CH 5

Sejak pertemuan dan pembicaraannya dengan Ray, Bela menjadi tidak fokus dan selalu terbayangkan Ray. Laki-laki yang sudah disakiti tapi entah kenapa seakan Ray bisa menerima semua itu dan yang membuat Bela aneh, Ray sama sekali tidak membahas masalah dirinya yang menjual saham perusahaan.

"Bukankah ini aneh? Kenapa Ray, seperti tidak terjadi apa-apa dengan perusahaannya. Padahal setauku perusahaan keluarganya saat ini sedang diambang kehancuran. Tapi kenapa dia bisa sesantai itu?" gumam Bela.

"Hai.. Sayang, lagi mikirin apa?" tanya Brian mencium yang baru datang dan mencium pipi Bela.

"Hai.. tidak kok, tidak mikir apa-apa," jawab Bela.

"Kamu, sudah lama samapai sini?" tanya bela kembali.

"Cukup lama, untuk bisa memperhatikan, kamu yang seperti orang bingung. Lagi mikirin apa sih?" tanya Brian.

"Tidak ada, ini cuma aku lagi mikir pekerjaan saja," jawab Bela bohong.

"Pekerjaan? Ada apa memangnya? Semua baik-baik saja kan?" tanya Brian.

"Baik, semua baik-baik saja. Oya kamu mau makan apa? Pesan makan dulu saja. Aku sudah lapar," ucap Bela mengalihkan pembicaraan.

Saat ini, dirinya sedang menikmati makan malam dengan Brian tapi hati dan pikirannya masih tidak tenang karena teringat kebaikan Ray.

Sedangkan Ray sendiri, saat ini sedang menunggu Papi nya di rumah sakit, disaat Papi nya sedang berjuang antara hidup dan mati, Mami nya justru sedang sibuk di kantor dan lebih memilih mencari cara untuk menyelamatkan perusahaan yang telah diporak porandakan Bela.

Sebenarnya Ray berharap dengan kejadian ini orang tuanya bisa berubah. Tapi ternyata itu semau belum membuat orang tuanya berubah. Bu Santi bahkan lebih memilih pekerjaan dibandingkan harus menunggu suaminya yang sedang tak berdaya dan tak sadarkan diri.

Klek..

Bu Santi membuka pintu.

"Bagaimana keadaan Papi kamu?" tanya bu Santi yang baru datang.

"Seperti yang Mami lihat, keadaannya Papi masih sama seperti ini." jawab Ray.

"Keadaan keuangan perusahaan sedang tidak baik, ditambah Papi kamu seperti ini. Benar-benar menguras pikiran Mami" ucap Bu Santi menjatuhkan tubuhnya di sofa.

"Mi, harus dengan cara apa Alloh menegur? Cobalah Mami sadar kalau apa yang terjadi dalam diri kita ini bukan tanpa maksud. Termasuk saat Alloh memberi kita sebuah ujian. Itu bukan tanpa maksud Mi. Alloh ingin Mami kembali dekat dengan Alloh dan sesungguhnya hanya Alloh yang mampu memberikan Mami pertolongan,"

"Tau apa kamu? semua yang Mami miliki sampai saat ini, itu karena usaha dan kerja keras Mami dan Papi."

"Sebesar apapun usaha dan kerja keras, jika Alloh tidak merestui semua akan sia-sia. Manusia tidak akan bisa berbuat apa-apa tanpa campur tangan Alloh."

"Iya Ray, sudah ya! Sekarang coba kamu minta kan pada Alloh, agar usaha Mami kembali seperti semua! Jika memang benar apa yang kamu katakan! Doa bisa merubah segalanya, sekarang coba do'akan Mami, agar usaha Mami kembali seperti semula," ucap Bu Santi.

"Astaghfirullahalazim, Mami. Istighfar Mi!"ucap Ray mengelus dadanya.

"Sudah-sudah Mami capek,Ray. jangan tambah beban pikiran Mami. Sebaiknya kamu pulang saja dulu. Biar Papi, Mami yang jaga." ucap Bu Santi.

Ray pun akhirnya mengalah dan pergi karena tidak ingin berdebat dengan Mami nya.

Sesampainya di depan IGD betapa terkejutnya ketika melihat wanita yang keluar dari ambulan dengan menggunakan brankar pasien dalam keadaan tak sadarkan diri dan begitu banyak darah ditubuhnya.

"Bela," gumam Ray tercengang.

Tapi saat Ray akan lari dan mengejarnya, langkah kaki nya terhenti tak kala melihat laki-laki yang ikut turun dari dalam ambulan dan memegangi tangan Bela.

"Apa laki-laki itu..?" gumam Ray.

Ray hanya diam memperhatikan dari jauh dan tak lama setelahnya, Ray. melihat Pak Bobby yang merupakan mertuanya belari menghampiri laki-laki yang berdiri di depan pintu kamar oprasi.

"Bagaimana keadaan Bela?" tanya Pak Bobby.

"Maafkan saya Om, ini salah saya. Bela saat ini sedang menjalani operasi," jawab Brian.

"Oprasi? Apa separah itu kondisi Bela?" Pak Bobby menatap Brian.

Brian hanya diam dan menyesalinya. Karena insiden kecelakaan itu terjadi, saat dirinya sedang berdebat di dalam mobil bersama Bela.

*Flasback*

"Bel, kamu ini kenapa sih sebenernya? Aku yakin pasti ada sesuatu yang kamu sembunyikan. Kita kenal sudah lama. Aku tau bagaimana jika kamu menyembunyikan sesuatu," ucap Brian yang mengendarai mobilnya.

"Maafkan Brian, iya sebenarnya memang sedang ada yang aku pikirkan. Sebenarnya tadi siang Ray datang menemui aku," ucap Bela.

"Suami kamu itu datang? bisa-bisanya hal sebesar ini kamu sembunyikan dari aku," ucap Brian kesal.

"Aku tidak bermaksud menyembunyikan apa-apa dari kamu Bri, aku hanya bingung saja mau cerita dari mana," pungkas Bela.

"Hah.. itu sih bisa-bisanya kamu saja, bilang saja kalau kamu senang kan bertemu dengan suami kamu? Kamu pikir aku bodoh? Aku tau kalau diam-diam kamu menyukai laki-laki itu. Iya kan?" bentak Brian.

"Kamu apa-apaan sih Bri, kenapa jadi kasar seperti ini? Siapa yang suka sama Ray, kalau aku suka sama Ray, kenapa sampai saat ini aku masih sama kamu? Tolong jangan asal kalau bicara ya Bri," ujar Bela.

"Kalau kamu memang tidak suka sama laki-laki yang kamu nikahi itu, kenapa sampai sekarang kamu tidak mengurus perceraian kalian? Kamu bilang menunggu jika kamu sudah bisa menyelamatkan perusahaan Papi kamu, sekarang perusahaan sudah baik-baik saja, bahkan sudah berhasil membuka perusahaan yang jauh lebih besar. Tapi kenapa kalian belum juga cerai? mau menunggu sampai kapan lagi?" ucap Brian dengan nada tinggi.

"Masalahnya, Ray belum mau menceraikan aku. Ya kamu sabar dong Bri!" ucap Bela.

"Apa kamu bilang? Sabar? Kurang sabar apa aku selama ini sama kamu? aku sudah terlalu sabar dengan janji-janji yang kamu buat itu, aku ini laki-laki Bela. Aku juga butuh kepastian. Bukan seperti ini, menjalin hubungan yang tidak jelas dengan istri orang," Brian meluapkan emosi.

"Kamu pikir aku mau seperti ini? Aku juga ingin kita segera menikah, tapi bagaimana lagi. Ray sepertinya sengaja ingin menyikatku dengan status ini agar aku tidak bisa menikah dengan siapa-siapa," ucap Bela.

"Semua tergantung usaha kamu, kalau kamu niat berpisah, tidak ada yang sulit. Kamu bisa menyewa pengacara yang handal. Aku rasa hanya kamu nya saja yang tidak ada niat untuk bercerai," ucap Brian sinis.

"Turunkan aku di sini!" ucap Bela merasa tersinggung dengan semua ucapan Brian.

"Mau ngapain kamu? Jangan aneh-aneh! ini sudah malam dan di sini jauh dari pemukiman." jawab Brian tidak mau menghentikan mobilnya.

"Aku bilang hentikan mobilnya! aku mau turun," teriak Bela kesal tapi Brian tetap tidak perduli.

"Turunkan aku!" ucap Bela meraih setir mobil yang dipegang Brian.

"Bela lepaskan, gila kamu. Kita bisa celaka," teriak Brian.

"Aku bilang hentikan mobilnya," teriak Bela tetep merebut setir mobil, hingga membuat mobil hilang kendali ke kanan dan ke kiri.

"Bela lepaskan tangan kamu Bela! jangan gila kamu Bela," teriak Brian berusaha mengendalikan mobil.

Brrukkkk. .dorr..

Terdengar suara tabrakan yang tidak bisa terhindarkan lagi. Mobil yang Brian dan Bela tumpangi menabrak truk yang sedang melintas dari arah yang berlawanan dan membuat mobil Brian terguling berkali-kali kejalan, beruntung Brian bisa lolos dan terpental dari mobil, hanya ada beberapa luka tapi tidak begitu serius. Berbeda dengan Bela yang mengalami luka cukup serius bahkan saat ini tidak sadarkan diri.

^Happy Reading^

Jangan lupa like, coment, vote dan kasih Poin ya sayang. karena diakhir cerita thor akan ada giveaway bagi lima pemberi dukungan terbanyak. Terimakasih 🙏

Terpopuler

Comments

Adiwaluyo

Adiwaluyo

seru juga

2022-11-11

1

GeGe Fani@🦩⃝ᶠ͢ᵌ™

GeGe Fani@🦩⃝ᶠ͢ᵌ™

semangat 🙏

2022-10-07

1

Yani

Yani

Lanjut thor ttp semangat 💪💪💪❤❤❤

2022-09-05

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!