Pria itu tersenyum sumringah disaat Anya mengizinkannya untuk tinggal di sana, untung saja dia mempunyai kepintaran diatas rata-rata, seribu satu alasan yang menjadikannya tetap tinggal di rumah sederhana milik gadis yang menyelamatkannya.
"Terima kasih karena sudah menerimaku," ucapnya sembari mah menyunggingkan senyuman yang membuat Anya semakin kesal.
"Ck, berhentilah tersenyum yang semakin membuatku kesal. Aku mengizinkanmu tinggal di sini bukan berarti secara gratis!" tekannya di setiap kata-kata dengan ucapan yang begitu ketus.
Pria itu menyerngitkan dahi karena belum mencerna semua perkataan yang dilontarkan oleh Anya. "Hem, maaf. Apa yang kau maksud, aku tidak mengerti?"
"Bukankah kau merasa dirimu itu pintar, bahkan bisa merayuku dan membuat aku luluh. Wajahmu saja yang tampan tetapi otakmu di bawah rata-rata, di dunia ini tidak ada yang gratis bahkan ke toilet umum pun kau harus membayar tiga ribu rupiah."
"Hai, dengan menyamakan wajah tampanku dengan toilet umum." Protes pria itu yang tidak menyukai perkataan yang keluar dari mulut Anya.
Anya mendelik kesal, saat pria itu mengartikan dengan artian yang berbeda, atau dalam maksud yang keluar dari jalur. "Ternyata kau pria yang sangat bodoh, kau bahkan tidak mengerti dengan kata kiasan dan aku harus bersusah payah untuk menjelaskannya lebih detail agar kau mengerti." Cetusnya sambil menghela nafas dan mengeluarkannya secara perlahan. "Aku ingin kamu membayar uang sewa untuk tetap berada di rumahku, hidup ini tidak ada yang gratis dan aku bukanlah tempat sandaran untukmu menumpang hidup."
"Kau kejam sekali," ucap pria itu yang memelas meminta belas kasihan dari Anya.
"Ck, berhentilah menatapku seperti orang bodoh. Aku tidak mau tahu, kalau kau ingin tetap tinggal di rumahku? Maka harus membayar uang sewa, dan kebutuhan hidupmu? Kau sendirilah yang menanggungnya." Tegas Anya yang sudah tidak ingin dimanfaatkan oleh seorang pria, merasa trauma akan hubungannya dengan mantan kekasihnya yang bernama Hendra, pria yang menjadi benalu dan menumpang hidup padanya.
"Baiklah, aku akan menjalankan sesuai perkataanmu." Ucapnya sambil menggoyangkan tangan seperti menyapu udara, seakan tidak peduli mengenai ketegasan dari gadis itu, yang terpenting baginya dia mempunyai tempat tinggal karena tidak mengenali siapapun.
Kesepakatan yang terjadi antara dua orang yang berbeda jenis kelamin terpecahkan saat mendengar suara nyaring yang berasal dari perut pria itu, Anya bisa melihat bagaimana rasa malu dari pria tampan yang ada di hadapannya sembari memegang perut keroncongan.
"Sebenarnya aku malu mengungkapkan hal ini, tapi mau bagaimana lagi kalau sekarang perutku sangat lapar. Apa ada makanan atau sesuatu yang bisa aku makan?" celetuknya yang memelas, agar mendapatkan simpati dan juga sesuai makanan menahan perutnya yang terasa melilit.
Ingin rasanya Anya tertawa, tetapi dia menahannya. Melihat kesombongan dari pria itu yang hancur gara-gara mendengar suara perut yang terdengar jelas. "Untuk kali ini aku akan memberimu keringanan, aku akan mentraktirmu makan nasi goreng keliling yang sebentar lagi akan lewat di depan rumah."
"Wah, kau ternyata baik juga." Puji pria itu yang tersenyum lebar.
"Heh, jangan senang dulu. Aku akan memasukkannya pada sebuah buku catatan, dan harus kamu bayar setelah menerima gaji."
"Ck, dasar pelit. Aku tarik kata-kataku," lirik pria itu yang hanya bisa mendumel, dia tidak ingin kalau Anya tidak jadi mentraktirnya.
"Aku tidak tahu memanggilmu apa, kau sendiri bahkan tidak ingat identitasmu."
Pria tampan itu hanya terdiam karena dia juga tidak tahu apa yang terjadi kepadanya. "Aku juga tidak tahu dan jangan tanyakan padaku, tapi sebelum itu apakah kamu mempunyai baju yang lebih cocok untukku? Tidak mungkin aku memakai pakaian ini," tunjuknya pada daster yang melekat di tubuhnya.
"Tunggu sebentar, akan aku lihat apakah baju ayahku masih ada atau tidak, karena aku mengambil secara acak dan hanya melihat daster itu saja." Anya segera beranjak pergi dari tempat itu, menuju kamarnya dan membongkar koper yang sudah berdebu terletak di atas lemari. Tersenyum sumringah di saat dia menemukan pakaian lama mendiang ayahnya. "Hanya ini yang aku temukan."
"Tidak masalah, setidaknya ini pakaian yang lebih baik dari yang tadi." Pria itu masuk ke dalam kamar untuk mengganti pakaian, dan segera keluar menemui hanya yang menunggunya di depan rumah.
"Pakaian itu cocok denganmu," ucapannya yang tersenyum melihat penampilan pria yang dia selamatkan mengenakan pakaian mendiang ayahnya. Celana pendek di bawah lutut dan baju kaos oblong berwarna hitam memberikan kecerahan di kulit putih pria itu. "Karena kau tidak mempunyai nama maka aku akan memanggilmu dengan Denis."
"Denis?"
"Hem, itu nama yang cocok untukmu." Sahut Anya yang sebenarnya membandingkan wajah pria itu dengan karakter komik yang sama-sama tampan.
Karena tidak ingin ambil pusing, pria yang sudah mendapatkan nama, menerimanya dengan senang hati mendapatkan traktiran dari wanita yang menurutnya sangat perhitungan. "Terserah apapun itu," ucapnya yang tidak peduli, karena semua perhatiannya tertuju kepada perut yang keroncongan.
Tukang nasi goreng keliling lewat, Anya memesan dua porsi dan menghabiskannya bersama-sama.
Dua hari setelah dirinya benar-benar sembuh dirawat oleh gadis itu l, Denis kembali dengan kesepakatan awal yang setuju untuk mencari pekerjaan. Namun, cukup sulit menemukan pekerjaan di desa itu, apalagi dia tidak mempunyai kemampuan apapun.
Tentu saja Anya tidak tinggal diam, dan mencarikan pekerjaan untuk Denis. Bukan karena dia berbaik hati, melainkan memikirkan jika pria itu terus saja tidak mendapatkan pekerjaan, maka disini dialah yang dirugikan. "Aku sudah mengatakan kepada bosku, Kau boleh bekerja di swalayan. Aku juga bekerja di sana dan mengambil tempat lainnya dengan membagi sistem waktu." ucapnya yang tersenyum, seakan bebannya sebentar lagi akan terbayarkan.
Keesokan paginya, Denis dengan pakaian rapi tentu saja dimodali oleh Anya, tapi karena tidak ingin rugi gadis itu mencatat semua pengeluaran di dalam buku catatan. Keduanya berjalan ke arah swalayan yang tidak terlalu jauh dari rumah, hanya memakan waktu lima belas menit sampai dua puluh menit.
Wajah tampan yang menjadi pemenang utama, karena bos di swalayan itu langsung menerima Denis untuk bekerja di tempatnya.
Anya berpikir ini akan mudah nantinya, tetapi dia salah di saat menjadi pemandu untuk mengajarkan junior atau anak baru yang bekerja di swalayan, sudah tanggung jawabnya mengajari pria itu.
Namun apa yang dia pikirkan sangatlah berbanding terbalik, karena Denis tidak bisa melakukan satu pekerjaan dengan benar, yang membuatnya bekerja dua kali lipat. Dia sangat geram, karena pria yang dianggapnya sangat bodoh dalam melakukan hal apapun. "Jangan membuatku rugi dengan pekerjaanmu yang selalu saja berantakannya, kau hanya menyusun barang-barang yang sesuai di tempatnya. Bersyukur Bos memberimu pekerjaan yang sangat mudah, tapi kau tidak bisa melakukan apapun." Umpatnya kesal.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 57 Episodes
Comments
Dhiva
Denis bukan itu kerjaan nya Anya, Dy ngurus berkas kerjanya
2023-09-01
0
dian mardiansyah
lanjut thor semangat terus ya walau tiada komentar
2023-07-09
0