Iris membuka handphonenya yang kebetulan tidak disita oleh Papanya dan melihat bahwa disana hanya ada empat kontak.
Yang pertama adalah George, itu bernama Tuan Besar Alexandra. Begitu asing dan canggung layaknya menamai rekan bisnis.
Yang kedua adalah Nyonya Besar Alexandra, Diana. Sama asingnya dengan nama kontak Papanya.
Yang ketiga adalah Gerrard, hanya Gerrard saja dan yang terakhir adalah milik orang yang disayanginya.
Itu adalah Galaksi, awalnya dia memberikan tanda hati di bagian akhir tapi pada akhirnya mengubah nama tersebut.
Menjadi Galaksi Putra Wijaya, jika Papanya melihat bahwa dia menamai dengan begitu dekat maka Papanya akan kembali mengamuk seperti anjing gila.
Iris membuka buka handphone nya dan menyadari bahwa tidak ada sosial media disana, tapi dia memiliki akun sosial media.
Tentu saja , bukan miliknya karena dikendalikan oleh Diana. Disana ada begitu banyak foto tentangnya dan Diana memperlakukannya seolah olah itu adalah Iris yang menulis setiap postingan itu.
Dan Diana benar benar menikmati setiap pujian yang datang itu dengan penuh kepuasan, setiap ketenaran yang di miliki nya tidak akan pernah cukup.
Diana selalu haus akan reputasi, ingin orang orang hanya memandang dia seorang, Diana adalah orang yang keras kepala sementara George juga sama keras kepalanya.
Hanya dia yang terjepit disini dengan penuh kesedihan, Iris duduk di samping jendela dan memeluk lutut nya sendiri dengan tawa kecil.
Semakin lama, tawa nya menjadi lebih dan lebih liat. Tapi, bukannya terdengar senang tapi tawanya terdengar menyedihkan.
Hanya orang orang yang pernah merasakan bahwa ketika sampai di suatu titik, maka menangis pun sulit.
Hanya bisa tertawa dan tersiksa, Iris bukan pertama kali merasakan ini , lebih tepatnya sudah sering.
Hukuman ini, penuh dengan kesendirian, benar benar dan menyiksa perasaan. Iris duduk disini sambil tertawa tanpa ada yang tahu.
Tidak ada air mata yang mengalir, hanya ada tawa yang keluar dari bibirnya. Iris merenungi semua yang terjadi dan memikirkan sebab akibat.
"Semuanya terjadi karena sebab akibat, entah kenapa aku tidak menyesal karena hal ini. " Ucap Iris dengan senyum tipis dan mulai mengobati dirinya sendiri.
Didi yang baru saja bangun tidur langsung naik ke atas pangkuannya seolah olah tahu semua penderitaannya.
"Hanya kamu yang mengerti diriku, jika kamu seorang manusia maka aku pasti akan menikah denganmu. " Canda Iris dan Didi hanya melilit tubuh Iris.
Didi benar benar penurut jika di depan Iris, Iris telah berhasil merawat Didi dengan baik sampai sampai menjadi begitu penurut.
Iris memberinya makan dan Didi berkedip beberapa kali sebelum akhirnya kembali siap untuk tidur.
"Kamu baru saja makan dan ingin langsung tidur ? Bukankah itu tidak baik, kenapa kamu tidak disini dan mendengarkan ceritaku ?" Tanya Iris sambil menunjuk pangkuannya.
Didi langsung naik ke atas pangkuannya dan melingkar dengan hati hati agar tidak menyakiti nya.
"Apakah kamu tahu bahwa hari ini aku berbicara dengannya secara langsung ? Aku merasa sangat senang dan sedih sekaligus, senang bahwa dia baik baik saja dan sedih karena kami sudah menjadi seasing itu. Kami pernah menjadi teman yang tidak terpisahkan tapi pada akhirnya berakhir seperti ini. " Ucap Iris sambil menggelengkan kepalanya pelan.
"Sekarang, tidak hanya itu, aku bahkan mendapatkan hukuman dari Papa. Bagaimana menurutmu, hm ?" Tanya Iris.
Iris tahu bahwa ular tersebut tidak akan membalas kata katanya hanya merasa bahwa dirinya akan menjadi lebih baik setelah menceritakan masalahnya meskipun tahu bahwa Didi tidak mengerti kata katanya.
"Didi, kamu tidurlah. Aku juga akan tidur. " Ucap Iris.
Didi membuat gerakan mengangguk angguk lalu bergerak menuju tempat tinggal Didi lagi, yaitu kandang yang dibuat oleh Iris.
Sementara itu, Didi sendiri yang menutup pintu kandangnya, benar benar mandiri. Sementara Iris berbaring telungkup.
Bukan karena dia terbiasa melainkan karena dia terpaksa oleh keadaan untuk melakukan ini, bahu dan punggung nya sakit karena pukulan dari George.
Jadi, mau tidak mau dia hanya bisa melakukan ini, Iris tidak masuk sekolah selama satu minggu.
George mengatakan kepada semua orang bahwa itu karena tinjuan yang di dapatkan oleh Iris, pada kenyataannya.
Bukan hal itu yang parah dan melukai Iris melainkan hukuman yang diberikan oleh Iris. Ini adalah hari ketujuh dia tidak masuk sekolah. Iris hanya berbaring di atas ranjangnya dengan malas sebelum akhirnya terdengar suara ketukan pintu kamar yang terdengar dari luar.
"Masuk." Perintah Chang Rui.
Masuklah seorang pelayan yang tidak di ketahui siapa hanya saja tampaknya sudah bekerja selama beberapa bulan belakangan ini.
"Nona muda, anda di panggil oleh Tuan Besar. " Ucap pelayan itu.
Iris hanya berbaring dan tampak tidak peduli dengan kata kata itu lalu melirik ke arah pelayan itu.
"Tolong katakan kepada Papa, punggung Iris sakit dan tidak bisa berjalan. Jika mau membahas sesuatu harus merepotkan Papa datang kemari. " Ucap Iris dengan datar dan tenang.
"Nona muda, tolong jangan membuat pelayan ini kesulitan. " Ucap pelayan itu dengan wajah ingin menangis.
Bagaimanapun, di rumah ini tidak ada yang tidak tahu bahwa George adalah orang yang pemarah. Jika dia menyampaikan ini maka George akan melampiaskan kemarahannya.
Tapi, Iris benar benar tidak peduli dengan hal tersebut dan tetap berbaring di ranjangnya.
"Jika hal ini di sebut menyulitkan, bukankah akan ada rumor di antara orang orang ? Orang orang akan mengatakan bahwa hubungan di antara keluarga tidak harmonis. " Balas Iris.
"Nona muda...... " Bujuk pelayan itu dengan takut.
"Jangan membujuk lagi, pergilah. Aku tidak akan mengatakan hal lain lagi. " Perintah Iris dengan dingin.
Pelayan itu benar benar berharap bahwa dirinya tidak masuk hari ini karena hari ini mungkin adalah hari penuh kesialannya.
Tidak lama, George naik ke lantai dua dan mendorong pintunya tanpa kata kata lain atau bahkan ketukan sekalipun.
"Tuan besar, paling tidak jika ingin membuka kamar seseorang maka harus mengetuk. Itu adalah sopan santun paling dasar, apakah kamu bahkan tidak tahu hal ini ? Tenang saja, aku bisa membagi pengetahuan ku sedikit. " Ucap Iris dengan marah.
"Papa datang kemari karena ingin membicarakan perceraian dengan mama kamu. Kami sudah muak dengan semuanya. " Balas George.
Iris yang sudah mempersiapkan semuanya dengan hati hati dari dulu tapi pada akhirnya ketika mendengar kata kata ini, masih memukul hati nya dengan keras.
Iris benar benar tidak bisa mengatakan hal apapun lagi dan hanya menatap George yang tampak lebih berbinar binar ketika mengatakan bahwa dia akan bercerai.
"Kalau begitu, maka aku mengharapkan kebahagiaan mu di masa depan. " Ucap Iris dengan senyum pahit.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 66 Episodes
Comments
Miyura Rajati
salam kenal othor ..lanjut penasaran bagaimana nasib irish jika papa ama mama nya berpisah..miris bener thor jadi irish..😣😣
2022-09-17
1