin tidak datang ke kantor perceraian, bagaimana nasibku ?, aku hanya akan dijadikan pemuas napsu Vargas !, apakah ibu pernah berpikir kesana ?, sekarang aku tidak mau mengulangi kesalahan yang sama, aku ingin hidup bahagia dengan Alvin, silahkan ibu keluar dari sini !" Jeni langsung meninggalkan kedua orang Tuanya.
" Jeni !, kamu berani sekali melawan ibumu !"
" Tunggu jeni !, Ibu belum selesai bicara !"
Leni memanggil - manggil Jeni, tapi Jeni tidak memperdulikannya, dia sudsh membulatkan tekadnya ingin hidup bahagia bersama Alvin tanpa harus direcoki Ibunya.
Alvin yang melihat itu dari Lantai atas bersama Rudi dia tersenyum, karena dia memang ingin menguji Jeni, dia lebih memilih dirinya atau orang Tuanya yang sering bertindak semena - mena.
" Rudi, usir mereka berdua !" perintah Alvin mantap.
" Baik Tuan !" Rudi langsung bergegas menghubungi penjaga gerbang untuk mengusir orang Tua Jeni.
Alvin kembali ke kamarnya sebelum Jeni melihatnya yang sedang mononton pertengkarannya dengan Kedua orang tuanya.
Alvin pura - pura tidak tahu ketika Jebi memasuki kamar, wajah Jeni terlihat sangat lesu, membuat Alvin sedikit cemas.
Tapi Alvin tidak mencoba menegurnya, karena dia ingin agar Jeni menguatkan tekadnya dan tidak mudah di profokasi orang tuanya.
Jeni mendekati Alvin yang sedang melepas pakaiannyakarena mau mandi, Jeni mengulas sebuah senyum dan membantu Alvin.
" Sayang, kamu mau Kopi atau teh hangat ?" tanya Jeni perhatian.
Alvin tersenyum " Apa sajalah, yang penting buatan kamu " jawab Alvin lembut.
Jeni menganggukkan kepalanya " Kamu mandi dulu, aku siapkan teh hangat "
Alvin menganggukan kepalanya, Jeni langsung membuatkan teh hangat untuk Alvin, sementara Alvin ke kamar Mandi.
Kedua orang tua Jeni sedang diseret oleh penjaga gerbang, karena Ibu Jeni tidak maubdi usir baik - baik, jadi mereka terpaksa menyeretnya.
Sementara Ayah Jeni sangat penurut, dia langsung keluar dari Mansion tanpa diseret oleh penjaga.
" Cepat pergi dari sini sebelum kami bertindak lebih kasar lagi !" ucap salah satu penjaga dengan tegas.
Leni meraung " Kalian pikir kalian siapa !?, Nyonya kalian anakku !, kalian seharusnya menghormati aku !" ucap Leni yang masih keras kepala.
" Cepat pergi !" Penjaga tidak peduli dengan ucapan Leni.
Leni mau menjawab lagi, tapi Robert menarik tangannya " Sudahlah, kita pergi dari sini saja "
" Apa kamu bilang !, aku ibunya mana mu..."
Leni belum selesai bicara, Robert membentaknya " Cukup Leni !!, kamu masih bilang kalau kamu ibunya !, tapi kamu selama ini melakukan dia seperti bukan anakmu !, apa kamu sadar jika kamu ini tidak layak di panggil seorang ibu !!"
Leni terkejut karena baru kali ini dia melihat Robert yang begitu marah, biasanya dia hanya akan menurut saja dengannya.
Tapi Robert yang sudah kehilangan kesabaran, dia tidak mampu lagi membendung Emosinya yang sudah membuncah dan akhirnya meluapkannya.
.
.
.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 101 Episodes
Comments
Zainal Patta
dicerita awal penjaga tidak akan buka gerbang kecuali Alvin yang perintahkan kok jadi lain ceritanya
2025-02-08
1
Apud Tahu
penjaga mungkin lupa hee
2025-02-20
0
Chaca Sunday
MC naif
2025-01-29
0