Pertemuan

Anya pergi membeli beberapa kebutuhan yang sudah habis tentu saja menggunakan uang yang diberikan oleh Denis yang mengerti akan kondisi kesulitan saat ini, dengan membeli beras, telur, mie instan, dan juga roti untuk sarapan pagi sesuai permintaan dari pria itu. 

Di sepanjang perjalanan, dia terus saja merutuki dirinya yang bertemu sial dengan Hendra yang bahkan juga mengatakan kalau Denis adalah seorang buronan yang kabur. Ingin sekali dia menghajar wajah pria itu yang telah menjelek-jelekkan tamunya, namun tak bisa dipungkiri atau diabaikan mengenai pernyataan dari sang mantan kekasih. 

"Aku sangat yakin kalau Hendra hanya iri pada Denis, itu sebabnya dia mencari alasan untuk menjelek-jelekkan orang lain, memangnya siapa yang mau balikan dengan pria seperti dia?" gumam Anya yang segera membayar semua barang belanjaannya, dan berlalu pergi untuk kembali pulang ke rumahnya. 

Sesampainya di rumah, Denis melihat raut wajah Anya yang sangat bimbang. Dia melihat dengan seksama, dan bertanya di dalam hatinya apa yang sebenarnya terjadi pada gadis itu. Tapi, dia memilih untuk diam saja dan membiarkan gadis itu mengatakannya lebih dulu. 

Anya pergi ke dapur dan melihat persediaan makanan mereka sudah habis, kembali mengisi dengan uang yang diberikan Denis padanya. "Sepertinya aku harus bekerja seharian untuk kebutuhan harian." Gumamnya yang ingin mencari pekerjaan yang bisa menerimanya. "Aku harus mengambil shift malam, uang tabunganku sudah habis."

Tanpa disadari Anya, Denis sedari tadi mendengar dengan jelas. Dia berdiri di sebalik tembok dengan raut wajah yang sedih, apalagi gadis itu sudah banyak membantunya. "Kasihan sekali, dia selalu saja makan telur dan juga mie instan, mana ada gizi yang terpenuhi." Ucapnya di dalam hati dan pergi dari persembunyiannya. 

"Aku harus membantunya," tekad Denis penuh keyakinan. 

Anya duduk termenung di teras rumah, bahkan tak mengindahkan sapaan dari ibu-ibu yang berlalu lalang. kedua tangan yang membingkai wajah dan juga sebagai tumpuan kepalanya, entah apa yang dipikirkan.

Sebenarnya Anya sangat merindukan kedua orang tuanya, tapi keegoisan di dalam hati membuatnya keras dan mencoba mengalihkan faktanya. Denis masih mengintip di jendela, dan menghampiri gadis itu untuk bertanya. 

"Kenapa selepas pulang dari warung kau selalu saja murung, apa ada yang mengganggumu?" Denis duduk di sebelah Anya, meliriknya agar lebih terbuka lagi. 

"Bukan apa-apa." 

"Benarkah? Jangan berbohong, walaupun aku baru mengenalmu, tapi aku sudah memahami karakter mu. Ada apa?" 

"Sudahlah, kau tak perlu tahu."

"Kau merindukan keluargamu?" terka Denis.

"Tidak, aku tadi bertemu dengan Hendra."

"Apa dia menyakitimu? Apa dia yang menyebabkanmu begini? Katakan padaku!" tekan Denis kesal, dia sangat tidak bisa melihat Anya berubah menjadi pendiam.

"Tidak, aku tidak apa-apa. Hanya saja dia mengatakan sesuatu yang membuatku bingung." Jelas Anya yang masih mengingat perkataan Hendra.

"Dia bilang apa padamu?"

"Dia mengatakan kalau segerombol pria mencarimu, mengenai lokasinya aku tidak tahu. Aku sangat kesal saat dia mengatakan kalau kau menjadi buronan mereka, itu sebabnya aku tidak akan percaya." Terang Anya yang cemberut. 

Sontak Denis terdiam mencerna perkataan Anya, dia terkejut saat ada yang mencarinya dan itu artinya dia menjadi target. "Siapa mereka? Apa mereka lawan atau kawan?" pikirnya. 

"Lalu? Apa dia mengatakan hal lain lagi?" 

"Hendra hanya mengatakan itu saja, selebihnya aku tidak tahu."

"Siapa mereka? Kalau pihak lawan maka nyawaku terancam." Pikir Denis yang mulai waspada, hingga kecemasannya terlihat jelas oleh Anya. 

"Kau kenapa terlihat sangat cemas? Apa kau sudah kembali mendapatkan ingatanmu?" Anya sangat heran dengan Denis yang begitu gugup, dia mulai merasakan ada yang aneh dan saling bersangkut paut. "Apa yang di katakan Hendra itu benar? Dia seorang buronan?" gumamnya di dalam hati.

"Sepertinya Anya mulai meragukanku, ck siapa yang bermain-main dengan Delano Zack?" Denis sangat kesal pada beberapa pria yang di temui oleh Hendra, tentu saja dia tidak akan tinggal diam dan mencari tahu siapa itu. Berharap kalau itu dari pihaknya, yang mencarinya hingga ke sini. Dia segera memeluk gadis itu untuk mendapatkan posisi yang aman, karena dirinya masih di curigai. "Kau tenanglah, aku juga tidak mengenal mereka. Bisa saja itu hanya akal-akalan Hendra untuk menjauhkanmu dariku." 

"Ya, kau berkata benar. Dia membujukku untuk balikan lagi, tapi aku menolaknya, mungkin dia merasa iri dengan mu. Apa kau bisa melepaskan pelukan ini? Membuatku terasa sesak!" sentak Anya yang memberontak. 

"Ini sangatlah nyaman, sebentar saja." 

"Denis, lepaskan pelukan ini atau aku berteriak memanggil semua orang." Ancam Anya.

"Lakukan saja, paling beberapa orang datang untuk mengarak kita dan menikahi kita. Bukankah itu sangat menyenangkan, kau akan menjadi istriku setelah menikah dadakan." Jawab Denis dengan santai. 

"Astaga…sudah lama kau tidak mencari perkara denganku, sekarang kau mulai berulah lagi." 

"Karena aku merindukan suara melengking mu yang memenuhi seluruh ruangan, bagai sayur tanpa garam." 

"Kau ini, cepat lepaskan aku!" 

"Baiklah, dengan satu syarat." 

"Syarat?" 

"Yap, kau harus menciumku dulu!" 

Seketika itu pula Anya memelototi kedua mata, hampir saja keluar dari tempatnya. Dia sangat kesal dengan Denis yang mengambil kesempatan di dalam kesempitan. 

Bukan Anya namanya kalau tidak bisa melepaskan diri dari pelukan pria tampan itu, dengan sengaja dia mencubit pinggang Denis hampir seratus delapan puluh derajat membuat sang empunya meringis kesakitan. 

"Auh, kenapa kau mencubitku?" 

"Itu karena kau memelukku seenaknya, memangnya kau siapa?" 

"Aku calon suamimu!" tega Denis yang mengklaim. 

"Setidaknya bangunlah dari mimpimu itu, khayalanmu terlalu tinggi. Bagaimana kalau kau mempunyai seorang istri dan anak, atau kekasih, bisa jadi tunangan." 

Denis melepaskan pelukan itu, untuk memberikan ruang agar gadis itu tidak merasa sesak. "Wow, itu artinya kau mempunyai perasaan denganku. Benar begitu?" 

"Itu tidak benar, jangan salah menduga Tuan!" 

"Hah, terserah. Aku pergi dulu!" ucap Denis pergi meninggalkan Anya. 

Keesokan harinya, Denis meminta izin kepada pemilik swalayan. Beruntung kalau wanita gendut itu memberikannya izin, ketampanan membuat hidupnya sedikit mudah. 

Kini dia menyelinap keluar tanpa di ketahui oleh Anya, dimana dia mencoba untuk mencari tahu siapa segerombolan pria yang mencarinya. Tak sengaja dia berpapasan dengan dengan seorang pria yang sedang menelepon, dan terjadilah pertemuan tak terduga. 

"Maaf, aku tidak sengaja menabrak anda!" ucap pria itu yang ingin terburu-buru. 

"Aku juga bersalah, maaf!" Denis mendengar suara yang seakan sangat dikenalnya, hingga keduanya saling mendongakkan kepala.

Betapa terkejutnya Denis dan pria itu saat mereka dipertemukan di keadaan yang sangat tepat. 

"Tuan Delano?"

"Asisten Bima?" 

Keduanya saling berpelukan erat, melepaskan kerinduan hati. "Syukurlah, ternyata anda selamat dan baik-baik saja. Saya sudah mencari Tuan kemana-mana dan menemukan petunjuk akhir di desa ini." 

"Jadi segerombolan pria yang mencariku adalah ulahmu?" 

"Benar Tuan."

"Sial, kau menakutiku." 

Terpopuler

Comments

nur

nur

lagii thor. seruu

2022-09-23

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!