Enam Bulan Menikah
“Kenapa kamu menerima perjodohan ini?” Andreas menggenggam erat lenganku. Saat dia mengajakku keluar ke taman belakang. Aku hanya menatap matanya. Tidak lantas memberinya jawaban.
Malam ini keluarganya dan keluargaku mengadakan acara makan malam bersama. Semula aku mengira ini hanya makan malam biasa. Tidak kusangka ini adalah rencana kedua orang tua kami untuk menjodohkan anak-anaknya.
“Malam ini saya selaku ayah dari Andreas ingin meminta kepada Naura anak dari sahabat saya Muis untuk menjadi istri dari putra kami, Andreas. Apa Naura bersedia menjadi menantu kami nak?.” Lelaki yang kutahu ayah dari Andreas menatapku dengan penuh harap. Aku tidak tahu harus menjawab apa. Pernikahan bukan hanya tentang keinginan orang tua tetapi juga penyatuan dua hati yang saling mencintai dalam ikatan sacral. Sedangkan aku dan Andreas…
Senyum terbit di semua wajah yang hadir malam itu namun tidak dengan lelaki yang dijodohkan denganku. Mata hitam pekat miliknya menatap tajam ke arahku. Aku menunduk tidak berani menatap wajahnya.
“Bagaimana Naura?” tanya papa yang duduk di sampingku. Menggenggam erat tanganku dengan lembut.
Kutolehkan wajah kearah lelaki yang sudah membesarkanku dengan baik selama ini. Kupandang dan kulihat wajahnya, ada harapan besar yang terlihat di netra mata tuanya agar aku menerima perjodohan ini. Tanpa menanyakan persetujuan Andreas kuanggukkan kepala sebagai jawaban.
Semua orang merasa lega dengan jawaban yang sudah aku berikan namun tidak dengan Andreas. Lelaki itu bangkit dari duduknya dan seketika menyita perhatian semua orang.
“Maaf saya ingin berbicara dengan Naura sebentar.” tanpa menunggu lama Andreas pun menarik tanganku. Membawaku ke taman belakang rumah.
“Jawab!!! Kenapa kau menyetujui perjodohan kita?” kali ini Andreas bertanya dengan penuh amarah menggenggam kedua lenganku begitu kuat. Aku sedikit kesakitan namun sebisa mungkin aku tahan. Akupun bingung harus menjawab apa. Yang ada aku hanya ingin membahagiakan kedua orang tuaku saja. Lagipula aku juga tidak memiliki kekasih. Tidak ada salahnya aku menerima perjodohan ini juga.
Andreas mendorong tubuhku dengan kasar. Hampir saja membuat tubuhku tersungkur ke lantai . Dadanya naik turun diikuti dengan deru nafas yang dibuang dengan kasar. Terlihat lelaki itu begitu marah dengan keputusanku.
“Apa kau tidak setuju?” kuberanikan diri untuk bertanya padanya.
“Tentu saja tidak bagaimana mungkin aku menikahimu disaat aku memiliki wanita idaman lain.”
Deg
Ada rasa yang tidak biasa yang menghantam jantung naura. Namun setenang mungkin Naura tersenyum untuk menutupi rasa yang tiba-tiba terasa menyesakkan. Sepertinya akan sulit menjalankan pernikahan tanpa cinta.
“Satu tahun.” ucapku dengan kedua sudut bibir yang masih melengkung diwajahku diiringi dengan kepuraanku yang terlihat baik-baik saja.
“Apa?” Andreas masih belum mengerti dengan ucapan Naura.
“Kita menikah kontrak saja selama satu tahun. Kau tinggal bilang sama kekasihmu untuk menunggu selama satu tahun. Dan setelah itu kita bercerai. Nanti akan aku pikirkan alasan apa yang tepat untuk kita berpisah dengan begitu kedua orang tua kita tidak akan curiga. Atau jika menurutmu satu tahun terlalu lama kita bisa mempersingkatnya menjadi enam bulan. Ini kan hanya sebuah perjodohan kita bisa menggunakan alasan tidak cocok untuk berpisah kelak. Bagaimana?”
Andreas tampak berpikir namun sesaat kemudian dia menyetujui ide Naura. “Baiklah enam bulan kurasa cukup.”
“Deal.” kami pun berjabat tangan kemudian masuk kembali ke dalam rumah.
“Andreas, kau tidak berencana menolak perjodohan ini kan?” papa Andreas menatap tajam putranya setelah melihat lengan Naura yang sedikit memerah.
“Ck papa terlalu berburuk sangka padaku.” Andreas kembali duduk di kursi yang sebelumnya dia tempati. Walaupun malas berada disitu namun lelaki itu tetap harus disana. Jika tidak namanya pasti akan dikeluarkan dari kartu keluarga dan ahli waris oleh papanya.
Percuma juga Andreas menolak. Tidak ada yang bisa merubah keputusan papanya itu. Sebelum makan malam ayah Andreas sudah membicarakan hal ini. Seberapa kuat Andreas menolak perjodohan ini tidak akan mengubah apapun. Satu-satunya harapan Andreas adalah Naura. Berharap wanita itu menolak perjodohan konyol ini. Namun harapan tinggallah harapan kenyataannya wanita itu justru menerima perjodohan yang orang tua mereka lakukan.
“Baiklah karena kedua belah pihak sudah setuju maka pernikahan akan diadakan satu bulan lagi.”
Andreas dan aku saling pandang namun tidak membantah ucapan papa. Lagi pula ini tidak akan berlangsung lama. Hanya setengah tahun.
“Besok kalian beli cincin dan fitting baju pengantin sisanya biar kami yang mengurus.” ucap mama Andreas.
“Oh iya satu lagi setelah menikah jangan lupa segera kasih kami cucu.”
“Uhuk-uhuk.” ucapan mama Andreas membuat Naura tersedak.
“Pelan-pelan sayang.” Mama yang duduk disampingku memberikan sehelai tissue sekaligus menepuk-nepuk pelan punggungku.
“Mama sudah tidak sabar ingin menimang cucu.” sambung mama Andreas membayangkan dirinya memiliki cucu seperti teman-teman arisannya yang selalu bercerita tentang cucu-cucu mereka.
“Ma, belum juga menikah sudah minta cucu.” kesal Andreas.
“Makanya cepat kalian menikah.” Andreas mencebikkan bibirnya mendengar kata nikah yang berulang kali terdengar di gendang telinganya.
“Oh ya Naura pernikahan seperti apa yang kamu inginkan?” mama Andreas menatapku dengan lembut.
“Tidak ada tante. Bagi Naura yang penting sah saja sudah cukup.” lagipula pernikahan seperti apa yang aku inginkan jika usia pernikahannya saja sudah kami tentukan.
“Kok masih panggil tante panggil mama sayang biar sama seperti Andreas. Lagipula kamu akan jadi anak mantu kami.”
“Iya Naura mulai sekarang kami adalah orang tuamu juga.” sambung papa Andreas.
“Iya, Ma, Pa.” ucapku sedikit kaku saat mata elang milik Andreas menatapku dengan tatapan yang aneh.
“Kamu juga Andreas mulai malam ini panggil kami mama dan papa sama seperti Naura memanggil kami.” ucapan mama mengalihkan tatapan lelaki itu kepadaku.
“Iya tan, eh mama.” aku tersenyum mendengar Andreas memanggil mamaku dengan sebutan mama. Entahlah rasanya begitu geli di indera pendengaranku.
Ini bukan kali pertama aku bertemu dengan Andreas. Tiga tahun lalu saat masih duduk di kelas tiga SMA papa pernah mengajakku berkunjung ke rumah om Herbowo. Dan saat itu Andreas masih kuliah. Dan sekarang kami malah dijodohkan. Kita tidak tahu jalan takdir kita seperti apa. Mungkin Tuhan tidak mengabulkan keinginan kita tapi Tuhan memberikan yang terbaik untuk kita tanpa kita sadari.
*****
Keesokan harinya
Papa memintaku untuk mengantar dokumen ke perusahaan Herbowo. Tempat dimana Andreas bekerja sebagai CEO disana. Dari arah pintu masuk kulihat calon papa mertuaku baru saja keluar dari pintu lift. Diikuti oleh Andreas dibelakangnya.
“Naura.” Panggilan itu bukan dari Andreas melainkan dari calon papa mertua.
“Pa, Naura diminta papa untuk mengantar dokumen.”
“Ah iya, terima kasih.” kemudian dokumen tersebut diserahkan kepada Andreas.
“Naura langsung pulang ya pa.” pamitku setelah amanah dari papa telah sampai pada pemiliknya.
“Tunggu.” Suara bariton itu bukan berasal dari calon mertuaku tetapi calon suamiku.
“Kalian bicaralah papa ada urusan sebentar.” Papa Andreas pun keluar meninggalkan kami.
Kulihat Andreas menggenggam tanganku membawaku masuk ke dalam lift. Ditekanlah tombol angka 19. Mungkin itu tempat dimana ruangan Andreas berada. Cukup lama tanganku berada dalam genggaman Andreas sebelum akhirnya dia hempaskan setelah sadar dengan apa yang dia lakukan.
Beberapa saat kemudian pintu lift terbuka. Kuikuti langkah kaki Andreas tepat dibelakangnya. Kutabrak tubuh kekarnya saat lelaki itu berhenti secara mendadak.
“Aw, kalo berhenti kasih tanda dong. Sakit tau.” Naura memegangi keningnya yang terasa sakit. Andreas tidak mempedulikan ocehan wanita itu. Fokusnya adalah berbicara dengan sekretarisnya.
“Jangan biarkan siapaun masuk ke ruanganku, SIAPAPUN!!.” titahnya dengan nada tegas tidak terbantah.
“Baik pak.” jawab Melinda ibu anak satu yang merupakan teman kuliah Andreas dulu.
Andreas mengunci pintu begitu mereka berdua masuk. Naura masih berdiri di dekat pintu memandang setiap sudut ruangan yang terlihat luas dan tertata rapi. Andreas segera membuka laci dan mengambil sebuah berkas.
"Tanda Tangan."
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 107 Episodes
Comments
Levha
👍
2024-01-15
0
Rafli Abdullah
lanjut thor
2023-08-19
2
Dewi Sulistyowati
lanjut kak...
2022-09-04
2