Andreas duduk di samping ranjang. Dia berusaha menurunkan suhu tubuh Naura dengan cara mengompres kening istrinya. Beberapa menit sekali dia bahkan mengganti air kompresan. Mengecek berkali-kali suhu tubuh Naura dengan menempelkan punggung tangannya pada kening istrinya. Saat panasnya mulai turun Andreas pun merasa kelelahan dan mengantuk. Hingga akhirnya mata mulai terpejam hingga pagi.
Naura terbangun karena merasa tenggorokannya sangat kering dan mulai batuk ringan karena terlalu haus. Kain kompresan terjatuh tepat di pangkuan Naura saat wanita itu mulai bangkit menyandarkan tubuhnya pada sandaran ranjang.
“ini.” Mata Naura menyapu sisi ranjang dimana ada sisa air kompresan dan Andreas yang masih tertidur dengan posisi tengkurap sambil duduk.
Perlahan dia menyingkirkan tangan Andreas yang melingkar di tubuhnya. Kemudian menyibak selimut dan menurunkan kakinya perlahan satu per satu dengan perlahan.
Untung saja gerakan kecil yang dilakukan Naura tidak mengusik tidur Andreas. Naura bahkan membuka handle pintu dengan begitu pelan dan berhati-hati agar decitan suara pintu tidak terdengar di telinga Andreas.
Di dapur Naura meneguk segelas air putih hingga tandas. Dia melihat beberapa masakan masih utuh di dalam lemari pendingin. Bunyi perut membuat Naura harus memanaskan masakan yang mungkin tadi sempat dimasak oleh Andreas.
“Ternyata dia pandai memasak.” Puji Naura saat mencicipi masakan Andreas.
Satu sendok dua sendok masakan mulai masuk ke dalam mulut Naura. Dia tidak bisa berhenti mengunyah. Entah karena dia memang lapar atau mungkin masakannya yang terlalu enak.
Satu piring penuh nasi berhasil dia habiskan sendiri. Hingga suara sendawa dari mulutnya terdengar nyaring pagi itu.
“Ku kira kau pergi kemana.” Naura menoleh ke sumber suara. Ternyata Andreas sudah berada di belakang tubuh Naura. Dia menggeser salah satu kursi kemudian mengambil nasi dan sisa lauk yang ada. Dia pun lapar sebab melewatkan makan malam karena Naura.
“Kau belum makan?”
“Menurutmu?” Andreas bertanya balik tanpa melihat wajah Naura. Dia hanya fokus dengan makanannya saat ini.
“Maaf.” Naura merasa bersalah karena sudah membuat Andreas repot. Hanya untuk merawat dirinya hingga lupa untuk makan.
“Untuk apa minta maaf.” Andreas masih memasukkan satu sendok nasi penuh ke dalam mulut sambil menatap Naura.
“Maaf karena sudah membuatmu repot. Dan terima kasih sudah merawatku.” ucap Naura dengan tulus.
“Aku tidak mau hanya terima kasih.” Naura menautkan kedua alisnya yang hampir menyatu.
“Lalu apa yang harus aku lakukan?”
“Nanti akan aku pikirkan. Kau istirahatlah dulu, jangan lupa minum obat supaya besok sehat dan bisa memenuhi apa yang aku mau.” sudut bibir Andreas terangkat setelah sebuah ide terlintas di pikirannya.
“Baiklah aku akan istirahat.” Naura memegangi jantungnya setelah pintu kamar tertutup. Berdekatan dengan Andreas terlalu lama membuat kesehatan jantungnya terganggu.
Naura terlelap sesaat setelah minum obat yang disediakan oleh Andreas di atas nakas. Tidak berselang lama lelaki itu masuk ke kamar dan ikut merebahkan tubuhnya di dalam selimut yang sama dengan Naura. Karena memang dia sangat lelah dan untungnya ini adalah hari sabtu sehingga kantor libur.
Keesokan paginya
“Kau sudah bangun? Ayo sarapan .” ajak Naura menggeser salah satu kursi di meja makan dan diikuti oleh Andreas.
“Karena bahan makanan habis jadi aku hanya masak nasi goreng.” Andreas tidak membalas ucapan Naura dia langsung memakan nasi goreng yang ada di hadapannya.
Saat suapan pertama lidahnya berhenti mengunyah. Merasakan betapa lezatnya nasi goreng yang baru dia rasakan seenak ini. Melihat ekspresi Andreas seperti itu membuat Naura sedikit khawatir. Mungkinkah rasa nasi goreng buatannya kurang garam atau terlalu banyak garam.
“Apa rasanya aneh? Tapi tadi aku sudah mencicipinya dan rasanya enak menurutku. Kalau kau tidak suka aku akan memesankan makanan untukmu.”
“Tidak perlu. Ini enak.” Naura menghembuskan nafasnya karena merasa lega. Kemudian meletakkan kembali ponsel yang tadi akan dia gunakan untuk memesan makanan online.
Supermarket pusat kota
Disinilah pasangan suami istri itu berada. Setelah selesai sarapan Andreas meminta Naura untuk ikut dengan dirinya. Lelaki itu berpakaian casual dengan jelana jeans dan kaos polos berwarna putih tidak lupa kacamata yang membuat ketampanan lelaki itu menarik perhatian pengunjung wanita disana.
“Hanya belanja untuk apa dia sekeren itu, apa dia ingin tebar pesona disini?” gerutu Naura yang sejak tadi merasa diperhatikan oleh beberapa wanita yang mengagumi ketampanan suaminya.
“Kau mengatakan sesuatu?”
“Tidak.”
“Tapi aku merasa bibirmu daritadi terus bergerak seolah mengatakan sesuatu.”
Naura menghentikan Langkah kakinya menghadap kea rah Andreas. Pandangan matanya menyapu sekeliling agar Andreas melihat situasinya saat ini.
“Kenapa?” tanya Andreas. Lelaki itu merasa biasa saja. Dan membuat Naura semakin bertambah kesal. Dua Langkah kaki mendekatkan tubuhnya dengan Andreas. Memegang kuat lengan Andreas agar dia dapat berbisik tepat di dekat daun telinga suaminya yang tidak peka itu.
“Kau tidak lihat tatapan memuja para gadis disini. Lagipula hanya ke supermarket kenapa harus berdandan sekeren ini!”
“Keren? Apa kaos polos dan celana jeans itu pakaian keren menurutmu?” Andreas balik bertanya karena menurut dirinya apa yang dia pakai biasa saja.
“Benar juga ya.”
“Itu karena aku memang sudah tampan dari lahir.”
“Behhh, percaya diri sekali.”
“Sudah ayo jangan hiraukan mereka.” Andreas memeluk pinggang Naura untuk segera membeli keperluan rumah tangga mereka sehari-hari. Cukup lama berkeliling membuat mereka merasa lapar karena memang sudah waktunya untuk makan siang. Dan mereka memutuskan makan di restoran sekitar supermarket setelah sebelumnya menaruh belanjaan di dalam bagasi mobil.
“Naura.” Andreas dan Naura pun menoleh kea rah sumber suara.
“Daniel.”
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 107 Episodes
Comments
Rini Musrini
siapa tuh daniel
2024-01-15
0
Pei Dadut
lanjutannya mana nih
2023-06-06
2