Iris menatap sekeliling dan berusaha untuk mencari orang yang dicarinya tapi pada akhirnya kembali dengan tangan kosong.
"Siapa yang kamu cari ?" Tanya George.
"Enggak kok, Pa. Iris cuma lihat sekitar aja dan berusaha hafalin wajah wajah yang ada disini. " Bohong Iris tanpa keraguan.
George tidak bertanya lagi karena sedang berbincang dengan Pelita, Iris juga kembali ke tempat duduknya dan memilih untuk tidak mengurusi urusan orang dewasa lagi.
Ketika acara yang membosankan ini selesai, Iris langsung masuk kedalam kelas barunya dan kursi di sekolah ini dirancang sendiri sendiri sehingga tidak memiliki teman sebangku.
"Halo semuanya, selama pagi, Ibu adalah Bu Lily. Saya telah mengajar disini selama 12 tahun dan sekarang saya akan menjadi wali kelas kalian. " Ucap wanita paruh baya di depan.
"Salam kenal, Bu Lily !" Seru murid kelasnya.
"Sebagai murid X IPA 1 , kalian harus menjadi contoh bagi kelas kelas lain. " Ucap Bu Lily.
Semuanya mengangguk dengan antusias dan Bu Lily menanyakan apakah ada yang ingin ditanyakan.
"Saya mau bertanya , Bu. " Ucap Iris sambil mengangkat tangan.
"Ya, kamu yang disana. " Balas Bu Lily.
"Perkenalkan nama saya Iris, saya mau bertanya, mata pelajaran apa yang Ibu ajar ?" Tanya Iris.
"Oh pertanyaan bagus sekali, saya lupa mengatakannya tadi. Saya adalah guru Fisika, jadi nanti pas pelajaran Fisikan kalian akan diajar oleh saya. " Jawab Bu Lily.
Semuanya berlanjut sampai pemilihan pengurus kelas dan seperti perkiraan, Iris kembali dipilih menjadi seorang Ketua Kelas.
Hal ini sudah terjadi padanya sejak dia sekolah dasar jadi ini tidak heran baginya, ketika istirahat tiba. Iris langsung melarikan diri dan mendekat kearah seorang wanita dengan wajah yang cantik.
"Kak Tata !" Panggil Iris.
"Iris ? Sudah lama banget enggak ketemu kamu, enggak nyangka kamu masuk sini. " Balas wanita yang bernama lengkap Marta itu.
"Iya Kak, kok tadi Iris enggak lihat kak Tata ?" Tanya Iris lagi dengan heran.
"Tadi pagi Kak Tata ada urusan jadi masuknya telat, Kak Tata memang ada dengar sih Papa mu bakal kasih upacara penyambutan, tapi enggak nyangka kamu juga bakal sekolah disini. " Balas Marta dengan terkejut.
"Ohh gitu, kemarin sih memang pengen kasih tahu kak Tata, tapi lupa hehe. " Ucap Iris tanpa rasa bersalah dan terkekeh.
Marta sendiri adalah kakak kelasnya dan juga sering bertemu dengannya di acara acara sosial yang di adakan oleh Ayah Marta.
"Kak Marta ada nomornya Kak Gala gak ?" Tanya Iris.
"Halah kamu tuh, Iris. Sudah Kak Tata duga, enggak mungkin cari Kak Tata kalau enggak ada niat terselubung. "Balas Marta dengan cemberut.
"Eh jangan salah sangka dong, Kak. Kan Iris jadi ikut sedih, ih. Hape Iris kan diganti sama yang baru jadi kehilangan nomor kak Tata dan Kak Gala. " Ucap Iris sambil tertawa kecil.
"Ya udah deh, mana nomor mu nanti kaka chat sekalian kasih nomornya sih Gala. Kamu hati hati ya dengan dia, dia sudah enggak sama lagi kayak dulu. " Ucap Marta serius.
Iris yang mendengarkan hal inipun terkejut dengan kata kata Marta, lalu menatap mata Marta dengan tatapan serius juga.
"Maksud Kak Tata sudah berubah kayak gimana ?" Tanya Iris bingung dan berusaha untuk tetap positif thinking.
"Kamu coba chat dulu deh sih Gala. " Ucap Marta tidak ingin menjelaskan kata katanya.
"Kak Gala belum ada pacar kan ? Takutnya nanti enggak enak kalau aku chat. " Ucap Iris bertanya terlebih dahulu.
"Santai aja sih, kayaknya belum ada pacar. " Balas Marta.
Iris menyebutkan nomor teleponnya dan Marta langsung mengechat Iris lalu mengirimkan nomor telepon Gala.
Baru saja Iris akan menanyakan hal lain , telepon berbunyi dan dan Marta langsung mengangkat panggilan itu.
"Kak Tata pergi dulu ya ? Dicari kakak OSIS yang lain nih. " Ucap Marta sebelum akhirnya berlari pergi.
Iris pun membuka hapenya dan mulai mengechat nomor yang baru saja dikasih oleh Kak Tata.
Tidak berselang lama sebelum akhirnya mendapatkan balasan, Iris tampak agak suram ketika melihat balasannya.
Sampai akhirnya, Iris berakhir dengan diblokir oleh Gala karena Galaksi telah melupakannya dan mengatakan enggak kenal padanya.
Iris tampak kesal tapi tidak bisa mengatakan apapun ketika memikirkan hal ini, apakah selama ini dia telah melebih lebihkan hubungan yang ada di antara mereka.
Iris mengingat sebuah kalimat dari Galaksi yang terus berkesan di dalam hatinya sampai saat ini.
'kalau lo enggak bisa masih ada gue yang bisa bantu lo. '
Setidaknya itu adalah kalimat yang dilontarkan oleh Galaksi 6 tahun lalu, tepat ketika dia kelas tiga.
Tapi, sekarang Galaksi telah melupakannya sementara dia masih hidup dalam bayang bayang kenangan indah masa lalu.
Iris menyenderkan tubuhnya di pembatas lantai dan memejamkan matanya, membiarkan angin pagi meniup rambutnya dengan lembut.
"Iris mau sekalian pergi ke kantin gak ?" Tanya seorang gadis dengan kacamata bulat dan rambut yang terurai.
"Boleh." Balas Iris dengan senyum tipis, berusaha untuk menyingkirkan semua kegundahan yang ada dihatinya pada saat ini.
"Nama kamu siapa ?" Tanya Iris dengan penasaran.
"Eh kamu enggak keberatan kalau aku pake aku kamu kan ?" Tanya Iris.
"Iya, enggak apa apa kok. Aku juga pake gitu, nama aku Park Lia. Aku juga cenderung suka pake aku kamu kok. " Ucap Lia.
"Kamu orang korea ?" Tanya Iris dengan terkejut.
"Iya, Papa ku orang Korea Selatan sementara Mama ku orang Indonesia. " Jawab Lia.
"Ooh, jadi kenapa kamu sekolah disini ? Kan bisa sekolah di Korea ?" Tanya Iris.
"Karena katanya sekolah ini masuk kedalam 10 Sekolah terbaik di dunia, siapa sih yang enggak suka masuk ke Sekolah ini. Paling Papa ku akan repot aja, bolak balik Korea Indonesia. " Ucap Lia dengan enteng.
"Kalau gitu bukannya berat di biaya ya ?" Tanya Iris.
"Enggak juga kan naik Jet pribadi. " Balas Lia tanpa beban.
Sementara Iris terkejut ketika mendengar itu, Lia sendiri bingung kenapa Iris terkejut.
"Kenapa terkejut gitu ? Kamu juga punya kan ?" Tanya Lia.
"Bener sih, cuma agak terkejut aja. " Balas Iris segera menetralkan lagi ekspresinya.
"Ngomong ngomong, Papa kita saling mengenal satu sama lain. Kita juga pernah saling ketemu di acara sosial, cuma saat itu kamu sedang berbincang dengan seorang pria jadi aku enggak berani deketin. " Ucap Lia dengan jujur.
Iris mengangguk dan merasa bahwa bahasa Indonesia Lia cukup lancar walaupun cara bicaranya masih kaku.
Bercampur antara bahasa baku dan bahasa yang sering digunakan sehari hari, sulit untuk tidak mengatakan kata kata baku.
Memberikan banyak pidato di usia ini membuat Iris mau tidak mau terbiasa dengan bahasa yang baku, jadi jangan heran kalau dia agak ketinggalan di bahasa gaul.
...----------------...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 66 Episodes
Comments
komentar terbaik
somplak gilak jet pribadi malah lebih mihil wooiii crazy rich dassaaaarrrr
2023-02-01
0
Lyra
Lanjut tor
2022-09-10
0
Anyaaa
upp
2022-09-09
0