Kejutan

Denis berharap kalau Hendra tidak datang lagi ke sana atau hanya akan menimbulkan luka di hati Anya. 

"Pria itu seperti benalu saja, mengapa Anya dulu bisa terjebak dari preman itu?" gumamnya yang bertanya-tanya mengenai hubungan konyol sang pemilik rumah. Membayangkannya saja dia merasa pria itu sangatlah menjijik, hanya bermodalkan cinta dan juga rayuan saja membuat gadis yang mulai dia cintai bisa terjebak.

"Apakah sesederhana itu untuk mendapatkan cinta dari Anya?" 

"Makanan sudah siap, ayo keluarlah!" celetuk Anya yang membuka pintu kamar, membawa semangkuk bubur untuk Denis yang melamun. "Kau melamun? Apa yang sakit?" tanya nya yang sangat khawatir, meletakkan semangkuk bubur dan memeriksa kepala pria itu, takut terjadi apa-apa.

"Ada apa denganmu? Aku baik-baik saja." 

"Benarkah? Lalu mengapa kau diam saja, aku pikir kau sudah tiada." Ujar Anya dengan santai, dia berpura-pura menggoda pria itu. 

"Kau mendoakan ku mati?" cetus Denis yang menoleh dengan kesal.

"Andai saja bisa begitu, tapi dia terlalu tampan untuk mati cepat." Lirih Anya yang masih terdengar sampai ke telinga Denis. 

"Oho, kau mencoba untuk menggodaku ya." Denis tersenyum dan menggelitik gadis itu, kedua tertawa bahagia dalam momen sederhana. Bahagia tidak akan bisa dibeli dengan berapapun jumlahnya, hanya di dapat dari hal-hal sederhana yang membuat keduanya sangat dekat. 

Terjadi kontak mata di antara keduanya yang cukup lama, terbuai dengan desiran keduanya yang tak ingin itu berlaku dengan cepat. Denis memiringkan kepala dan tangannya yang sudah menyelinap ke tengkuk gadis itu, perlahan dia mendekatkan wajahnya dan menempelkan bibirnya. awalnya Anya terdiam, tapi tak menyulut niatnya untuk mencium gadis yang membuatnya jatuh cinta. 

Seakan mendapatkan lampu hijau, Denis langsung menancap gas dengan mencium dan ******* bibie merah merekah yang ada di hadapannya, menciumnya dengan sangat lembut, mengabsen satu persatu deretan gigi dan menyesap bibir indah dengan sangat lembut. Lidah yang mulai bergerilya masuk ke dalam mulut, menikmati setiap ciuman yang penuh gairah di antara keduanya. Membakar sesuatu di dalam sana membuat jiwa laki-laki ingin melakukan hal yang lebih dari pada itu. 

Ingin sekali Denis melakukannya, tapi dirinya akan menjaga Anya dan akan menyentuhnya setelah mereka menikah. Suasana hening dan sunyi, keduanya masih menikmati ciuman panas hingga tak sadar bibir gadis itu yang membengkak karena ulahnya. 

Anya tersadar dan segera menghentikan ciuman itu, dia tidak ingin akan terjadinya hal-hal yang tidak diinginkan, apalagi dia merasakan sesuatu dibawah sana seakan ingin memberontak. Dengan cepat dia menyeka air liur yang masih menempel di bibirnya, sangat malu saat mengingat bagaimana Denis menciumnya penuh gairah.

"Apakah aku bisa seperti ini setelah dia mengetahui identitasku?" ucap Denis di dalam hatinya, semoga saja terbongkarnya identitas akan membuat hubungan mereka tidak akan berubah sedikitpun. 

"Makanlah buburnya, aku pergi dulu!" Anya berlalu pergi karena tak ingin kalahmu dirinya jatuh dalam pesona pria tampan itu, apalagi posisinya saat ini yang belum pasti. Anya menyentuh bibirnya dan bisa merasakan bengkak di bagian bibir atas, dia sudah merasakan jatuh cinta pada pria yang pernah diselamatkan yang hanyut di sungai. "Bagaimana kalau dia sudah mempunyai pasangan? Dan aku? Apa yang aku dapatkan mencintai pasangan orang lain?" itulah yang ada di pikirannya, selalu saja berputar dan menari-nari hingga akhirnya dia menyerah memikirkan praduga yang belum tentu terjadi. 

Denis memakan bubur buatan Anya hingga habis, berjalan keluar ingin mengantarkan mangkuk kosong ke dapur. Tapi dia melihat gadis itu yang sudah terlelap tidur di sofa membuatnya tak tega. "Pasti tubuhnya sangat sakit, sebaiknya aku pindahkan saja dia ke kamar." 

Denis alias Delano menggendong Anya ala bridal style menuju kamar, dia meletakkannya dengan penuh hati-hati ke atas ranjang yang berukuran sangat kecil. Dia berinisiatif untuk memindahkan sofa ke kamar dan bisa tidur lebih leluasa memeluk gadis itu tanpa memikirkan sempit. "Nah, ini baru benar." Yap, dia mengambil kesempatan tidur memeluk gadis itu, melingkarkan tangan di pinggang ramping dan mencium aroma tubuh yang sangat membuatnya kecanduan. Menyunggingkan senyuman dan menikmatinya tanpa memikirkan apa yang akan dipikirkan oleh orang lain.

Keesokan harinya, Anya membuka mata karena merasakan sesuatu yang berat menimpa pinggangnya, rasa sesak itulah yang membuatnya bangun. Betapa terkejutnya dia saat melihat tangan kekar dan mendengar suara dengkuran halus, melihat sang pelaku yang tak lain Denis. 

"Denis, apa yang kau lakukan?" 

"Hem." Jawab Denis dengan deheman saja.

"Dia ini tidur atau mati?" gerutu Anya yang menjauhkan tangan dan juga kaki pria itu, Denis memperlakukannya layaknya bantal guling yang sangat hangat. 

Anya telah bersiap-siap untuk pergi bekerja, Denis yang melihat hal itu membuatnya sangat bersedih, apalagi gadis itu berniat pergi secara diam-diam saat dia masih terlelap tidur. 

"Kau mau kemana?" 

"Tentu saja bekerja, aku tidak ingin dipecat." 

"Lalu, bagaimana denganku?" ucap Denis dengan nada manja. 

"Eh, ada apa denganmu sebenarnya? Kenapa kau sangat manja? Bukankah ini sudah menjadi rutinitasku, dan kamu tahu akan hal itu. "Jangan menggangguku!" Anya tak ingin kalau dia terus saja mengambil cuti selang seling di rumah, apalagi dia membutuhkan pundi-pundi rupiah untuk bertahan hidup. 

"Ayolah, cutilah hari ini." 

"Maaf Denis, tapi aku tidak bisa. Kalau aku libur dan aku dipecat, mau makan apa? Hidup sangat keras, tak kerja maka tak makan. Sudahlah, aku harus pergi!" 

Denis tersentuh dengan kemandirian Anya yang sangat berbeda dari kebanyakan wanita yang pernah ditemui, dia sangat terkesan dan sekali lagi menjadi nilai plus karena sangat cocok dengan kriteria seorang istri idaman yang dia inginkan.

"Baiklah, kau boleh pergi. Berjanjilah kau akan pulang lebih cepat, aku sangat takut disini." 

"Dasar pria payah, potong saja anu-mu kalau masih takut." Ledek Anya yang menggelengkan kepala.

"Kalau di potong, bagaimana aku bisa memuaskanmu di ranjang?" celetuk Denis yang begitu intim, pembicaraan yang begitu ambigu membuat pipi Anya memanas. 

"Mungkin saja ada yang bermasalah di bagian otaknya," batin Anya yang berlari keluar dari tempat itu menuju ke tempat kerja. 

Di sore hari..

Denis berinisiatif memasak untuk menyambut kepulangan Anya, dia membeli bahan terlebih dahulu dan mulai memasak. 

Anya yang baru saja membuka pintu disuguhkan dengan aroma masakan yang membuatnya semakin lapar, melihat makanan di atas meja dan juga pria tampan yang tersenyum ke arahnya. "Kau pasti lapar, ayo makan semua ini!" 

Anya langsung melahap makanan yang membuatnya sangat lapar, dia sangat menyukai makanan buatan Denis yang bahkan lebih lezat dibandingkan masakannya. "Masakanmu sangat lezat sekali." 

"Habiskan kalau kau suka." 

  

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!