NovelToon NovelToon

Enam Bulan Menikah

Bab 1

“Kenapa kamu menerima perjodohan ini?” Andreas menggenggam erat lenganku. Saat dia mengajakku keluar ke taman belakang. Aku hanya menatap matanya. Tidak lantas memberinya jawaban.

Malam ini keluarganya dan keluargaku mengadakan acara makan malam bersama. Semula aku mengira ini hanya makan malam biasa. Tidak kusangka ini adalah rencana kedua orang tua kami untuk menjodohkan anak-anaknya.

“Malam ini saya selaku ayah dari Andreas ingin meminta kepada Naura anak dari sahabat saya Muis untuk menjadi istri dari putra kami, Andreas. Apa Naura bersedia menjadi menantu kami nak?.” Lelaki yang kutahu ayah dari Andreas menatapku dengan penuh harap. Aku tidak tahu harus menjawab apa. Pernikahan bukan hanya tentang keinginan orang tua tetapi juga penyatuan dua hati yang saling mencintai dalam ikatan sacral. Sedangkan aku dan Andreas…

Senyum terbit di semua wajah yang hadir malam itu namun tidak dengan lelaki yang dijodohkan denganku. Mata hitam pekat miliknya menatap tajam ke arahku. Aku menunduk tidak berani menatap wajahnya.

“Bagaimana Naura?” tanya papa yang duduk di sampingku. Menggenggam erat tanganku dengan lembut.

Kutolehkan wajah kearah lelaki yang sudah membesarkanku dengan baik selama ini. Kupandang dan kulihat wajahnya, ada harapan besar yang terlihat di netra mata tuanya agar aku menerima perjodohan ini. Tanpa menanyakan persetujuan Andreas kuanggukkan kepala sebagai jawaban.

Semua orang merasa lega dengan jawaban yang sudah aku berikan namun tidak dengan Andreas. Lelaki itu bangkit dari duduknya dan seketika menyita perhatian semua orang.

“Maaf saya ingin berbicara dengan Naura sebentar.” tanpa menunggu lama Andreas pun menarik tanganku. Membawaku ke taman belakang rumah.

“Jawab!!! Kenapa kau menyetujui perjodohan kita?” kali ini Andreas bertanya dengan penuh amarah menggenggam kedua lenganku begitu kuat. Aku sedikit kesakitan namun sebisa mungkin aku tahan. Akupun bingung harus menjawab apa. Yang ada aku hanya ingin membahagiakan kedua orang tuaku saja. Lagipula aku juga tidak memiliki kekasih. Tidak ada salahnya aku menerima perjodohan ini juga.

Andreas mendorong tubuhku dengan kasar. Hampir saja membuat tubuhku tersungkur ke lantai . Dadanya naik turun diikuti dengan deru nafas yang dibuang dengan kasar. Terlihat lelaki itu begitu marah dengan keputusanku.

“Apa kau tidak setuju?” kuberanikan diri untuk bertanya padanya.

“Tentu saja tidak bagaimana mungkin aku menikahimu disaat aku memiliki wanita idaman lain.”

Deg

Ada rasa yang tidak biasa yang menghantam jantung naura. Namun setenang mungkin Naura tersenyum untuk menutupi rasa yang tiba-tiba terasa menyesakkan. Sepertinya akan sulit menjalankan pernikahan tanpa cinta.

“Satu tahun.” ucapku dengan kedua sudut bibir yang masih melengkung diwajahku diiringi dengan kepuraanku yang terlihat baik-baik saja.

“Apa?” Andreas masih belum mengerti dengan ucapan Naura.

“Kita menikah kontrak saja selama satu tahun. Kau tinggal bilang sama kekasihmu untuk menunggu selama satu tahun. Dan setelah itu kita bercerai. Nanti akan aku pikirkan alasan apa yang tepat untuk kita berpisah dengan begitu kedua orang tua kita tidak akan curiga. Atau jika menurutmu satu tahun terlalu lama kita bisa mempersingkatnya menjadi enam bulan. Ini kan hanya sebuah perjodohan kita bisa menggunakan alasan tidak cocok untuk berpisah kelak. Bagaimana?”

Andreas tampak berpikir namun sesaat kemudian dia menyetujui ide Naura. “Baiklah enam bulan kurasa cukup.”

“Deal.” kami pun berjabat tangan kemudian masuk kembali ke dalam rumah.

“Andreas, kau tidak berencana menolak perjodohan ini kan?” papa Andreas menatap tajam putranya setelah melihat lengan Naura yang sedikit memerah.

“Ck papa terlalu berburuk sangka padaku.” Andreas kembali duduk di kursi yang sebelumnya dia tempati. Walaupun malas berada disitu namun lelaki itu tetap harus disana. Jika tidak namanya pasti akan dikeluarkan dari kartu keluarga dan ahli waris oleh papanya.

Percuma juga Andreas menolak. Tidak ada yang bisa merubah keputusan papanya itu. Sebelum makan malam ayah Andreas sudah membicarakan hal ini. Seberapa kuat Andreas menolak perjodohan ini tidak akan mengubah apapun. Satu-satunya harapan Andreas adalah Naura. Berharap wanita itu menolak perjodohan konyol ini. Namun harapan tinggallah harapan kenyataannya wanita itu justru menerima perjodohan yang orang tua mereka lakukan.

“Baiklah karena kedua belah pihak sudah setuju maka pernikahan akan diadakan satu bulan lagi.”

Andreas dan aku saling pandang namun tidak membantah ucapan papa. Lagi pula ini tidak akan berlangsung lama. Hanya setengah tahun.

“Besok kalian beli cincin dan fitting baju pengantin sisanya biar kami yang mengurus.” ucap mama Andreas.

“Oh iya satu lagi setelah menikah jangan lupa segera kasih kami cucu.”

“Uhuk-uhuk.” ucapan mama Andreas membuat Naura tersedak.

“Pelan-pelan sayang.” Mama yang duduk disampingku memberikan sehelai tissue sekaligus menepuk-nepuk pelan punggungku.

“Mama sudah tidak sabar ingin menimang cucu.” sambung mama Andreas membayangkan dirinya memiliki cucu seperti teman-teman arisannya yang selalu bercerita tentang cucu-cucu mereka.

“Ma, belum juga menikah sudah minta cucu.” kesal Andreas.

“Makanya cepat kalian menikah.” Andreas mencebikkan bibirnya mendengar kata nikah yang berulang kali terdengar di gendang telinganya.

“Oh ya Naura pernikahan seperti apa yang kamu inginkan?” mama Andreas menatapku dengan lembut.

“Tidak ada tante. Bagi Naura yang penting sah saja sudah cukup.” lagipula pernikahan seperti apa yang aku inginkan jika usia pernikahannya saja sudah kami tentukan.

“Kok masih panggil tante panggil mama sayang biar sama seperti Andreas. Lagipula kamu akan jadi anak mantu kami.”

“Iya Naura mulai sekarang kami adalah orang tuamu juga.” sambung papa Andreas.

“Iya, Ma, Pa.” ucapku sedikit kaku saat mata elang milik Andreas menatapku dengan tatapan yang aneh.

“Kamu juga Andreas mulai malam ini panggil kami mama dan papa sama seperti Naura memanggil kami.” ucapan mama mengalihkan tatapan lelaki itu kepadaku.

“Iya tan, eh mama.” aku tersenyum mendengar Andreas memanggil mamaku dengan sebutan mama. Entahlah rasanya begitu geli di indera pendengaranku.

Ini bukan kali pertama aku bertemu dengan Andreas. Tiga tahun lalu saat masih duduk di kelas tiga SMA papa pernah mengajakku berkunjung ke rumah om Herbowo. Dan saat itu Andreas masih kuliah. Dan sekarang kami malah dijodohkan. Kita tidak tahu jalan takdir kita seperti apa. Mungkin Tuhan tidak mengabulkan keinginan kita tapi Tuhan memberikan yang terbaik untuk kita tanpa kita sadari.

*****

Keesokan harinya

Papa memintaku untuk mengantar dokumen ke perusahaan Herbowo. Tempat dimana Andreas bekerja sebagai CEO disana. Dari arah pintu masuk kulihat calon papa mertuaku baru saja keluar dari pintu lift. Diikuti oleh Andreas dibelakangnya.

“Naura.” Panggilan itu bukan dari Andreas melainkan dari calon papa mertua.

“Pa, Naura diminta papa untuk mengantar dokumen.”

“Ah iya, terima kasih.” kemudian dokumen tersebut diserahkan kepada Andreas.

“Naura langsung pulang ya pa.” pamitku setelah amanah dari papa telah sampai pada pemiliknya.

“Tunggu.” Suara bariton itu bukan berasal dari calon mertuaku tetapi calon suamiku.

“Kalian bicaralah papa ada urusan sebentar.” Papa Andreas pun keluar meninggalkan kami.

Kulihat Andreas menggenggam tanganku membawaku masuk ke dalam lift. Ditekanlah tombol angka 19. Mungkin itu tempat dimana ruangan Andreas berada. Cukup lama tanganku berada dalam genggaman Andreas sebelum akhirnya dia hempaskan setelah sadar dengan apa yang dia lakukan.

Beberapa saat kemudian pintu lift terbuka. Kuikuti langkah kaki Andreas tepat dibelakangnya. Kutabrak tubuh kekarnya saat lelaki itu berhenti secara mendadak.

“Aw, kalo berhenti kasih tanda dong. Sakit tau.” Naura memegangi keningnya yang terasa sakit. Andreas tidak mempedulikan ocehan wanita itu. Fokusnya adalah berbicara dengan sekretarisnya.

“Jangan biarkan siapaun masuk ke ruanganku, SIAPAPUN!!.” titahnya dengan nada tegas tidak terbantah.

“Baik pak.” jawab Melinda ibu anak satu yang merupakan teman kuliah Andreas dulu.

Andreas mengunci pintu begitu mereka berdua masuk. Naura masih berdiri di dekat pintu memandang setiap sudut ruangan yang terlihat luas dan tertata rapi. Andreas segera membuka laci dan mengambil sebuah berkas.

"Tanda Tangan."

Bab 2

“Tanda tangan!”

Naura berjalan mendekat mengambil map yang berisi selembar kertas putih dengan tinta hitam yang berjajar rapi di atas sana membentuk sebuah barisan yang indah. Naura membaca point demi point yang tertera di kontrak pernikahan mereka. Baginya itu hanya sebuah kontrak yang tidak saling menguntungkan dan tidak saling merugikan.

“Ada yang ingin kau tambahkan, apa kompensasinya kurang?” tanya Andreas, Naura hanya menggeleng pelan.

Andreas memberikan pulpen yang sedari tadi dia pegang. Tanpa banyak bertanya Naura membubuhkan tanda tangan di atas materai di pojok kanan bawah.

“Sudah.” Naura memberikan kembali kertas tersebut kepada Andreas namun sebelum itu terlebih dahulu dia mencoret point terakhir yang tertulis bahwa Naura akan menerima kompensasi sebesar 1 M setelah mereka bercerai.

Andreas kembali memasukkan kertas tersebut kedalam map tanpa melihatnya. Merasa sudah tidak ada lagi urusan Naura pun berjalan keluar meninggalkan Andreas. Naura menatap sesosok wanita cantik berambut panjang setinggi dirinya tengah bersiap mengetuk pintu bertepatan saat dirinya membuka pintu. Mungkin dia wanita idaman yang Andreas maksud semalam. Naura berusaha untuk tidak peduli dengan urusan pribadi Andreas.

Wanita itu melewati Naura begitu saja.

“Sayang.” kata itu membuat langkahku terhenti. Kutolehkan kepalaku menatap Andreas yang tengah menatapku juga. Kulihat wanita itu mencium pipi Andreas secara bergantian. Kemudian memeluk manja lengan calon suaminya.

“Siapa dia?” tanya wanita itu saat melihat Naura masih berdiri di dekat pintu.

“Dia calon istriku.”

“Jadi dia wanita itu. Wanita yang dijodohkan denganmu.” wanita itu mendekati Naura kemudian memutarinya melihat dari ujung kaki hingga ujung kepala. Naura hanya diam berdiri di tempat.

“Kau boleh menikah dengan kekasihku tapi hanya enam bulan, setelah itu kalian bercerai karena nyonya Andreas yang sesungguhnya adalah aku.” wanita itu berbisik dengan penuh kesombongan. Naura tersenyum tipis mendengar ucapan dari kekasih calon suaminya.

“Dan satu lagi jangan pernah coba-coba merayu Andreas karena dia tidak akan tergoda oleh wanita sepertimu.” ancamnya sambil menunjuk wajah Naura.

Naura mendekati wanita yang berstatus sebagai kekasih Andreas. Kemudian menepuk pundak wanita itu dan membisikkan sesuatu di dekat daun telinganya. “Kita lihat saja nanti, akan kubuat Andreas jatuh cinta padaku dalam waktu enam bulan.”

“Kau.”

“Andreas jangan lupa siang ini kita ada fitting baju dan memilih cincin.” Naura melambaikan tangan kearah Andreas kemudian wanita itu juga memberikan senyum mengejek pada kekasih Andreas yang sudah dipacarinya selama ini.

“Sayang.” Celine begitu kesal dengan Naura kemudian wanita itu mendekati Andreas dengan gerakan manja dan penuh sensual. Memberikan kesan menggoda seperti yang biasa dia lakukan jika ada maunya. Duduk diatas pangkuan Andreas dan melingkarkan tangan dileher kekasihnya kemudian mencium sekilas bibir Andreas.

“Kamu tidak akan pergi kan dengan wanita itu?” Andreas menatap Celine. Kali ini dia tidak bisa menuruti permintaan Celine.

“Tidak bisa sayang, aku harus pergi kalau tidak kamu tahu kan bagaimana papa.” Celine bertambah kesal dia turun dari pangkuan Andreas mengambil tas yang sempat dia letakkan diatas meja. Kemudian keluar meninggalkan ruangan Andreas. “Menyebalkan.”

Andreas hendak mengejar Celine yang marah. Namun bertepatan dengan itu ponselnya berdering. Andreas pun menggeser icon berwarna hijau dan menempelkan benda pipih tersebut di dekat daun telinganya.

“Halo.”

Setelah menutup pintu ruangan Andreas dengan kasar Celine berhenti beberapa detik di depan pintu berharap Andreas akan mengejarnya seperti biasanya. Namun sayang beberapa menit berlalu tidak terdengar bunyi handle pintu diputar. Itu artinya Andreaas tidak mengejar dirinya.” Sial!! Kenapa dia tidak mengejarku!!!” Celine pun menghentak hentakkan kaki di depan pintu. Membuat Melinda sekretaris Andreas menahan tawa melihat tingkah konyol Celine.

“Apa kamu!!” teriak Celine pada Melinda. Tidak ingin menjadi bahan tawaan sekretaris Andreas, Celine pun memilih untuk pergi meninggalkan perusahaan.

Siang hari

Di salah satu pusat perbelanjaan Andreas dan Naura sudah berada di dalam sebuah butik untuk mencoba baju pengantin mereka. Andreas tidak ambil pusing, dia lebih memilih memainkan ponselnya sambil menunggu Naura yang sedang mencoba beberapa baju.

“Andreas, bagaimana?” Naura berdiri tidak jauh dari tempat Andreas duduk. Merasa dipanggil lelaki itu mengalihkan pandangan dari ponselnya. Menatap wanita dengan ball gown wedding dress berwarna putih dengan belahan dada yang sedikit rendah membuat sesuatu yang padat terlihat sedikit menyembul.

Andreas menatap Naura tanpa berkedip. Kemudian berdehem melonggarkan dasi yang melingkar di lehernya. “Biasa saja.” ucap Andreas datar.

“Jika tuan tidak menyukainya kami memiliki gaun yang lain. Mari nona Anda bisa mencobanya.” ucap pelayan butik dengan ramah.

Naura terdiam dia menunggu jawaban Andreas. Karena sejujurnya dia sangat menyukai gaun yang dia kenakan saat ini.

“Tidak perlu. Bungkus saja yang ini.” Andreas melihat senyum terbit di wajah Naura kemudian menarik salah satu sudut bibirnya.

“Bagaimana kalau yang ini?” tanya Naura pada Andreas memperlihatkan sepasang cincin pernikahan yang baru saja dia lihat di salah satu toko perhiasan yang mereka kunjungi beberapa menit yang lalu.

“Ini limited edition tuan, hanya ada satu di toko kami?”

Andreas melihat sekilas cincin itu kemudian menatap Naura. “Jika suka ambillah.”

“Yess, mbak aku mau yang ini ya.”

“Apa kalian ingin mengukir nama kalian di cincin ini?”

“Boleh”.

”Tidak perlu.” ucap Andreas dan Naura secara bersamaan membuat pelayan toko merasa bingung.

“Ehm, tidak usah mbak.” Naura pun mengalah. Namun terlihat kesedihan di raut wajahnya.

Andreas menghembuskan nafasnya dengan kasar. Dia paling tidak suka dengan situasi seperti ini.”Baiklah ukir nama kami di cincin itu dan tolong cepatlah sedikit. Aku ada meeting sore ini.”

Karena senang Naura pun berhambur memeluk Andreas” Maaf aku hanya terlalu senang.” Naura melerai pelukan mereka. Andreas diam tanpa ekpresi apapun. Wajahnya datar dan sulit ditebak.

“Aku harus kembali ke kantor kau pulanglah naik taksi online.” tanpa menunggu jawaban Naura Andreas pergi meninggalkan calon istrinya itu di mall. Naura menatap punggung Andreas yang mulai menghilang di tengah keramaian orang. Dia tidak boleh bersedih tidak boleh menggunakan hati. Tapi…

“Setidaknya cincin ini akan menjadi kenangan saat kita bercerai nanti.” Itulah sebab kenapa Naura ingin mengukir nama mereka di cincin pernikahan mereka.

*** Restoran jepang ***

Celine terus mengirimi Andreas pesan singkat melalui WA. Dia tidak ingin kekasihnya berlama-lama dengan wanita itu. Dan di restoran jepang inilah kini Celine bersama dengan Andreas.

“Sayang.” panggil Celine lembut.

“Masih marah?” tanya Andreas kemudian menyesap minuman yang baru saja diantar oleh pelayan.

“Tentu saja tidak. Bagaimana aku bisa marah jika kau memberikanku ini.” Celine menyerahkan kembali kartu kredit no limit yang sempat Andreas berikan sebelum lelaki itu pergi dengan Naura.

“Terima kasih. Aku puas hari ini.” ucap Celine menunjukkan barang belanjaannya.

Andreas tersenyum kemudian berucap” Bagaimana denganku? Kau tidak ingin memuaskanku malam ini?”

“Tentu saja aku ingin sayang.” ucap Celine sambil mengedipkan salah satu matanya.

“Bagus, aku akan menjemputmu nanti malam. Puaskan aku malam ini.” bisik Andreas kemudian berlalu pergi meninggalkan Celine yang masih menikmati makanannya.

“Tentu sayang.”

Bab 3

“kau yakin menerima perjodohan ini?” tanya Mila sahabat Naura.

Setelah memilih cincin Naura memutuskan untuk pergi ke rumah Mila. Setelah mendapat pesan bahwa sahabatnya itu telah kembali dari Eropa. Lagipula Andreas juga tidak mengantarnya pulang. Entah kemana lelaki itu pergi Naura tidak peduli.

Naura mengangkat kedua bahunya kemudian menjawab pertanyaan Mila.” Entahlah.” ucapnya sambil memakan makanan ringan yang sebelumnya dia beli di supermarket.

“Bukankah dia lelaki yang kamu ceritakan lima tahun lalu?” tanya Mila yang ikut memakan makanan ringan di tangan Naura.

Ya saat masih duduk di bangku menengah atas Naura dan keluarganya berkunjung ke rumah Andreas. Dan untuk pertama kalinya Naura merasa jantungnya berdegub kencang. Menatap seorang lelaki tampan yang bediri di hadapannya. Debaran itu semakin kuat saat Andreas menyentuh kulit tangannya sebagai awal perkenalan mereka. Matanya tidak berkedip memandang ukiran wajah ciptaan Tuhan yang nyaris sempurna.

“Benar.”

“Lalu?” tanya Mila.

“Lalu apa?” jawab Naura acuh.

“Bukankah perjodohan ini sebuah keberuntungan bagimu?”

“Keberuntungan apa jika di hatinya ada wanita lain.” Pikiran Naura menerawang ke belakang mengingat kembali pertemuan dirinya dengan kekasih calon suaminya.

“Apa dia cantik hingga kau begitu insecure?” Mila menatap wajah sahabatnya menanti jawaban atas pertanyaan yang baru saja dia ucapkan.

“Cantik sih.”

“Kok pake sih?” Mila mengerutkan kening.

“Menurutku dia sedikit lebih tua dari Andreas tapi entahlah mungkin hanya karena make up nya saja yang berlebihan.”

“Berarti bisa dong?”

“Bisa apa? Daritadi pertanyaanmu aneh-aneh saja?” Naura merebahkan tubuhnya diatas tempat tidur Mila. Kedua matanya menatap langit-langit kamar Mila. Seolah memiliki sebuah beban disana. Yang tidak bisa dia ceritakan kepada sahabatnya.

Mila pun ikut rebahan disamping Naura. Karena memang tubuhnya terasa lelah setelah menempuh perjalanan beberapa jam untuk kembali ke Indonesia.

“Jangan lupa kosongkan jadwal saat aku menikah nanti.” pinta Naura tanpa menatap sahabatnya.

“Iya-iya kau ini kenapa jadi cerewet sekali.”

Detik berikutnya ponsel Naura berdering. Wanita itu terbangun mengambil ponsel yang dia simpan di dalam tas. Senyum terbit di wajah cantiknya saat membaca nama yang muncul di layar ponsel miliknya. Karena penasaran Mila pun ikut bangkit dari tidurnya.

“Pasti Andreas.” tapi sayang tebakan Mila salah bukan Andreas yang menelepon melainkan pria lain.

“Sok tau.” Naura menggeser icon berwarna hijau untuk menjawab panggilan berupa video call. Setelah terangkat Naura mengubah dari kamera depan menjadi kamera belakang. Sehingga gambar Mila yang terlihat oleh pria itu.

“Halo sweetheart, long time no see. I love you and I miss you so much.” Mila terlihat menjulurkan lidah seolah ingin muntah mendengar ucapan lelaki yang begitu dia kenal. Naura yang melihat reaksi Mila pun tersenyum.

“Dimana kau?” tanya Naura tanpa mengubah arah kamera.

“Dihatimu.” Mila memutar kedua bola mata dengan malas. Merasa ingin muntah saat mendengar gombalan lelaki yang suara begitu membosankan di gendang telinganya.

“Aku serius Ben, dimana kau sekarang? Bulan depan aku akan menikah. Awas saja kalau kau tidak datang!!” Ben adalah teman kuliah Naura yang berbeda jurusan dengan Mila. Namun mereka sering bertemu. Karena Naura selalu mengajak Mila untuk menemani dirinya disaat mengerjakan tugas bersama dengan Ben.

“Uhuk-uhuk.” Ben yang sedang minum disana tersedak mendengar ucapan Naura.

“Seriously.”

“Seriuslah mana ada pernikahan yang tidak serius.” ketus Mila.

“Oh sweetheart kau semakin menggemaskan kalo marah.”

“Uweekkkk.”

“Hahaaaa.” Ben tertawa terbahak-bahak melihat reaksi Mila. Sungguh kebahagiaan tersendiri saat melihat Mila merasa kesal.

“Sepertinya kalian jodoh.” Naura merasa terhibur dengan mereka. Yang satu senang dan yang satu merasa kesal. Terlihat sangat lucu.

“Tidak.” jawab Mila cepat sementara Ben mengamini ucapan Naura.

“Ngomong-ngomong siapa calon suamimu setahuku kau tidak memiliki kekasih?”

“Nanti kau akan tahu saat kau datang ke pernikahanku.”

Diseberang sana terdengar suara ketukan pintu. Itu seekretaris Ben yang memberitahunya untuk rapat sebentar lagi akan dimulai.

“Baiklah aku ada rapat sekarang.”

“Cium jauh dong sweetheart.” tahu maksud Ben, Naura pun mendekatkan ponselnya ke wajah Mila. Kemudian Ben memberikan satu ciuman jarak jauh lewat ponsel.

“Apasih kalian, cium aja harus deket-deket aku.” entah kenapa Mila selalu merasa kesal melihat kemesraan Ben dengan Naura. Walaupun Mila tahu mereka tidak ada hubungan apapun. Tetapi tingkah mereka seperti seorang kekasih yang sedang LDR an.

“Cie cemburu?” ledek Naura yang melihat wajah kesal Mila.

“Ih, najis cemburu sama dia. Enggaklah.”

“Hati-hati lo jangan membenci orang terlalu dalam karena bisa saja besok kau mencintainya.”

“Aku, cinta sama Ben.” Tunjuk Mila pada dirinya. “Ih amit-amit ada juga benci.” sambungnya.

“Benar-benar cinta maksud kan.” lagi-lagi Naura menggoda membuat rona merah muncul di kedua pipi Mila.

“Naura.” kesal Mila

“Iya-iya benci. Benar-benar Cinta.” Naura memperjelas ucapannya di dekat daun telinga Mila kemudian berlari keluar dari kamar Mila sebelum bantal yang Mila pegang melayang mengenai dirinya.

“Naura!!!” teriak Mila. Naura yang dipanggil namanya hanya tersenyum puas sambil berjalan keluar.

“Aku pulang dulu ya, bye.” teriak Naura.

“Dasar.” Mila menggelengkan kepala sebelum akhirnya matanya terpejam karena lelah.

Naura mengendarai mobil dengan kecepatan sedang. Wanita itu melaju tanpa tujuan. Dia merasa sepi di rumah sendiri. Papa dan mamanya pergi ke Singapura tadi siang untuk urusan bisnis. Hampir tiap dua minggu sekali orang tuanya selalu pergi. Entah itu untuk bisnis atau jalan-jalan.

Dua puluh menit menempuh perjalanan tibalah Naura di sebuah hotel berbintang lima di pusat kota. Saat dirinya merasa kesepian Naura selalu seperti ini. Memanjakan diri mencari ketenangan di tempat yang dia suka.

Dari salah satu sudut hotel terlihat sosok laki-laki yang memandang Naura dari kejauhan. Menatap tanpa ekspresi apapun. Kemudian dia pergi dengan kekasihnya menghadiri jamuan makan malam yang diadakan di hotel. Dan tentu saja akan berlanjut di salah satu kamar hotel bersama wanitanya yang sudah dia pesan sebelumnya.

Naura memesan kamar di lantai paling atas. Dan itu membuat dia dapat melihat keindahan kota Jakarta dengan berjuta lampu yang menyala menerangi jalanan.

“Kawin kontrak.” Naura tersenyum sinis mendengar ucapannya sendiri kemudian meminum habis minuman berwarna merah. Yang dia beli di salah satu club malam.

Kesepian, itulah yang dirasakan Naura selama ini. Lahir sebagai anak tunggal membuatnya merasa sendiri terlebih saat kedua orang tuanya melakukan perjalanan bisnis keluar negeri maupun keluar kota. Naura seorang insecure yang suka menyendiri. Tidak memiliki banyak teman. Dan tidak suka banyak bicara. Terlebih suka memendam masalah sendiri. Mila satu-satunya sahabat yang Naura miliki sampai sekarang. Dan juga Ben lelaki yang membuat hidupnya lebih berwarna. Ben bisa membuat Naura tersenyum namun tidak bisa membuat Naura jatuh cinta. Wanita itu sudah menautkan hatinya pada seseorang yang dia cintai dalam diam.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!