Anya menatap pria yang terbujur lemah di atas brankar, wajah yang pucat dan belum sadarkan diri. Air mata kembali menetes, mengenang saat kebersamaan mereka walau sebentar tapi sungguh berkesan di hati. Mengingat hal itu malah membuatnya tersenyum, tapi juga diiringi air mata.
"Kenapa dia lama sekali membuka mata?" lirihnya yang tidak sadar bersedih terlalu lama. Dia tidak sadar kalau dirinya telah merasakan jatuh cinta pada pria tampan yang selalu membuatnya sangat kesal hampir setiap hari. "Apa tidur seperti itu sangat menyenangkan? Sampai kau tertidur sangat pulas sekali, beruntung dokter bisa menyelamatkanmu. Dasar konyol, mengapa kamu selamatkan aku dari insiden itu? Biarkan saja aku yang ada di posisi mu sekarang, bukankah kau akan bahagia karena aku tidak akan memarahimu lagi. Katakan sesuatu! Setidaknya aku mengatakannya sudah panjang lebar, responlah sedikit." Sarkasnya yang berpura-pura memarahi pria itu, alasannya hanya mengalihkan kesedihan dan juga mengharapkan Denis mendengar suaranya yang begitu cempreng kalau sedang cerewet.
Anya kembali meneteskan air mata, dia khawatir melihat kondisi Denis yang begitu buruk akibat dirinya. Perban di kepala yang menutupi luka, hingga tersadar kalau pakaiannya masih dipenuhi darah.
"Astaga…aku hampir lupa mengganti pakaianku, bagaimana kalau orang lain salah beranggapan dan mengira aku seorang psikopat atau yang lebih parahnya penjual ikan di pasar." Berat bagi Anya untuk pergi meninggalkan Denis seorang diri, apalagi pria itu belum sadarkan diri. "Sebaiknya aku menunggunya saja sadar saja, dan batu pulang untuk mengambil kebutuhan selama di rumah sakit." Lirihnya yang memutuskan segalanya.
Anya kembali duduk di kursi dan menatap wajah tampan, menikmati wajah itu yang persis seperti karakter protagonis yang ada di komiknya. Tidak bisa di pungkiri kalau Denis lebih menawan dan bahkan menonjol dari pria manapun yang ada di desanya. "Dia tampan sekali, tapi sayang identitas belum terbongkar sampai sekarang. Mungkin saja di kehidupannya yang lalu sudah mempunyai istri atau anak, mungkin tunangan atau kekasih." Monolognya yang terus saja meracau bagai seekor burung.
Tanpa di sadari oleh Anya, Denis sudah sadar dan juga mendengar sebagian perkataan dari gadis itu. Dia mengulas senyum sambil terus menatap gadis yang menurutnya sangatlah menggemaskan.
Anya merasa kalau dirinya sedang di awasi, dan benar saja saat berkontak mata dengan seorang pria yang tersenyum. Posisinya sekarang memeluk tangan Denis, untung saja dengan cepat dia kembali menarik tangannya. "Kapan kau sadar?" ucapnya berbasa-basi sambil tersenyum gugup menutupi kecerobohannya. "Sial, tangan ini sangat nakal sekali." Gumamnya yang memukul tangannya sendiri.
Denis tersenyum lepas saat melihat tingkah lucu dari gadis itu, karena selama ini dia lebih sering mendengar suara ketus. "Tanganmu tidak bersalah." Dia segera menjangkau tangan itu dan mengecupnya dengan sangat lembut, membuat jantung Anya bekerja lebih cepat dari biasanya.
Sontak hal itu membuat Anya melebarkan matanya saat Denis dengan berani mengecup tanyan yang baru saja dia pukul. Bagai tersengat listrik beberapa volt, dia hanya berdiam diri bagai patung, hanya sesekali kedua matanya yang mengedip.
"Jangan memukul tangan ini, dia tidak bersalah."
"Apa yang kau rasakan?"
"Jatuh cinta," sahut Denis membuat Anya merasakan sesuatu yang mendesis, bagai gulungan ombak yang begitu syahdu terdengar.
"A-apa?" Anya sangat gugup dengan perkataan Denis yang begitu manis, walau sebelumnya pria itu sedikit manis.
"Eh, maksudku lebih baik." Ulang Denis yang meralat perkataan karena sudah keceplosan.
Suasana yang begitu gugup antara dua orang yang berada di dalam ruangan itu, seakan keduanya benar-benar canggung menghadapi kedekatan antara mereka.
"Syukurlah, Aku benar-benar sangat takut kalau sampai terjadi apa-apa padamu. Kenapa kau menyelamatkanku dan membahayakan dirimu sendiri?"
"Apa semua itu harus aku jelaskan? Aku tidak ingin kau mengalami kecelakaan itu."
"Aku tidak mengerti apapun."
"Akan aku jelaskan."
"Katakan alasannya!" Anya sangat gugup dan juga canggung, apalagi dia mengerti maksud dari perkataan Denis mengenai perasaan dua orang yang sekarang mulai merasakan sesuatu.
"Artikan saja sendiri," goda Denis.
"Kau curang!" keluh Anya.
Denis melihat penampilan Anya yang pakaiannya penuh dengan darah. "Sebaiknya kau mengganti pakaian itu atau orang mengira kau sedang membunuhku!"
"Hah, aku hampir saja melupakannya." Akhirnya Anya mendapatkan alasan untuk keluar dari ruangan itu, dia merasakan sesak menghirup oksigen yang sama dengan pria yang seakan memberinya teka-teki mengenai perasaan yang sebenarnya.
Denis menatap kepergian Anya yang mulai menjauh, tiba-tiba dia merasakan sakit yang luar biasa di bagian kepala, hingga mengingat kembali ingatan yang selama ini seakan tersegel akibat amnesia yang diderita. Bagai radio rusak yang menayangkan beberapa rekaman dengan putaran yang begitu cepat, dia mulai menyadari dan juga identitas dari dirinya.
Denis mengerang kesakitan, kepalanya bagai dihantam sebilah besi. Dia berteriak histeris membuat dokter dan suster berdatangan dan segera menanganinya.
"Apa anda mengingat kembali dengan identitas anda sendiri?" tanya sang dokter yang menatap lekat pasiennya.
Dengan cepat Denis menganggukkan kepala, sebagai dua orang dengan kepribadian ganda. Sifatnya yang dikenal sangat dingin dan juga arogan, kini dia perlihatkan bagai seorang pemimpin yang begitu dihormati.
"Delano Zack, itu namaku. Pemimpin dari perusahaan DZ Group," jawab Denis yang menyatakan identitasnya, rasa sakit yang dideritanya akibat pengkhianatan dari dua orang yang sangat dia percayai. Kini dia mengingat bagaimana kedua orang itu yang menaruh luka, dan tentunya dia akan membalaskan dendam.
"Sekarang ingatan anda telah pulih, ada beberapa tes yang harus anda ikuti sebagai prosedur."
"Hem, rahasiakan ini pada gadis itu."
"Baiklah."
Atas insiden kecelakaan itu, akhirnya Denis mengetahui siapa dirinya bagaimana dirinya bisa mengalami kecelakaan. Dia mulai mengingat nama dan juga kejadian yang pernah menimpanya, tapi benih-benih cinta yang tumbuh di dalam hati pada seorang gadis desa tak membuatnya ingin jujur lebih cepat.
"Anya tidak boleh tahu dengan ingatanku yang telah pulih, aku tidak ingin kalau dia menjauhiku karena perbedaan antara kami." Denis alias Delano sangat senang sekaligus bimbang, identitas yang sudah terkuak tak ingin diketahui oleh gadis yang membuatnya kembali merasakan jatuh cinta. Dia sudah bertekad untuk memberikan pelajaran kepada Tania dan juga Bram.
Anya masuk kedalam ruangan tempat Denis dirawat dengan membawa buah-buahan segar. "Aku membawakan buah-buahan ini untukmu."
"Tapi aku tidak bisa mengupasnya sendiri."
"Dasar manja, apa otakmu bermasalah setelah kecelakaan itu?"
"Bisa jadi." Jawab Denis dengan santai, hanya tersenyum sambil menggeleng-gelengkan kepala mengupaskan buah-buahan dan menyuapi pria itu dengan tulus.
"Terima kasih kamu sudah merawatku sangat baik," ucap Denis dengan sangat.
Anya membalas dengan senyuman di wajahnya, dia segera pergi untuk menemui dokter dan bertanya mengenai apakah Denis bisa dibawa pulang dan berobat jalan, mengingat keuangannya yang sudah habis untuk biaya perawatan. Untung saja dokter mengizinkannya, dia sangat senang sekaligus sedih karena tidak bisa membayar rumah sakit.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 57 Episodes
Comments
Hawa
salam kenal author, cerita nya bagus saya suka.... tetap semangat menulis thor
2022-11-09
2