Cahaya matahari yang masuk melalui celah-celah gorden mengusik tidur Andreas. Dia meletakkan telapak tangannya di depan mata untuk menghalangi silau cahaya yang menerpa wajahnya. Kemudian membalik tubuh untuk membelakangi cahaya yang masuk. Meraba-raba tempat tidur untuk mencari ponsel miliknya. Dipencetlah tombol untuk menyalakan layar. Betapa terkejutnya Andreas saat jam digital di ponsel sudah menunjukkan pukul 9.30.
“Sial. Aku kesiangan.” Andreas menyibak selimut mengambil handuk dan masuk ke kamar mandi untuk membersihkan diri.
Lima belas menit berlalu. Lelaki itu sudah rapi dengan celana jeans dan kaos putih polos yang melekat di tubuhnya. Tidak lupa sebuah jam tangan mewah melingkar di pergelangan tangannya. Setelah itu Andreas keluar kamar dengan membawa kunci mobil dan ponsel miliknya.
Drtt drtt
Ponsel Daren bergetar menandakan ada panggilan masuk. Naura melirik sekilas sambil memasukkan satu sendok nasi ke dalam mulutnya.
“Aku angkat dulu ya kak.” Naura mengangguk pelan sambil mengunyah makanan yang ada di dalam rongga mulutnya.
“Kau dimana?” tanya Andreas tanpa basa-basi kepada Daren.
“Aku di hotel kemarin.”
“Baiklah kakak akan kesana sekarang.”
“Tapi kak…” belum selesai Daren berbicara Andreas sudah lebih dulu memutus sambungan telepon mereka.
Daren meletakkan ponsel miliknya diatas meja. Dia melihat Naura yang masih sibuk memakan makanan yang dia pesan sebelumnya.
Naura melihat Daren sedang menatap dirinya. “Kenapa?”
“Kak Andreas sedang dalam perjalanan kemari.” mendengar ucapan adik iparnya Naura menyudahi aktifitas makannya. Dia menyilangkan sendok dan garpu yang sebelumnya dia pakai di atas piring. Meneguk minuman untuk melegakan tenggorokan. Kemudian membersihkan mulut dengan sebuah tisssu.
“Kalau begitu kakak pergi dulu. Nanti biar asisten kakak yang menemui kalian untuk masalah mobil.”
“Tapi kak, apa kakak tidak ingin bertemu dengan kak Andreas?”
“Tidak. Kami akan bertemu di Jakarta nanti.” Naura berdiri menggeser kursi. Sebelum pergi dia berkata “ Tolong jangan beritahu Andreas jika hotel ini milik kakak. Kau bisa kan menjaga rahasia ini?”
Daren terlihat bingung namun dia enggan untuk bertanya. Mungkin karena hubungan yang mereka jalani karena perjodohan jadi belum terbuka satu sama lain. Dan Daren dapat memahami hal itu. Butuh proses untuk bisa menyesuaikan antara satu dengan yang lain.
“Baiklah jika itu yang kakak inginkan.”
“Terima kasih. Kalo begitu kakak pergi. Jika ke Jakarta mampirlah ke rumah kakak.” Daren mengangguk menatap kepergian kakak iparnya dengan rasa yang sedikit iba. Sebab dirinya tahu kakaknya memiliki seorang kekasih.
Mengobrol sebentar dengan Naura membuat Daren dapat menilai wanita seperti apa kakak iparnya itu. Seorang gadis yang sederhana, rendah hati dan pandai menyembunyikan perasaan. Seandainya dia bukan kakak iparnya mungkin Daren akan berjuang untuk mendapatkan wanita itu.
***
Mobil Andreas tiba di hotel Naura. Bertepatan dengan itu mobil Naura pergi meninggalkan hotel. Andreas berdiri di samping pintu mobil saat mobil Naura berpapasan dengan mobilnya. Entah karena memang tidak melihat atau karena terlalu fokus mengemudi Naura tidak melihat kedatangan lelaki yang merupakan suaminya. Pun dengan Andreas tidak menyadari Naura ada di dalam sebuah mobil yang baru saja melewati mobil miliknya sebab lelaki itu sedang membaca pesan yang dikirimkan oleh Daren.
Nabila dan Daren saling curi pandang satu sama lain. Sudah sepuluh menit yang lalu keduanya duduk di ruangan Naura. Nabila tidak terlalu suka dengan Daren. Sebab dua hari yang lalu lelaki itu berkata bahwa kekasih bulenya bukanlah lelaki baik-baik. Dan Nabila tidak mempercayai hal itu.
“Apa?”
“Apa?” sahut Daren yang terlihat lebih santai duduk di sofa sudut ruangan dengan kaki satu bertumpu dengan kaki satunya.
“Dasar aneh.” gerutu Nabila.
“Dasar gadis bodoh.” balas Daren.
“Apa katamu?” Nabila tidak terima Daren mengatainya gadis bodoh.
“Apa kau tuli? Aku bilang kau itu gadis bodoh.” Daren memperjelas ucapannya. Mengangkat sedikit salah satu sudut bibirnya mengejek Nabila.
“Kau.” Nabila mengepalkan tangannya seakan ingin meninju wajah Daren.
“Apa, Mau memukulku. Lebih baik kau pukul saja kekasihmu yang tidak baik itu.” Nabila menghembuskan nafasnya berusaha membuang emosi yang menguasai dirinya.
“Aku tidak tahu kenapa kau berkata bahwa kekasihku bukanlah laki-laki baik. Tapi yang aku tahu kita tidak saling kenal jadi untuk apa kau mencampuri urusanku.”
“Sudahlah aku tidak ingin membahas ini. Sekarang bagaimana nasib mobil sport milikku itu.”
“Milik kakakmu.”
“Ya terserah kau saja.”
“Dasar mengaku-ngaku.”
“Berisik kau.”
Tok tok
“Masuk.”
Ceklek pintu terbuka. Masuklah seorang lelaki dengan setelan casual dan kacamata hitam yang membalut kedua matanya. Nabila dan Daren memandangi langkah tegap pria itu.
“Selamat siang.” Andreas membuka kacamata hitam miliknya kemudian menggantungnya di kaos yang dia pakai. Tepatnya di bawah dagu pria itu.
“Siang tuan.” Hormat Nabila yang dia yakini pasti suami bosnya. Karena sebelum pergi Naura sudah berpesan akan ada lelaki yang akan mencari dirinya untuk meminta pertanggung jawaban mengenai mobil sport yang telah terbakar akibat insiden di hotel ini.
“Apa kau pemilik hotel ini?” tanya Andreas dengan tatapan dingin.
“Muka sih boleh ganteng, tapi tatapannya sungguh menyeramkan.” gumam Nabila dalam hati melihat tatapan tajam mata Andreas ke arahnya.
“Bukan tuan tapi yang berhubungan dengan insiden hotel semua sudah dipercayakan kepada saya.”
Andreas duduk tanpa dipersilahkan. Dia melihat sekeliling ruangan. Tatapannya bertemu dengan adik yang telah meminjam mobil sport miliknya.
“Lalu bagaimana bentuk tanggung jawab kalian?” Andreas menyandarkan badannya pada sandaran kursi. Mengetuk-ngetukan jarinya diatas meja. Menanti jawaban dari orang kepercayaan pemilik hotel.
“Kami akan berusaha mengganti mobil tuan dengan yang sama persis seperti mobil milik tuan yang terbakar.”
“Kapan kalian akan menggantinya?”
“Se-secepatnya tuan.” Nabila terlihat sangat gugup saat menerima intimidasi dari Andreas. Sungguh suami dari bosnya sangat menyeramkan.
“Sudahlah kak. Kakak tidak perlu bersikap seperti itu. Mereka sudah bertanggung jawab dengan baik dalam menangani masalah ini.” Daren yang sedari tadi diam mulai mengeluarkan suaranya saat melihat Nabila mulai tersudut.
“Baiklah.” Andreas bangkit dari duduknya. Bukan untuk pergi melainkan berjalan kearah jendela. Melihat hamparan pantai kute yang terlihat biru dan indah.
Namun dari sana Andreas menyipitkan mata saat seperti melihat seseorang yang dia kenal. Laki-laki itu terburu-buru untuk keluar. Dia ingin menghampiri seseorang itu.
“Daren ini tanggung jawabmu. Kakak tidak mau tahu mobil itu harus beres.” ucap Andreas sebelum menutup pintu tanpa berpamitan kepada Nabila yang terus menatap kearah suami bosnya.
Daren yang penasaran dengan apa yang membuat kakaknya terburu-buru untuk pergi. Memutuskan untuk melihat dari arah jendela yang sama. Dan dari situ terlihat seorang wanita yang sedang terlibat berdebat dengan dua orang lelaki bertubuh tinggi dan putih dengan rambut pirang.
“Sepertinya kepedulian adalah awal dari cinta.” tutur Daren dengan senyum di wajahnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 107 Episodes
Comments
Cunani Anu Mmh
apakah itu naura
2024-01-15
0
Rini Musrini
mudah²am naura yg akan d temui andreas
2024-01-15
0