Apa kau cemburu, Nona?

Anya menahan kekesalannya di saat bos swalayan memanggilnya untuk datang ke ruangan, sedikit ada rasa amarah yang tidak dia tunjukkan pada wanita paruh baya yang menyandang status janda di hadapannya. Kedua mata yang melototi nya membuat jantungnya seakan berdetak dengan cepat, bukan karena jatuh cinta melainkan takut akan pekerjaannya yang bisa dipenggal oleh wanita paruh baya pemilik dari swalayan. 

"Apa begitu sulit untuk mengajari anak baru?" 

Anya yang masih menghormati wanita paruh baya itu tidak berani menatap mata karena takut dirinya akan diterkam hidup-hidup.

"Kenapa kamu diam saja? Kenapa kau tidak mengajari Denis dengan benar?" sentak wanita paruh baya yang meninggikan intonasi nada suaranya, dan tanpa menyadari air liur yang terciprat mengenai wajah bawahannya itu. 

"Astaga…padahal aku dari rumah sudah mandi, tetapi masih saja diguyur air hujan lokal." Tentu saja perkataan itu tersimpan di dalam hati tidak ingin membuat wanita paruh baya dengan ukuran tubuh yang bahkan tiga kali lipat dari tubuhnya, memikirkan kalau dirinya digelinding oleh bola bowling. 

"Saya ini sedang marah, tetapi kau sepertinya menyukai kemarahan saya dengan menahan tawa." Tegas wanita paruh baya yang bernama Mita.

"Maafkan saya Bu, tapi kedepannya akan mencoba lebih baik lagi." 

"Kau gadis yang beruntung, karena sudah bekerja bertahun-tahun denganku. Selama ini kau selalu membuat aku bangga dengan keuletan mu, tetapi kali ini aku sangat kecewa. Kedepannya kau harus mengajari Denis dengan benar atau kau tidak akan berada di sini lagi." 

"Baik Bu, akan saya usahakan."

"Bukan saja usaha, tetapi aku membutuhkan bukti." 

"Baik, Bu."

"Hem, pergilah dan selesaikan pekerjaanmu!" 

Anya segera menganggukkan kepala, melangkahkan kakinya keluar dari ruangan Bos dengan mulut yang berkomat-kamit seperti membacakan mantra. Ya, di sepanjang langkah kakinya dia mengumpati Denis yang bisa berbahaya untuk pekerjaan yang dirintis menjadi seorang karyawan biasa. 

"Kenapa bu Mita memanggilmu? Pasti dia memberimu bonus karena sudah mengajariku." Celetuk Kiki yang tersenyum lebar. 

"Bonus gundulmu, pekerjaanku dipertaruhkan karena anak baru itu." Geram Anya yang sangat kesal karena Denis hanya menimbulkan masalah baru baginya. Kiki terkekeh mendengar keluhan dari sahabatnya, segera melanjutkan pekerjaan untuk mengamankan posisi. 

Di saat jam makan siang, Anya membuka kotak makan siangnya dan makan seorang diri. Istirahat yang secara bergantian membuatnya dan Kiki harus membagi waktu. Wajah rupawan yang dimiliki Denis cukup membuat pria itu begitu beruntung, bisa beristirahat lebih dulu dan menghampiri gadis cantik yang menikmati waktu makan siang. 

"Hai, apa aku boleh bergabung?" sapa Denis yang duduk di sebelah Anya sambil mengulas senyum di wajahnya.  

"Apa kau perlu menanyakan hal itu? Tanpa disuruh pun kau sudah duduk di sebelahku." Ketus Anya masih kesal pada pria di sebelahnya.

Denis terkekeh karena sudah mulai terbiasa dengan ketusan dari gadis itu, yang bisa dihitung jari dengan ucapan ramah yang dia terima. Perutnya yang keroncongan segera membuka kotak bekal makan siang yang dipersiapkan oleh gadis itu untuknya, hanya ada mie goreng instan menjadi penahan lapar saat ini. "Apa ini?" tanyanya yang mendongakkan kepala karena baru pertama kali melihat makanan yang persis seperti cacing. 

"Itu mie instan rasa ayam kecap, kau cobalah itu sangat enak."

Denis mengambil satu mie instan yang ada di kotak bekal makan siangnya dan mengangkatnya tinggi, menyerngitkan dahi baru pertama kali melihat makanan itu. "Apa kau yakin ini bisa dimakan? tidak jauh berbeda dengan cacing."

"Aku tidak punya uang lagi untuk membeli makanan, hanya itu yang ada makanlah kalau kau ingin makan atau bekerja dengan perut kosong." Anya menyuapi mulutnya dengan mie instan yang sudah kaku karena dingin. Dia makan dengan begitu lahap, membuat selera Denis yang juga ikut menyerbu menyantap makanan yang terasa aneh di lidahnya. 

"Apa kau makan makanan seperti ini di setiap akhir bulan?" 

"Hanya itu yang murah, terkadang aku memasak telur ceplok atau di dadar. Makan dengan nasi hangat sangatlah nikmat, sedikit tambahan sambal menjadi lebih mantap." Anya menjelaskan dengan senyuman di wajah, tidak ada kata mengeluh di dalam kamusnya mengenai soal makanan, menyantap apa saja selagi itu dari hasil keringatnya sendiri. 

Denis terdiam, walaupun dia tidak mengingat siapa dirinya tapi dia cukup bersyukur bisa bertemu dengan gadis yang baik hati seperti Anya. Walaupun gadis itu terlihat galak di luar, namun lembut di hati dan juga gadis yang tangguh, menjalani kehidupan dengan bekerja keras. 

"Slogan ku hanya satu, bekerja keras menjadi jalan takdirku. Tidak kerja maka tidak makan, hidup yang begitu kejam memaksaku melakukan semua ini. Semenjak kematian kedua orang tuaku, dan di saat itulah aku tidak akan bergantung kepada orang lain." 

Denis tersentuh mendengar curhatan dari gadis cantik yang begitu tangguh dalam menjalani kehidupan yang keras.

"Dia wanita yang mandiri, aku tahu kenapa dia selalu ketus." Batinnya yang kembali menyuapi mulutnya dengan bekal yang dipersiapkan oleh Anya. 

Setelah makan siang selesai, Anya dan Denis kembali bekerja dan bergantian dengan Kiki. Mereka bekerja menjaga kasir, karena hanya itu pekerjaan yang sesuai dengan anak baru yang lebih paham di bagian itu. 

Begitu banyak para pembeli yang berdatangan, apalagi saat mereka melihat seorang penjaga kasir yang sangat tampan bak dewa Yunani. Banyak kaum hawa yang melupakan umur, tidak peduli anak-anak, remaja, dewasa, maupun lansia, mengerumuni Denis sebagai gula. Mereka datang bukan untuk berbelanja, melainkan meminta foto selfie dan juga tanda tangan, ada juga ibu-ibu yang begitu genit mencolek pipi. 

"Astaga, ternyata mereka datang bukan untuk berbelanja, dan kenapa Denis melayani mereka semua? Bukannya kerja malah menyebar pesona." geramnya seraya melirik pria yang ada di sebelah, perlahan tubuhnya mulai didorong oleh fans pria itu membuat dirinya sangat kesal. "Mereka kasar sekali," batinnya yang sangat jengkel. 

"Permisi! Bisakah kalian menjauh?" ucap Anya, tapi peringatannya itu tidak berlaku dan malah tidak di hiraukan. Dia segera menarik tangan Denis agar berhenti menebar pesona, dia sudah muak disalahkan oleh bos. 

"Hai, ada apa denganmu?" 

"Bisakah kau berhenti menebar jala? Di sini tempatnya untuk bekerja bukan mengobral ketampananmu." Anya melepaskan cengkramannya seraya bertolak pinggang. 

"Aku tidak menebar jala, Anya bersikap ramah kepada semua orang." 

"Apa kau pikir mataku ini buta? Aku melihat segalanya, bagaimana kau merespon para kaum hawa mulai dari anak-anak hingga lansia. Fokuslah bekerja karena aku tidak ingin kehilangan pekerjaan ini, cukup sekali saja aku mendapatkan peringatan dari bu Mita." 

"Apa kau cemburu, Nona." Denis tersenyum dengan dugaannya, karena tidak ada yang bisa menolak ketampanan bak dewa Yunani.

Terpopuler

Comments

🥀🌻Yanti~Puspita~Sari🌻🥀

🥀🌻Yanti~Puspita~Sari🌻🥀

next kak

2022-09-04

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!