Iris dijemput oleh supir pribadi miliknya dan langsung naik ke atas mobilnya.
"Pak, kita ke rumah Tuan Wijaya dulu. " Perintah Iris.
"Tapi, Tuan meminta untuk selalu membawa pulang Nona. " Ucap Gerard.
Orang orang cenderung mempunyai supir seorang pria paruh baya tapi dirinya berbeda, Iris memiliki seorang pria muda sebagai supir pribadinya.
Gerard baru berusia 24 tahun dan merupakan lulusan S2, tentu saja tidak hanya menjadi seorang supir biasanya melainkan menjadi salah satu asistennya.
Membantunya mencari sesuatu tentang orang lain dan menjaganya juga.
"Nanti Iris telpon Papa. Kak, nanti bantu aku cariin info tentang seseorang ya. " Ucap Iris.
"Jangan panggil seperti itu. " Balas Gerard dengan dingin.
Iris hanya tertawa ringan karena Gerard ini masih muda tapi bertindak begitu kaku seolah olah pria tua.
"Cari tentang Park Lia, dia berteman denganku. " Ucap Iris.
Bahkan tanpa di jelaskan sekalipun, Gerard sudah mengerti dengan arah pembicaraan milik Iris.
"Gerard, kamu sangat cerdas, kamu lulus S2 dalam usia 24 tahun. Kenapa kamu harus menjadi seorang supir pribadi ?" Tanya Iris dengan tidak mengerti.
"Nona tidak akan pernah mengerti. Tuan telah menyelamatkan ku, dengan begitu barulah aku bisa menjadi seperti ini. " Ucap Gerard.
Iris hanya tersenyum tipis dan berpikir bahwa Papanya adalah orang yang sangat pandai dalam memperdaya orang lain.
Bahkan orang pintar seperti Gerard bisa ditundukkan dengan begitu mudah sampai sampai ingin menjadi seorang supir pribadi.
Iris membuka handphone nya dan menatap ke arah chatnya dengan Kak Gala yang telah di blokir.
Lalu menggantinya dengan sebuah kontak bertuliskan 'Tuan George Wijaya'
Jika orang orang membaca handphone Iris maka orang orang akan terkejut karena begitu kaku dan begitu asing nama kontaknya.
Biasanya orang tua dan anak cenderung akan memberikan nama kontak yang unik dan penuh cinta, atau paling tidak nama lengkap.
Tapi , ini dengan embel embel Tuan bahkan terdengar lebih asing lagi. Iris memencet tanda telepon lalu memasang speaker.
"Halo ?" Tanya George.
"Pa, Iris hari ini enggak langsung pulang ke rumah. Mampir ke rumahnya Om Wijaya dulu. " Ucap Iris dengan tenang.
"Kenapa kamu bisa memiliki ide untuk menemui Wijaya ?" Tanya George.
"Papa dan Om Wijaya sudah lama enggak ketemu, Iris mau wakilin Papa untuk ketemu dengan Om Wijaya untuk menjaga hubungan baik dan relasi di antara kedua keluarga. " Jawab Iris.
George tampak berpikir sejenak sebelum akhirnya menjawab permintaan Iris.
"Ya, pergilah. Jangan lupa untuk membawakan sesuatu kepada Wijaya, oh ya jangan terlalu lama. Ayah tahu kalau kamu sebenarnya ingin menemui Galaksi. Galaksi sudah berubah menjadi seorang berandalan, jangan dekat dengannya. " Ucap George.
"Kenapa Papa pikir Iris ingin mencari Kak Gala ? Iris sudah belajar banyak hal dari Papa, tentu saja Iris tahu bahwa membangun relasi adalah hal yang penting. " Balas Iris.
Iris tahu, sejak George sudah memberi peringatan seperti itu maka gerakannya akan semakin terbatas.
Tentu saja Iris harus mencari alasan lain untuk menemui Galaksi, Iris ingin mencari tahu tentang apa yang membuat Galaksi berubah begitu cepat.
"Papa akan bahas hal ini dengan mu nanti !" Ucap George sebelum akhirnya memutuskan sambungan telepon.
Iris tampak terbiasa dengan pemutusan sambungan telepon secara sepihak ini dan genggamannya terhadap handphonenya melemah dan jatuh ke atas jok mobilnya.
Tatapan Iris masih memandang lurus ke depan seolah olah dia telah kehilangan segala jiwanya, Gerard yang melihat ini tampak tidak terganggu.
Karena hal ini adalah hal yang biasa dan tidak mengatakan apapun lagi selain menjalankan mobil, sementara Iris sendiri masih sibuk dengan pikirannya.
'Ada baiknya seperti ini, jika tidak pernah memiliki maka tidak akan pernah merasakan kehilangan. Jika suatu saat mereka memutuskan untuk mengambil jalan masing masing, maka aku akan baik baik saja. ' Pikir Iris.
"Karena ingin memberikan hadiah maka kita harus pergi ke mall terlebih dahulu. " Ucap Iris pada Gerard dan Gerard mengangguk.
Mereka berdua masuk ke mall dan Gerard berjaga di belakang Iris layaknya seorang penjaga pada umumnya.
Semua mata tertuju pada Iris dan Iris dengan santai berjalan masuk kedalam sebuah toko jam yang tampak sepi pengunjung.
Bukan karena tidak laku, tapi karena tidak banyak orang yang bisa masuk kedalam toko ini. Tapi, Iris bahkan tidak di periksa lagi dan langsung dibiarkan masuk kedalam.
"Apa yang diinginkan Nona Iris hari ini ?" Tanya seorang pria berambut hitam tampak berusia pertengahan 20.
Pria itu tampak unik dengan sebuah kacamata yang hanya sebelah, jadi kacamata itu hanya digunakan disebelah mata karena pria ini hanya mengalami kerusakan penglihatan di bagian kanan.
Jadi tidak perlu menggunakan yang sebelah kiri, pria ini sangat tampan dan tampak seperti seorang pria bangsawan.
"Tuan Maxim, anda sudah kembali dari Inggris, hm ?" Tanya Iris.
"Ya, tentu saja untuk melihat kecantikan yang dikatakan nomor satu. " Ucap Maximilian.
"Tuan Maxim telah melebih lebihkan dan membuat Iris tersipu. Hari ini Iris datang untuk membeli hadiah kepada seorang pria. " Ucap Iris dengan terus terang.
"Usia berapa ?"
"Sekitar empat puluhan. " Jawab Iris.
"Apakah dia tinggi dan gagah ?" Tanya Maxim dengan serius.
Iris mengangguk dan Maxim memilih beberapa jam tangan yang sesuai dengan deskripsinya, Iris memandangi jam jam itu.
"Yang ini tampak indah karena ini menggunakan berlian, bukan ? Tapi ini tampak begitu glamour. " Ucap Iris.
Iris berpindah ke yang nomor dua dan kembali. menilai.
"Warna hitam dan warna cokelat tidak terlalu cocok jika dibentuk seperti ini, tidak sesuai dengan seleraku. "
"Yang nomor tiga ini adalah yang paling baik, dengan tinggi dimensi seperti ini membuat semuanya menjadi lebih sempurna. Berwarna hitam gelap dan segi segi yang tajam membuat itu lebih tegas lagi. " Ucap Iris dengan tatapan tajam.
"Pandangan Nona Iris benar benar tiada duanya, melihat benda bagus sejak usia dini membuat Nona Iris bisa menilai semuanya dengan satu pandangan. Memang, dari semua ini, ini adalah yang paling mahal dan paling baru. Aku baru membawanya dari Inggris dan menggunakan besi paling kuat dan ringan di dunia. " Ucap Maxim.
"Bungkus dengan bagus. " Perintah Iris dan menyodorkan kartu berwarna hitam, apalagi jika bukan Blackcard miliknya ?
Maxim menerima itu dan meminta anak buahnya untuk membungkus itu, biasanya orang orang akan dilayani oleh para pelayan di toko ini.
Tapi, ketika menghadapi tamu spesial seperti Iris maka Maxim akan turun tangan secara pribadi untuk melayani tamu spesial ini.
Akhirnya, Iris kembali dengan sebuah tas kecil yang begitu indah dan mewah, sementara Iris memegang nota harga.
Iris pikir harganya akan sangat mahal mengingat bentuknya yang sangat bagus, ternyata lebih murah daripada yang dibayangkan nya.
Dia semula berpikir bahwa itu akan lebih dari seratus juta rupiah tapi ternyata harganya delapan puluh enam juta rupiah.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 66 Episodes
Comments
Anonim • Lika
upp
2022-09-09
0
Lulu
smangat trus kak ❤
2022-09-07
1