“kau yakin menerima perjodohan ini?” tanya Mila sahabat Naura.
Setelah memilih cincin Naura memutuskan untuk pergi ke rumah Mila. Setelah mendapat pesan bahwa sahabatnya itu telah kembali dari Eropa. Lagipula Andreas juga tidak mengantarnya pulang. Entah kemana lelaki itu pergi Naura tidak peduli.
Naura mengangkat kedua bahunya kemudian menjawab pertanyaan Mila.” Entahlah.” ucapnya sambil memakan makanan ringan yang sebelumnya dia beli di supermarket.
“Bukankah dia lelaki yang kamu ceritakan lima tahun lalu?” tanya Mila yang ikut memakan makanan ringan di tangan Naura.
Ya saat masih duduk di bangku menengah atas Naura dan keluarganya berkunjung ke rumah Andreas. Dan untuk pertama kalinya Naura merasa jantungnya berdegub kencang. Menatap seorang lelaki tampan yang bediri di hadapannya. Debaran itu semakin kuat saat Andreas menyentuh kulit tangannya sebagai awal perkenalan mereka. Matanya tidak berkedip memandang ukiran wajah ciptaan Tuhan yang nyaris sempurna.
“Benar.”
“Lalu?” tanya Mila.
“Lalu apa?” jawab Naura acuh.
“Bukankah perjodohan ini sebuah keberuntungan bagimu?”
“Keberuntungan apa jika di hatinya ada wanita lain.” Pikiran Naura menerawang ke belakang mengingat kembali pertemuan dirinya dengan kekasih calon suaminya.
“Apa dia cantik hingga kau begitu insecure?” Mila menatap wajah sahabatnya menanti jawaban atas pertanyaan yang baru saja dia ucapkan.
“Cantik sih.”
“Kok pake sih?” Mila mengerutkan kening.
“Menurutku dia sedikit lebih tua dari Andreas tapi entahlah mungkin hanya karena make up nya saja yang berlebihan.”
“Berarti bisa dong?”
“Bisa apa? Daritadi pertanyaanmu aneh-aneh saja?” Naura merebahkan tubuhnya diatas tempat tidur Mila. Kedua matanya menatap langit-langit kamar Mila. Seolah memiliki sebuah beban disana. Yang tidak bisa dia ceritakan kepada sahabatnya.
Mila pun ikut rebahan disamping Naura. Karena memang tubuhnya terasa lelah setelah menempuh perjalanan beberapa jam untuk kembali ke Indonesia.
“Jangan lupa kosongkan jadwal saat aku menikah nanti.” pinta Naura tanpa menatap sahabatnya.
“Iya-iya kau ini kenapa jadi cerewet sekali.”
Detik berikutnya ponsel Naura berdering. Wanita itu terbangun mengambil ponsel yang dia simpan di dalam tas. Senyum terbit di wajah cantiknya saat membaca nama yang muncul di layar ponsel miliknya. Karena penasaran Mila pun ikut bangkit dari tidurnya.
“Pasti Andreas.” tapi sayang tebakan Mila salah bukan Andreas yang menelepon melainkan pria lain.
“Sok tau.” Naura menggeser icon berwarna hijau untuk menjawab panggilan berupa video call. Setelah terangkat Naura mengubah dari kamera depan menjadi kamera belakang. Sehingga gambar Mila yang terlihat oleh pria itu.
“Halo sweetheart, long time no see. I love you and I miss you so much.” Mila terlihat menjulurkan lidah seolah ingin muntah mendengar ucapan lelaki yang begitu dia kenal. Naura yang melihat reaksi Mila pun tersenyum.
“Dimana kau?” tanya Naura tanpa mengubah arah kamera.
“Dihatimu.” Mila memutar kedua bola mata dengan malas. Merasa ingin muntah saat mendengar gombalan lelaki yang suara begitu membosankan di gendang telinganya.
“Aku serius Ben, dimana kau sekarang? Bulan depan aku akan menikah. Awas saja kalau kau tidak datang!!” Ben adalah teman kuliah Naura yang berbeda jurusan dengan Mila. Namun mereka sering bertemu. Karena Naura selalu mengajak Mila untuk menemani dirinya disaat mengerjakan tugas bersama dengan Ben.
“Uhuk-uhuk.” Ben yang sedang minum disana tersedak mendengar ucapan Naura.
“Seriously.”
“Seriuslah mana ada pernikahan yang tidak serius.” ketus Mila.
“Oh sweetheart kau semakin menggemaskan kalo marah.”
“Uweekkkk.”
“Hahaaaa.” Ben tertawa terbahak-bahak melihat reaksi Mila. Sungguh kebahagiaan tersendiri saat melihat Mila merasa kesal.
“Sepertinya kalian jodoh.” Naura merasa terhibur dengan mereka. Yang satu senang dan yang satu merasa kesal. Terlihat sangat lucu.
“Tidak.” jawab Mila cepat sementara Ben mengamini ucapan Naura.
“Ngomong-ngomong siapa calon suamimu setahuku kau tidak memiliki kekasih?”
“Nanti kau akan tahu saat kau datang ke pernikahanku.”
Diseberang sana terdengar suara ketukan pintu. Itu seekretaris Ben yang memberitahunya untuk rapat sebentar lagi akan dimulai.
“Baiklah aku ada rapat sekarang.”
“Cium jauh dong sweetheart.” tahu maksud Ben, Naura pun mendekatkan ponselnya ke wajah Mila. Kemudian Ben memberikan satu ciuman jarak jauh lewat ponsel.
“Apasih kalian, cium aja harus deket-deket aku.” entah kenapa Mila selalu merasa kesal melihat kemesraan Ben dengan Naura. Walaupun Mila tahu mereka tidak ada hubungan apapun. Tetapi tingkah mereka seperti seorang kekasih yang sedang LDR an.
“Cie cemburu?” ledek Naura yang melihat wajah kesal Mila.
“Ih, najis cemburu sama dia. Enggaklah.”
“Hati-hati lo jangan membenci orang terlalu dalam karena bisa saja besok kau mencintainya.”
“Aku, cinta sama Ben.” Tunjuk Mila pada dirinya. “Ih amit-amit ada juga benci.” sambungnya.
“Benar-benar cinta maksud kan.” lagi-lagi Naura menggoda membuat rona merah muncul di kedua pipi Mila.
“Naura.” kesal Mila
“Iya-iya benci. Benar-benar Cinta.” Naura memperjelas ucapannya di dekat daun telinga Mila kemudian berlari keluar dari kamar Mila sebelum bantal yang Mila pegang melayang mengenai dirinya.
“Naura!!!” teriak Mila. Naura yang dipanggil namanya hanya tersenyum puas sambil berjalan keluar.
“Aku pulang dulu ya, bye.” teriak Naura.
“Dasar.” Mila menggelengkan kepala sebelum akhirnya matanya terpejam karena lelah.
Naura mengendarai mobil dengan kecepatan sedang. Wanita itu melaju tanpa tujuan. Dia merasa sepi di rumah sendiri. Papa dan mamanya pergi ke Singapura tadi siang untuk urusan bisnis. Hampir tiap dua minggu sekali orang tuanya selalu pergi. Entah itu untuk bisnis atau jalan-jalan.
Dua puluh menit menempuh perjalanan tibalah Naura di sebuah hotel berbintang lima di pusat kota. Saat dirinya merasa kesepian Naura selalu seperti ini. Memanjakan diri mencari ketenangan di tempat yang dia suka.
Dari salah satu sudut hotel terlihat sosok laki-laki yang memandang Naura dari kejauhan. Menatap tanpa ekspresi apapun. Kemudian dia pergi dengan kekasihnya menghadiri jamuan makan malam yang diadakan di hotel. Dan tentu saja akan berlanjut di salah satu kamar hotel bersama wanitanya yang sudah dia pesan sebelumnya.
Naura memesan kamar di lantai paling atas. Dan itu membuat dia dapat melihat keindahan kota Jakarta dengan berjuta lampu yang menyala menerangi jalanan.
“Kawin kontrak.” Naura tersenyum sinis mendengar ucapannya sendiri kemudian meminum habis minuman berwarna merah. Yang dia beli di salah satu club malam.
Kesepian, itulah yang dirasakan Naura selama ini. Lahir sebagai anak tunggal membuatnya merasa sendiri terlebih saat kedua orang tuanya melakukan perjalanan bisnis keluar negeri maupun keluar kota. Naura seorang insecure yang suka menyendiri. Tidak memiliki banyak teman. Dan tidak suka banyak bicara. Terlebih suka memendam masalah sendiri. Mila satu-satunya sahabat yang Naura miliki sampai sekarang. Dan juga Ben lelaki yang membuat hidupnya lebih berwarna. Ben bisa membuat Naura tersenyum namun tidak bisa membuat Naura jatuh cinta. Wanita itu sudah menautkan hatinya pada seseorang yang dia cintai dalam diam.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 107 Episodes
Comments
Cunani Anu Mmh
mampir
2024-01-15
0
Rini Musrini
menarik ceritanya
2024-01-15
0
Yusria Mumba
kasiang sekali nasib kamu Naura,
2023-08-04
1